GENDER WAYANG pada tahun 1920-an digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Bali namun sebelumnya hanya diiringi oleh seperangkat selonding, suling dan kemanak. Pernyataan tersebut tercantum dalam kakawin Wretta-Sancaya karya Mpu Tanakung dan Kakawin Bharatayudha karya Mpu Sedah pada jaman pemerintahan Jayabaya di Jawa Timur pada abad XI
Petangkilan merupakan salah satu adegan dalam pertunjukan wayang kulit Bali dengan beberapa motif gending untuk mengiringi tokoh-tokoh wayang yang akan mengadakan sidang/musyawarah (pauman). Gending ini dimainkan setelah gending pemungkah serta hanya dimainkan sekali tiap pentas.
Gending petangkilan dalam wayang kulit Bali ada tiga macam yaitu Gending Alas Arum untuk karakter halus; Rundah untuk karakter sedang (mata dedeling), dan Bopong untuk karakter raksasa (keras)[3] .
Pada umumnya ketiga gending gaya Kayumas Denpasar ini pasti disajikan dalam sebuah pertunjukan Wayang Kulit Bali. Namun belakangan ini salah satu dari Gending Petangkilan yaitu Gending Bopong sudah jarang disajikan lagi. Menurut I Ketut Raditha, beliau adalah ketua Sanggar Tabuh Kembang Waru sekaligus seniman menekankan bahwa memang benar keberadaan gending ini mulai jarang dijamah generasi muda karena memiliki struktur yang panjang berbeda dengan gending petangkilan lainnya sehingga kesulitan dalam penguasaan gending ini.
Oleh sebab itu, beliau merasa diperlukan sumber daya atau pembina untuk dapat melakukan pembinaan terhadap Gending Bopong tersebut. Melihat fenomena tersebut, peneliti merasa penting untuk dapat melakukan pembinaan atau pelatihan terhadap penguasaan Gending Bopong tersebut.
Gending Bopong peneliti pelajari dari master Gender Wayang dari Kayumas Denpasar yaitu Bapak I Wayan Konolan (almarhum) dan Bapak I Wayan Suweca yang mana beliau pensiunan dosen dan juga salah satu seniman karawitan yang mumpuni di bidang gamelan Gender Wayang. Gending Bopong ini terdiri dari tiga paletan atau bagian dengan adanya pengulangan sebanyak dua kali setiap bagian, dapat dikatakan pula apabila gending ini merupakan gending petangkilan yang memiliki pola paling panjang. Menukik mengenai kekhawatiran keberadaan Gending Bopong di Denpasar akan terancam hilang karena saat ini yang menguasai hanya Bapak I Wayan Suweca saja dan beliau sudah sepuh.
I Wayan Suweca menyatakan bahwa generasi muda di daerah Denpasar sebagian besar merasa kesulitan untuk mempelajari Gending Bopong ini karena memiliki struktur yang panjang, rumit serta memerlukan konsentrasi untuk bisa menguasainya. Hal tersebut menyebabkan gending ini semakin lama semakin jarang diminati dan disajikan generasi muda sehingga cenderung enggan untuk bisa mempelajari, melestarikan dan menggali gending ini.
Beranjak dari fenomena tersebut di atas, peneliti melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan melakukan pembinaan Gending Bopong gaya Kayumas Denpasar. Peneliti melaksanakan pembinaan di sekitar Denpasar terlebih dahulu untuk mempermudah dan mempelancar proses pelatihan dan penguasaan gending ini sehingga untuk kedepannya dapat diwariskan dari generasi selanjutnya.
Prioritas utama dalam penyelamatan aset warisan tak benda ini, tidak hanya fokus pembinaan mengenai penguasaan teknik keahlian menabuh dan penguasaan materi gending secara praktis namun juga membangun kecintaan, kesadaran akan rasa memiliki warisan kesenian dan budaya Bali.
Tahap selanjutnya melakukan koordinasi dengan pihak Sanggar Tabuh Kembang Waru sebagai tempat kegiatan pengabdian dan pembinaan ini akan dilaksanakan yang berlokasi di Jalan Wr. Supratman, Banjar Abian Kapas Kaja, Desa Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur. Pimpinan sanggar yakni I Ketut Raditha menyambut dengan antusias dan senang hati untuk bersedia serta bertanggung jawab terhadap proses pembinaan Gending Bopong ini.
Kegiatan Program Pengabdian Masyarakat (PKM) ini terdiri dari beberapa langkah kegiatan, yakni: pengenalan gending Bopong, pembacaan notasi, permainan musikalitas, pelatihan gending Bopong dengan demonstrasi teknik dasar memainkan gending Bopong.
Proses pelatihan Sanggar Tabuh Kembang Waru Denpasar
Proses pelatihan dan pembinaan gending Bopong di Sanggar Tabuh Kembang Waru telah berlangsung selama 15 kali pertemuan dari tanggal 29 April 2023 sampai dengan tanggal 30 Agustus 2023 yang diikuti oleh 12 orang peserta didik yakni terdiri dari 8 anak laki-laki dan 4 anak perempuan.
