GAIRAH pembangunan di daerah kian bertambah ketika motif perjalanan wisata menjadi salah satu alasan pergerakan manusia. Arus perjalanan manusia bukan hanya mengalir ke perkotaan, tetapi juga ke pedesaan untuk kepentingan berwisata.
Daerah yang memiliki pemandangan menarik, udara yang sejuk, dan daya tarik seni budaya menjadi tujuan banyak orang. Apalagi setelah muncul konsep healing, orang memilih mengunjungi daerah yang dapat mengurangi beban fisik dan psikis seraya berekreasi.
Pariwisata lantas menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). Bagi daerah agraris, bentang alam dan persawahan disulap menjadi daya tarik wisata. Sedangkan masyarakat pesisir menjadikan pantai sebagai daya tariknya.
Ada yang berhasil mendulang rupiah dari sektor pariwisatanya. Namun tidak sedikit pula yang tersendat-sendat untuk mengembangkan pariwisata di daerah. Faktor keberhasilan dan kendala pengembangan masing-masing daerah berbeda sesuai karakteristik wilayahnya.
Secara umum, daerah yang banyak dikunjungi wisatawan karena aksesibilitasnya yang mudah dijangkau. Namun ada pula yang memiliki aksesibilitas baik, belum juga mampu mendatangkan wisatawan secara maksimal. Oleh sebab itu perlu dibedah problematika pariwisata di daerah.
Kelemahan
Promosi acapkali menjadi problematika klasik pengembangan pariwisata di daerah. Banyak daerah yang belum optimal melakukan promosi wisatanya. Alasan yang sering mengemuka adalah rendahnya anggaran promosi yang dialokasikan pemerintah daerah.
Pemanfaatan media promosi di daerah juga menjadi salah satu kelemahan pengembangan pariwisata. Keterbatasan SDM di daerah menyebabkan promosi wisata secara digital masih belum maksimal.
Menyikapi kelemahan tersebut, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah daerah untuk menambah alokasi anggaran promosi wisatanya. Selain itu, pemerintah daerah perlu menggandeng komunitas pegiat wisata untuk melakukan promosi secara digital.
Kerja sama dan sinergi dengan pemangku kepentingan merupakan kelemahan lain dalam pengembangan pariwisata daerah. Pada umumnya pemerintah di daerah belum mampu menjalin jejaring dengan biro perjalanan untuk menawarkan daerahnya di pasar wisata.
Setiap daerah memiliki karakteristik objek dan daya tarik wisatanya. Kelemahan yang sering dijumpai adalah menetapkan pangsa pasar wisatawan. Setiap wisatawan memiliki motivasi dan karakteristik yang berbeda; apakah akan mengunjungi persawahan atau pantai. Karenanya perlu dilakukan studi dan evaluasi karakteristik produk wisata daerah dan pasar wisatawannya.
Kompetisi
Membedah problematika pariwisata di daerah bersifat khas, karena setiap daerah memiliki keunggulan dan kelemahan potensi wisatanya. Hal ini penting untuk dipahami oleh pemangku kepentingan pariwisata di daerah dalam rangka pengembangan pariwisata.
Kompetisi dalam pengembangan pariwisata daerah cukup ketat. Ketika suatu daerah berhasil mengembangan objek dan daya tarik wisatanya, akan muncul kompetitor baru yang menawarkan produk wisata sejenis.
Setiap daerah akan mengintip produk wisata daerah lain. Kompetisi akan dilakukan untuk menggaet wisatawan. Kompetisi dapat dilakukan dengan menawarkan objek wisata dengan harga yang lebih murah dari daerah lain, aksesibilitas yang lebih baik, atraksi wisata yang lebih menarik, maupun pelayanan yang lebih baik.
Kompetisi pengembangan pariwisata akan memacu inovasi produk wisata di setiap daerah. Tanpa kompetisi, objek dan daya tarik wisata akan mengalami stagnasi yang berakibat pada kejenuhan wisatawan untuk berkunjung.
Tak kalah penting adalah komitmen kalangan eksekutif, legislatif, maupun dunia usaha pariwisata di daerah untuk secara bersama melakukan sinergi pengembangan pariwisata. Perlu dipikirkan produk perundangan yang mendorong dan mengatur pertumbuhan sektor pariwisata di daerah.
Pariwisata memang sedang menjadi sumber energi baru bagi upaya menggali pendapatan daerah. Meski demikian, pariwisata tidak boleh dibiarkan berkembang liar agar tidak menambah problematika baru di daerah. [T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU