MANTRA DISKO DARI PUB DEKAT KUBURAN
Apa ada yang peduli
pada kesepian kuburan
Mimpi bangkit dari tubuh terbakar
dan debu hanyut di gelombang
Angin, gamelan hati menjelajah
Ruang samar di ombak yang ringkih
Berlidah tipis melipat sunyi
Kuburan dekat laut
Hanya berjarak beberapa langkah
Sisa api meledakkan ruang kosong
pada bambu pengusung lembu
Lembu kayu hitam tunggangan identitas
Hati yang gosong
Menganga rongga rindu
Ke manakah kini mencari naungan
Ketika bara hati panas tak terperi
Senja nuju malam
Sandya kala
Lampu pub menyala
Musik instrumental
Lagu-lagu blues, jazz bergantian
Menggelitik empati pada irama
Beringin rambu-rambu pejalan
Bisa sewaktu-waktu lenyap di tikungan
menjadi cahaya bulan
Digelayuti kelebatan lalu-lalang
yang sulit diamati wujudnya
Di pagar pandan berduri
terantuk langkah jika memasuki
wilayah samar yang dijaga
seribu aksara hidup
Kepala-kepala perempuan
berbunga emas
Berhias gantungan mitos calonarang
di ruang berserak sesaji
Bangkit dari tempat ritual
Ngeloyor ke deretan warung-warung
Para pemancing angin khusuk
mendayung angan
Menelentangkan tubuh
Bergelut tak berjarak
dengan gamelan gemuruh dari ombak
Hutan lamunan tersengat
cahaya lampu neon
Angin malam yang merobohkan keramaian
sejak menjelang malam
Tanpa bintang
Tanpa bulan
Lamat-lamat dari pub
tom jones mengalun
jack daniels mengkudeta kesadaran
Di mana horornya kuburan?
Beringin dan kawanan kegelapan
Bersisian dengan kerlip lampu disko
Dan lantai dansa bergetar
oleh hentak kaki pelarian sepi
Senantiasa ada sepi
Sepi tak mati-mati
6mei2024
UPACARA ABSURD
Ini putaran ke berapa
dalam gerakan memutar
Menyadari energi langit dan bumi
didalam diri
Minta dibukakan pintu
Pintu pengantar perjalanan
Pintu tuntas keberangkatan
Payung-payung terikat pada tiang
penyangga langit- langit
Semua putih, semua sama
Putih
Tak ada warna
Warna-warna telah jadi jalinan temali
Belenggu identitas
Yang telah mengabu
Terkubur meski tak tuntas
Jangan kembalikan menabur kelam
Disucikan dalam permandian api
Api pembakar
Identitas tak penting lagi
Hanya debu energi
Mengawang, mengembara di udara lepas
Sampai saat tiba
Melayani gravitasi, atau
Tak kembali sama sekali
Ke hulu
Sesudah ke muara
Meninggalkan turunan
Meniti pendakian
Lebih ringan dari saat kelahiran
memanggul identitas
Kita hanya kisah-kisah dalam peristiwa
Dalam balutan kemeriahan upacara
Sekaligus sunyi hati
Yang serba majemuk untuk dipahami
Mendengar percakapan absurd
Cenayang pemanggil arwah
Sebagian saja bisa dipercaya
Selebihnya manipulasi romantisme
Kecengengan
dan gelisah jiwa yang parah
Dan sunyi memetakan semua
Hitam karma
Dibakar api upacara
Mengabu
Menuju putih
Meski tak paham
Sepanjang apa perjalanan selanjutnya
Keyakinan hanya ada di ruang imaji
para pengharap
Upacara-upacara
Tulus makin tulus
Kisah tak berhenti di peristiwa bumi
9aprl2024
PEREMPUAN HALIMUN
Perempuan bertubuh wangi
Bertaut serapat batas tipis
alam nyata alam maya
Cantiknya dalam halusinasi
Semerbak tubuhnya menguasai
alam sadar yang luluh
Merayu
Mendayu
Di kesepian pekat
Angin meraung-raung
Kelam bersarang
Kelebatan makhluk berloncatan
Menghindari terang
Pancaran cahaya sukma
membuatnya lumpuh
Melumpuhkan hasrat untuk terjaga
Terbebas dari halimun
Merasa terjebak
Mendobrak penghalang
Tersesat
Percakapan-percakapan
Dalam kuasa sepi
Lawan bicara tak kasat mata
Di bilik berlentera
Semua halimun
Terang
Teranglah sukma
Selalu
Dihidupkan sujud
Menyalalah jiwa
Mengawal pelarian
Nuju kesadaran
Di jalur tak terbaca
Penguasa kegelapan menghadang
sekelam pikiran
Muncul dari selangkangan pohon
dengan borok sekujur tubuh
Angin dan seluruh penghuni rimba
kena sirep
Anyir menguar, hening membekap
Berlari
Tersungkur di batas gelap terang
Terjaga di rimba mahapekat
Ini belum ujung yang dituju
Belum puncak pendakian
Di jalur berkabut tipis
embun memberi dingin
Menyusul matahari terang
Terang di hati
17april2024
KERAJAAN MALAM
Dan tikungan demi tikungan
Lintasan demi lintasan
Melingkar, selalu kembali ke asal
Tanpa penanda cahaya
Mengintai serpihan kesadaran
dalam kontaminasi pikiran
Kabut semakin bersiasat
dengan rasa kalut
Saat pekat menyungkup
Siapa menyapa dari hamparan kabut?