Gambar 1. Nuasen Kegiatan Pembinaan Gending Bopong pada Sanggar Tabuh Kembang Waru | Foto: Ni Putu Hartini, 2023
Gambar 2. Proses pelatihan gending Bopong di Sanggar Tabuh Kembang Waru | Foto: Ni Putu Hartini, 2023
Proses pelatihan dan penguasaan gending Bopong ini dilakukan melalui langkah-langkah. Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
- Membuat kesepakatan jadwal kegiatan dalam satu minggu sebanyak dua kali pertemuan yaitu hari Sabtu dan Minggu. Namun penentuan harinya dapat diatur secara fleksibel sehingga bisa berubah sewaktu-waktu, yang dipentingkan pertemuan tetap tercapai dua kali dalam satu minggu. Dilanjutkan berkordinasi untuk mencari hari baik untuk mengawali kegiatan pengabdian ini.
- Pembagian dua kelompok penabuh juru gender. Kedua kelompok ini dibentuk berdasarkan tingkat kemampuan teknik ketrampilan menabuh gender dan juga waktu yang bisa mereka sediakan dalam mengikuti proses pembelajaran. Peserta didik yang memiliki tingkat ketrampilan teknik sudah mencapai tingkat sangat bagus (virtuosic) dimasukan dalam kelompok satu dan jadwal latihannya bisa random dan tidak berurutan asalkan tercapai empat kali pertemuan setiap satu minggu. Sedangkan kelompok dua adalah yang memiliki tingkat kemampuan teknik cukup bagus dan jadwal latihan ditetapkan pada sore hari.
- Memberikan penjelasan secara teori dan kemudian mempraktekkan teknik gegedig dan tetekep (teknik pukulan dan tutupan) sesuai dengan phrase dan pattern yang terdapat dalam gending gender Bopong. Seperti pattern gegedig dalam paletan (bagian) dan penyalit (transisi menuju pergantian kalimat lagu (paletan) dan perpindahan oktaf).
- Menyusun pembagian struktur gending gender Bopong dari palet pertama sampai dengan palet ketiga. Setiap paletan dan penyalit gending (transisi) dibuat rekaman audio visual berupa gedig polos dan sangsih-nya. Setiap paletan dan transisi gending dipecah lagi menjadi phrase-phrase dan pattern gegedig baik itu gedig polos dan gedig sangsih sehingga lebih mudah dalam proses pembelajaran. Rekaman video diunggah di google drive atau WA group gender wayang sehingga dengan mudah diakses oleh penabuh gender.
- Penguasaan secara teori dan praktek mengenai cara membaca notasi dan teknik permainan dalam gending Bopong oleh semua peserta didik dari Sanggar Tabuh Kembang Waru. Dilanjutkan dengan pengenalan dinamika, tempo serta harmoni yang terdapat dalam gending Bopong tersebut. Penguasaan disertai penjiwaan ini dilakukan berulang-ulang selama proses pembinaan tersebut berlangsung.
- Diadakan uji coba dari pelatihan gending Bopong ini. Uji coba ini diadakan sebagai bentuk pertanggungjawaban peneliti kepada masyarakat atas pencapaian pelatihan yang telah dilakukan. Dalam uji coba ini disajikan konser gending gender Bopong secara utuh. Tim pengabdian mengundang ketua LP2MPP ISI Denpasar beserta staf, Korpus Pengabdian Kepada Masyarakat ISI Denpasar, pengurus Sanggar Tabuh Kembang Waru, Kaprodi Prodi Seni Karawitan ISI Denpasar beserta dosen Karawitan yang kompetensi kepakarannya di bidang gender wayang, mahasiswa Prodi Karawitan, seniman serta masyarakat yang mencintai gamelan gender wayang.
Gambar 3. Diseminasi Pengabdian Pembinaan Gending Bopong | Foto : Ni Putu Hartini, 2023
Gambar 4. Dokumentasi bersama undangan dan pengurus Sanggar Tabuh Kembang Waru | Foto : Ni Putu Hartini, 2023
Hasil pembinaan
Proses pelatihan dan pembinaan gending Bopong di Sanggar Tabuh Kembang Waru sebanyak 15 kali pertemuan telah berlangsung dari tanggal 29 April 2023 sampai dengan tanggal 30 Agustus 2023 yang diikuti oleh 12 orang peserta didik yakni terdiri dari 8 anak laki-laki dan 4 anak perempuan.
Seluruh peserta didik mampu menguasai dengan baik materi pokok dalam kegiatan pengabdian ini. Secara bentuk dan struktur, gending bopong memiliki melodi yang panjang sehingga dalam proses penuangan gending ini dibagi menjadi beberapa bagian. Target capaian dalam proses pelatihan ini yakni setiap kali pertemuan berhasil dituangkan satu bagian gending dan setiap bagian akan dibagi lagi sehingga dapat dengan mudah untuk dipahami dan dikuasai oleh peserta didik. Penuangan materi gending Bopong ini dari bagian I, II dan III dapat dikuasai dengan baik dan dalam keadaan yang nyaman dan menyenangkan.
Pewarisan gending-gending gender wayang khususnya gaya Kayumas Denpasar ini harus mendapat perhatian dari para seniman karawitan khususnya pecinta gender wayang. Pembuatan dokumentasi audio visual segera harus dilakukan untuk menyelamatkan semua gending yang masih diingat. Melalui dokumen ini kedepannya dapat dipakai sebagai sumber pengetahuan dan sumber materi pembelajaran. [T]
- BACA artikel lain tentang GENDER WAYANG BALI