SEJAK pukul delapan pagi, orang-orang itu beramai-ramai mendatangi Pelabuhan Kuno Buleleng. Mereka mengenakan kaos putih bergambar calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua. Beberapa dari mereka membawa bendera, spanduk, dan tulisan-tulisan di karton yang bermacam-macam.
Itu mereka lakukan, selain sebagai bentuk dukungan kepada Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, juga semacam sambutan selamat datang atas kunjungan Gibran ke Buleleng, Selasa (9/1/2024).
Sambil menunggu kedatangan Gibran, di atas panggung kecil sebelah Gedung Imaco Pelabuhan, beberapa orang berjoget gemoy—joget yang belakangan sering diperagakan calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto—dan diikuti oleh orang-orang yang berdiri di depan panggung.
Di sela-sela berjoget, seorang tim kemenangan terus membakar semangat massa dengan ujaran-ujaran seperti “Hidup Gibran!”, “Hidup Prabowo!”, dan sesekali dengan ucapan “Merdeka!”, yang segera disambut gegap-gempita oleh orang-orang yang berada di depan panggung itu. Sebuah pemandangan yang umum terjadi di panggung kampanye.
Suasana di Pelabuhan Kuno Buleleng saat kunjungan Gibran Rakabuming Raka / Foto: Jaswanto
Gibran tiba di kawasan Pelabuhan Kuno Buleleng pukul 09.45 Wita. Ia didampingi istrinya Selvi Ananda dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menuju Buleleng dengan menaiki helikopter yang mendarat di lapangan Bhuana Patra Buleleng.
Setibanya di lokasi kampanye, pasangan calon presiden Prabowo Subianto ini langsung disambut meriah oleh pendukung dan simpatisannya. Mereka rela berdesak-desakan hanya untuk mengambil foto dan video atau sekadar ingin berjabat tangan denganya. Kedatangan Gibran juga disambut dengan Tari Panyembrama.
Dengan memakai udeng Bali dan kalung bunga gemitir, Gibran menuju tempat yang telah disediakan panitia kemenangan.
Di atas panggung, Jero Krisna, Ketua Tim 8 Bali, mendaulat pengeras suara. Setelah memberi salam dan menyapa simpatisan, ia mengutarakan tiga hal kepada Wali Kota Solo itu, yakni kelanjutan pembangunan bandara di Bali Utara, pembangunan jalan tol Jembrana-Denpasar, dan “jangan bubarkan sekolah Bali Mandara”. Menurutnya, tiga hal itu penting disampaikan kepada Prabowo Subianto.
Sehari sebelum Gibran datang ke Buleleng, Ketua Tim Pakar TKD Prabowo-Gibran Buleleng, Firmasyah, juga mengatakan hal yang sama. “Kedatangan Gibran ke Buleleng untuk menyerap aspirasi masyarakat yang diwakili oleh tokoh masyarakat Buleleng. Terutama, soal rencana pembangunan Bandara Bali Utara yang tak kunjung terealisasi,” katanya, Senin (8/1/2024).
Sementara itu, di atas panggung pula, dalam sambutannya yang singkat, Gibran berjanji akan menguji ulang urgensi pembangunan bandara di Bali Utara. “Untuk ke depan perlu dikaji ulang pembangun bandara di Buleleng karena akan memberikan impact bagi warga sekitar,” ujarnya yang langsung disambut tepuk tangan dan sorak-sorai orang-orang.
“Kami lihat kejadian di Ngurah Rai pada tahun baru kemarin, saya kira pembangunan bandara cukup urgent,” imbuh dia. Selain itu, menurut Gibran, bandara di Buleleng akan menimbulkan efek berganda pada pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan.
Sebelum meninggalkan panggung kampanye, Gibran mengimbau pendukungnya untuk tidak termakan oleh isu hoaks dan berita bohong lainnya. Ia meminta pendukunganya tetap fokus untuk memenangkan Prabowo-Gibran di Bali, khususnya di Buleleng.
“Yang jelas, jika ada hoaks, fitnah, dan nyinyiran, tidak perlu dibalas ya bapak-ibu. Tidak perlu fitnah dibalas fitnah, yang jelas fokus saja pada pemenangan,” pinta putra sulung Presiden Joko Widodo itu.
Bagaimana pun, apa yang dikatakan Gibran kepada pendukungnya untuk fokus kepada kemenangan ada benarnya. Mengingat, Bali atau Buleleng khususnya, adalah daerah yang sejak dulu dikenal sebagai “kandang banteng” (baca: PDIP) yang notabene mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Meski demikian, TKD dan relawan seperti Penerus Negeri Bali, Relawan Tim 8, dan Rumah Gibran—yang juga hadir di tengah-tengah kunjungan Gibran ke Buleleng—tetap optimis dapat memenangkan pasangan Prabowo-Gibran di Buleleng. Bahkan, sehari sebelum kedatangan Gibran ke Buleleng, salah seorang TKD Buleleng sesumbar dapat “mengendalikan” banteng di kandanganya sendiri.
Selain itu, optimisme juga datang dari dua partai pengusung Prabowo-Gibran, yakni Gerindra dan Demokrat. Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kabupaten Buleleng, Gede Harja Astawa, mengatakan setidaknya Prabowo-Gibran akan menang limapuluh persen di Buleleng.
“Teman-teman di KIM (Koalisi Indonesia Maju) sudah bekerja sesuai dengan tugas masing-masing. Dan kami optimis. Selain hasil survei (Prabowo-Gibran) terus meroket, kubu sebelah ‘kan juga sudah tidak terlalu berkuasa,” ujar Astawa, yang sekaligus Ketua Tim Kemenangan Prabowo-Gibran di Buleleng, di tengah-tengan kerumunan massa kampanye Prabowo-Gibran di Buleleng.
Masih di tempat yang sama, Luh Gede Herryani alias Luh De, Ketua DPC Partai Demokrat Buleleng, juga mengatakan hal yang sama seperti Astawa. Menurutnya, dengan banyaknya dukungan partai besar kepada Prabowo-Gibran, pihaknya optimis dapat memenangkan pasangan capres-cawapres nomor urut dua itu di Buleleng.
“Kami sudah turun ke bawah, ke akar rumput, untuk mempromosikan Prabowo-Gibran. Itu perintah langsung dari DPP. Jadi kami optimis menang satu putaran,” ujar politisi perempuan itu. Namun, apakah optimis saja cukup untuk “menumbangkan” lawan di kandang sendiri? Bukankah pasangan nomor urut satu juga sedang melakukan tindakan yang sama?
Usaha Merebut Suara di Kandang Banteng
Untuk memenangkan pasangan Prabowo-Gibran di Buleleng tentu bukan pekerjaan yang mudah. Semua orang tahu itu. Sebab, sebagaimana diketahui banyak orang, Buleleng termasuk daerah kekuasaan banteng merah yang militan. Tetapi tak ada yang tak mungkin, kata Ketua Tim Pakar TKD Prabowo-Gibran Buleleng. Benar. Dalam politik, semua bisa terjadi. Bukankah pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran unggul di Bali berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas?
Menurut hasil survei tersebut, pasangan Prabowo-Gibran mendapatkan 39,3% suara, sedangkan Anies–Muhaimin 16,7%, dan Ganjar-Mahfud 15,3%. Hasil survei tersebut juga memperlihatkan peta kekuatan masing-masing calon di kawasan Bali dan Nusa Tenggara. Menurut hasil survei Litbang Kompas pada Desember 2023, elektabilitas Prabowo juga unggul 57% di Bali-Nusra. Sedangkan elektabilitas Anies hanya 6 % dan Ganjar 27,7%.
Pada Senin, 6 November 2023, sembilan partai politik—Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Gelora, Garuda, Prima, dan PSI—yang mengusung pasangan Prabowo-Gibran membentuk Tim Pemenangan Prabowo-Gibran di Kabupaten Buleleng. Parpol yang masuk dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Buleleng itu langsung tancap gas untuk melakukan sosialisasi dan pemetaan serta merangkul dukungan secara penuh, all out, untuk Prabowo-Gibran.
“Dengan dibentuknya tim ini, semua akan bergerak setelah melakukan konsolidasi ke dalam sebelum sepenuhnya bekerja untuk kemenangan Prabowo-Gibran,” ucap Kresna Budi, Ketua DPD Golkar Buleleng yang juga ditunjuk sebagai Ketua Dewan Penasehat Tim Pemenangan Probowo-Gibran di Buleleng, sebagaimana dilansir dari BeritaBuleleng.com.
Sementara itu, menurut Harja Astawa, duet Prabowo-Gibran sangat memungkinkan menggeser hegemoni “moncong putih” yang selama ini mendominasi peta politik Buleleng. “Sehingga, untuk menyatukan langkah ini, kami segera membentuk sekretariat bersama untuk memudahkan koordinasi antarpartai pendukung selama proses pemilu berlangsung,” ujarnya, penuh semangat.