Saat kabut terbuka
Ia menyusup ke dalam rasa ragu
Memanggul beban
Kerangka dari belulang mengering
Terseok di angin dan tanah basah
Di manakah perhentiannya
Menyelinap di pintu kabut
yang terbuka menutu sekedipan mata
Mencari puncak menyusuri jalur
Berputar-putar
Disekap mendung
Malam mengelam
menyembunyikan bulan bintang
Penerang dalam sukma pun
padam oleh rasa gentar
Punggungan jalur menganga
Sesayup angin seperti panggilan lirih
merayu seperti cinta mengalun
lewat elusan tanpa wujud
Tawa melengking meramaikan malam
mengejutkan kesadaran yang goyah
Di suatu persinggahan
Obrolan riuh tak jelas makna
Rayuan-rayuan
Juga penampakan jelita
Bermunculan dari kerajaan malam
2maret2024
MEDITASI LAUT
Lupakan warna
air, juga aneka ikan. Lupakan
karang-karang. Lupakan kanal- kanal,
palung palung
Di permukaan
Gelombang menghambur
setinggi keangkuhan
dengan debur garang
Memuja diri, riaknya, soraknya
mengganggu pemuja keheningan
Makin di luar makin liar, makin ke dalam makin tenang
Tak mengganggu konvoi perahu
Menunggu berlabuh dari rantau jauh
Kita ikan, atau
tak menjadi apa-apa
juga tak penting
Sebuah perahu hanya berputar-putar
seolah- olah berangkat
Perahu masa lalu tanpa muatan kosong.
Hanya pelampung
Mesin mati. Angin mati.
Riak- riak nyinyir.
Karang di dasar
menghujat ombak yang
selalu birahi
Debu kiriman pembakaran
upacara kematian
Bunga warna-warni, harumnya tak menghapus aroma hangus
Jiwa menggelandang memasuki gapura gaib yang terbuka di pesisir riuh
Mencari. Tak bertemu
Bertemu yang tak dicari
Muncul dari dasar samudera hati
Di wajah murung peradaban
biduk cinta pecah
Di wajah murung perasaan
cinta menyimpan jangkar
masa lalu untuk berangkat
Dan tiba tak jelas
Pulang atau pergi
Tak tercatat waktu
Sesat pun
adalah peta kedatangan
Merasa sampai
Mudah menggiurkan
Laut menjadi luka
Airnya air mata
Menerima segala muara pikiran
yang menganak sungai
dengan kekeruhan tak terukur
Kini
aku laut
Yang nampak geloranya
Kesunyian di dalam
Kuceritakan kepada siapa saja
Kecuali kesendirian puisi
yang sejak awal memahami
Mengeja keluasan dan kedalaman
Garis demarkasi lenyap
Aku larut
dalam gairah yang jauh
dari cahaya mata cemerlang
Mata yang mengilhami waktu
Yang kelak memelukku
Kini memelukmu
Aku laut
Gelora dan ketenangannya
Begitu sulit menutup ingatan
Tanpa gejolak gelombang
4aprl2024
- BACA PUISI-PUISI tatkala.co YANG LAIN