SETELAH sekilan lama tidak berkomunikasi karena kesibukan kami masing-masing, tiba-tiba saja seorang teman mengirim pesan via WhatApp (WA). Dalam pesannya dia mengatakan bahwa dia ingin berdiskusi. Kami memang kerap berdiskusi tentang bahasa dan penggunannya. Salah satu diskusi kami via WA kali ini berkaitan dengan kalimat sebuah abstrak artikel penelitian.
Kalimat yang kami diskusikan sebagai berikut.
(1) Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan …..
Kalimat (1) di atas dikatakan lewah, mubazir. Disebutkan bahwa bertujuan untuk itu lewah. Menurut dia, kalimat (1) berdasarkan yang pernah dia baca dari sebuah tulisan orang, cukup bertujuan, tidak perlu untuk.
Kalimat yang lebih tepat menurut dia sebagai berikut.
(2) Penelitian ini bertujuan membuktikan …..
Kalimat tersebut, menurut dia, bisa juga dibuat sebagai berikut.
(3) Penelitian ini untuk membuktikan …..
Sejenak saya merenung dibuatnya.
Saya berpikir kalimat (1) sudah tepat sesuai dengan pola kalimat bahasa Indonesia. Kalimat (2) juga boleh. Kalimat (3) dari sisi pola kalimat bahasa Indonesia tidak bermasalah. Akan tetapi, kalimat (3) berkesan tidak formal. Untuk itu, umumnya dihindari penggunaannya dalam karya tulis ilmiah (KTI).
Mari kita cermati struktur kalimat dalam bahasa Indonesia. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI) Edisi Keempat (2017) memuat enam tipe pola kalimat dasar bahasa Indonesia, yakni S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-Ket, S-P-O-Pel, dan S-P-O-Ket.
Kalau kita perhatikan, kalimat (1) bertipe S-P-Ket. Subjek (S) kalimat (1) adalah penelitian ini; predikat (P) kalimat (1) adalah bertujuan; dan keterangan (Ket) kalimat (1) adalah untuk membuktikan ….. Kehadiran keterangan dalam kalimat (1) bersifat wajib. Keterangan pada kalimat (1) merupakan keterangan tujuan yang ditandai dengan kata untuk.
Kita beralih ke kalimat (2). Kalimat (2) bertipe S-P-Pel. Subjek (S) kalimat (2) adalah penelitian ini; predikat (P) kalimat (2) adalah bertujuan; dan pelengkap (Pel) kalimat (2) adalah membuktikan ….. Kehadiran pelengkap dalam kalimat (2) juga bersifat wajib. Permasalahan yang sering terjadi dalam kalimat, seperti kalimat (2) ini adalah adanya dua verba, yaitu bertujuan dan membuktikan yang kerap membingungkan pembaca atau pendengar. Kerap kali bertujuan membuktikan dianggapsebagai predikat.Kalau hal ini terjadi, akan terjadi kerancuan antara kalimat transitif dan kalimat intransitif. Celakanya kalau kalimat (2) dianggap transitif (kalimat yang verbanya membutuhkan objek), bagian … setelah membuktikan dianggap sebagai objek. Di sinilah saya menganggap kehadiran untuk menjadi penting untuk menghindari kesalahan pola kalimat.
Selanjutnya, kalimat (3). Kalimat (3) bertipe S-P. Subjek kalimat (3) adalah penelitian ini; predikat kalimat (3) adalah untuk membuktikan ….. Kalimat (3) jika dilihat dari sisi predikatnya, disebut dengan kalimat nonverbal. Kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba (kata kerja). Kalimat nonverbal dalam bahasa Indonesia predikatnya bisa berupa frasa nominal, frasa adjektival, frasa numeral, bisa juga frasa presposisional. Pada kalimat (3) predikat kalimatnya merupakan frasa preposisional. Dengan demikian, kalimat (3) juga gramatikal. Akan tetapi, dalam karya tulis ilmiah penggunaan kalimat (3) sedapat mungkin dihindari. Untuk menghindari penggunaan kalimat (3), kita bisa memunculkan predikat, misalnya dilaksanakan. Kalimatnya menjadi sebagai berikut.
(3a) Penelitian ini dilaksanakan untuk membuktikan ….
Pola kalimat (3a) menjadi S-P-K. Kalimat (3a) terkesan lebih formal dan tidak menimbulkan penafsiran kalimat yang tidak berpredikat.
Dalam Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia (TTBI) Daring, Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, verba bertujuan bersinonim dengan beritikat, bermaksud, dan berniat. Verba bertujuan merupakan kata turunan dari tujuan (nomina) ‘itikat, maksud, niat’ yang mendapat prefiks/awalan ber-.
Dalam TBBBI, subkelompok verba berprefiks (berawalan) ber- yang terbesar mempunyai pangkal nomina yang di antaranya berarti ‘mempunyai, memiliki’ yang disebut oleh nomina itu, misalnya berdebu, berguna, bernama, berhasil, bermaksud, berumur, berduri, bersenjata, beristri, berisi.
Bertujuan berarti ‘mempunyai/memiliki tujuan, bermaksud berarti ‘mempunyai/memiliki maksud’. Bertujuan dan bermaksud bersinonim dengan ingin. Dari segi kelas kata, bertujuan dan bermaksud berkelas kata verba, sedangkan ingin berkelas kata adverbia.
Mari kita perhatikan kalimat berikut.
(4) Peneliti ingin membuktikan ….
Kalau kita cermati, kalimat (4) berpola S-P-O. Subjek kalimat (4) adalah peneliti; predikat kalimat (4) adalah ingin membuktikan. Objek kalimat (4) adalah …. Kalimat (4) merupakan kalimat transitif, yaitu kalimat yang predikatnya membutuhkan objek. Kalimat (4) bisa saja ditambahkan keterangan. Dalam hal ini keterangannya bersifat manasuka.
Benarkah “bertujuan untuk” itu lewah? [T]
BACA artikel lain tentang BAHASA atau artikel lain dari penulis MADE SUDIANA