Gibran Rakabuming Raka berpidato di atas panggung / Foto: Jaswanto
Namun, harus diingat, pada tahun 2014, PDIP berhasil membawa pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla unggul di Kabupaten Buleleng dengan memperoleh 232.228 suara atau 69,31%. Dari hasil rekapitulasi perolehan suara Pilpres 2014 di KPU Buleleng, pasangan nomor urut 2 itu mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang memperoleh 102.852 suara atau sekitar 30,69%.
Sedangkan pada Pilpres 2019, Buleleng kembali menyumbang suara tertinggi kepada Jokowi-Ma’ruf—yang, sekali lagi, diusung PDIP—dengan 372.190 suara. Semenatara Prabowo-Sandi memperoleh 45.175 suara.
Selain berhasil memenangkan Jokowi sebagai presiden dua periode berturut-turut di Bali, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juga menang telak dalam pemilihan legislatif Pemilu 2019. Saat itu, PDIP meraup 1.257.590 suara dari total 2.313.366 suara sah. Dengan kata lain, PDIP mencatat 54,36 persen dari seluruh suara sah di daerah pemilihan (dapil) Bali.
Raihan PDIP tahun itu diketahui meningkat dibanding pemilihan lima tahun sebelumnya. Saat itu, partai besutan Megawati Soekarnoputri itu meraih 872.885 suara, disusul Golkar (329.620 suara), Demokrat (311.246), dan Gerindra (219.521). PDIP mengulang kesuksesan Pemilu 2014 dan memastikan Bali tetap menjadi “kandang banteng”.
Sedangkan, dalam konteks Buleleng, sejak tahun 1999-2019, PDIP belum terkalahkan. Pada Pileg 2019 lalu, misalnya, PDIP Buleleng merebut 18 kursi dari total 45 kursi yang ada di DPRD Buleleng. Itu menjadikan mereka sebagai pemenang Pileg di Buleleng—walaupun perolehan suara mereka belum cukup dominan. Meski demikian, kekuatan PDIP di Buleleng tetap tidak boleh dianggap main-main. Apalagi, pada pemilu tahun ini, mereka menargetkan merebut 23 kursi di DPRD Buleleng.
Dengan sedikit kenyataan yang telah dipaparkan di atas, siapa pun, termasuk partai atau tim yang mendukung Prabowo-Gibran, yang hendak merebut “tahta” PDIP di Buleleng, harus bekerja sangat keras. Tetapi, sekali lagi, tak ada yang tak mungkin. Dalam politik, semua bisa terjadi.
Pada Pemilu 2009, misalnya, dominasi PDI Perjuangan di Bali mulai terlihat indikasi memudarnya. Menyusutnya dominasi kekuasaan wilayah PDIP di Bali ditandai dengan munculnya partai pemenang baru, yakni Partai Demokrat yang menang di Kabupaten Jembrana dan Partai Golkar yang menang di Kabupaten Karangasem—meskipun pada 2014 dan 2019 PDIP kembali berjaya di Bali.
Partai Golkar saat itu menjadikan Kabupaten Karangasem sebagai daerah kekuasaannya secara mutlak, yaitu sebagai pemenang pilkada kabupaten sekaligus juga suara bagi pemilu legislatif tingkat nasional. Suatu pencapaian yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah pemilu di Bali yang selama ini selalu dikuasai PDI Perjuangan. Hal ini mungkin saja kembali terulang di tahun 2024 ini.
Perlu dingat pula, sebagaimana PNI yang mendapatkan perlawanan sengit dari PSI dan PKI, dulu, hari ini PDIP pun terus-menerus bertarung dengan Partai Golkar dan Partai Demokrat dalam memperebutkan konstituen Bali. Artinya, posisi Moncong Putih di Bali tak sepenuhnya aman. Faktor homogenitas Bali dan kekuatan emosional akan ikatan Presiden Soekarno tidak selamanya bertahan. Perubahan pilihan politik masyarakat Bali sudah mulai dirasakan.
Sampai di sini, meski hitung-hitungan di atas kertas PDIP masih unggul, tapi dengan kekuatan yang dimilikinya—pamor Joko Widodo dan partai koalisi yang mendukung—tak menutup kemungkinan pasangan Prabowo-Gibran akan meraih suara terbanyak di Buleleng, sebagaimana diyakini oleh mereka yang mendukungnya. Itu.[T]
Reporter: Jaswanto
Penulis: Jaswanto
Editor: Made Adnyana