2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Drama Gong Itu Ceritanya Dari Cerpen “Katemu Ring Tampaksiring” Karya Made Sanggra

tatkalabytatkala
June 28, 2023
inBudaya
Drama Gong Itu Ceritanya Dari Cerpen “Katemu Ring Tampaksiring” Karya Made Sanggra

Penampilan Sanggar Seni Mudra di atas panggung | Foto: Ist

DENPASAR | TATKALA.CO — Cerita Drama Gong biasanya terinspirasi—atau diambil—dari cerita-cerita panji, tapi rasanya hal itu tidak berlaku bagi Sanggar Seni Mudra.

Sanggar seni dari Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Kecamatan Petang, Badung itu, alih-alih menjadikan cerita panji sebagai inspirasi, mereka justru mengadaptasi cerita sastra Bali modern yang berjudul “Katemu ring Tampaksiring” karya Made Sanggra. Tak salah memang, sebab panitia lomba memang membolehkannya.

Sekadar informasi, Katemu ring Tampaksiring adalah sebuah kisah (cerpen) yang terjadi setelah zaman kemerdekaan Republik Indonesia di daerah Gianyar.

Sanggar Seni Mudra mementaskan Drama Gong tersebut dalam Wimbakara (Lomba) Drama Gong Remaja Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 yang bertempat di Kalangan Ayodya Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa (27/6/2023) malam.

Penampilan Duta Kabupaten Badung itu dimulai pukul 19.00 hingga berakhir pukul 22.00 Wita. Selama pertunjukan, penonton terlihat antusias dan memadati Kalangan Ayodya.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Putri Suastini Koster juga tak mau ketinggalan. Dia menjadi salah satu penonton yang setia menonton adegan demi adegan sampai akhir.

Pementasan drama gong remaja itu semakin menarik dan membuat penonton terpingkal-pingkal saat melihat tingkah konyol tokoh tambahan di luar cerpen, I Wayan Gabler, anak Jro Bendesa Gede dari Manukaya.

Wayan Gebler harus menanggung rasa kecewa karena cintanya ditolak walaupun sudah sempat menugaskan preman (Pan Keplag) untuk membujuk dan menakut-nakuti Luh Rai namun cintanya tetap bertepuk sebelah tangan.

Kisah Katemu ring Tampaksiring

Cerpen yang terbit sekitar tahun 1978 ini mengisahkan pertemuan haru Ni Luh Kompyang dan anaknya yang keturunan tentara Belanda, yakni Combosch alias Van Steffen.

Kisah bermula pertemuan Ni Luh Kompyang dan Van de Bosch, seorang tentara Belanda, di Desa Carangsari. Latarnya mengambil era sekitar 1940-an. Kisah keduanya berlanjut hingga jatuh cinta dan menikah.

Namun, maut memisahkan mereka ketika Van de Bosch tewas pada peperangan di Lembang, Jawa Barat. Van de Bosch meninggalkan Ni Luh Kompiang, putranya yang masih belia yakni Combosch, dan putrinya yang masih dalam kandungan, Ni Luh Rai.

Combosch yang merupakan keturunan Belanda dibawa pulang oleh utusan kerajaan ke negara ayahnya. Combosch diasuh oleh yayasan yatim piatu di Rotterdam dan ketika dewasa ia diberi nama Van Steffen. Takdir seakan membawanya kembali ke Indonesia saat Ratu Juliana berkunjung ke tanah air pada 1971 dan Van Steffen bertugas meliput peristiwa sejarah ini.

Penampilan Sanggar Seni Mudra di atas panggung / Foto: Ist

Singkat cerita, Ratu Juliana berkunjung ke Tampaksiring. Pada waktu senggang dalam kunjungan ini, Van Steffen keluar melihat lingkungan sekitar ditemani guide bernama Gladag dan Gledig. Diceritakan di sana, Van Steffen tertarik dengan sebuah art shop yang ternyata dijaga oleh Ni Luh Rai.

Tanpa mengetahui latar belakang satu sama lain, Ni Luh Rai dan Van Steffen sama-sama memiliki rasa dan jatuh cinta. Hubungan ini terus berlanjut hingga Ni Luh Kompiang curiga dengan tingkah laku putrinya dan pada akhirnya meminta agar Luh Rai tidak berhubungan dengan orang asing sebab risikonya tinggi.

Pada suatu ketika, Ni Luh Kompyang sakit dan ditemani sang putri. Di saat itu pula Van Steffen datang usai mewartakan kunjungan Ratu Juliana ke Pura Besakih. Pada saat itulah Ni Luh Kompiang berusaha mengulik orang asing yang dekat dengan putrinya itu. Sampai fakta mengejutkan terungkap bahwa Van Steffen adalah Combosch, putra Ni Luh Kompiang.

Pertemuan kembali itu pun berlangsung haru ketika Van Steffen dan Ni Luh Kompiang sama-sama memiliki foto keluarga berisikan Combosch kecil. Pada saat itu pula, Ni Luh Rai membuat kejelasan dalam hubungan keduanya bahwa perasaan suka mereka sebaiknya dijadikan rasa kasih sayang antarsaudara.

Proses kreatif

Ketua Sanggar Seni Mudra I Gusti Lanang Subamia mengatakan, para pemain sempat mengalami kendala dalam dialog karena selama ini terbiasa memerankan tokoh cerita panji, bukan sastra Bali modern.

Pada pementasan malam kemarin, Sanggar Seni Mudra membawa 29 penabuh yang mengiringi 15 tokoh drama. Dan sejak 5 Januari 2023 mereka sudah latihan demi tampil pertama kalinya pada ajang PKB. “Kami bersyukur bisa tampil di PKB karena bisa menjadi wadah kebangkitan drama gong,” ujar Gusti Lanang usai pementasan,” ujar Gusti Lanang seusai pementasan.

Lanang juga mengakui, selama ini kesempatan mementaskan drama gong relatif terbatas. Selain pada ajang PKB ini, sebelumnya drama gong Sanggar Seni Mudra pentas pada kegiatan-kegiatan Bulan Bahasa Bali. Di luar itu, untuk mengasah naluri drama, para pemain dan penabuh sanggar ini kerap tampil ngayah di pura-pura sekitaran Petang.

Para pemain drama gong dan penabuh Sanggar Seni Mudra / Foto: Ist

“Kita perlu usaha yang keras untuk berkomitmen membangkitkan drama gong. Penggemar drama gong sesungguhnya masih ada, buktinya setiap pementasan drama gong penuh penonton,” tambahnya.

Meski optimis, mantan pemain drama gong ini mengatakan, perkembangan teknologi informasi dan internet menjadi tantangan besar kesenian tradisional termasuk drama gong. Ia menolak drama gong yang terlalu banyak mengumbar seksualitas.

Untuk itu, ia berusaha menyusun naskah cerita dengan memasukkan banyak unsur komedi—untuk membungkus nilai-nilai yang ingin disampaikan. Menurutnya, cara itu lebih mampu memikat para penonton milenial.[T][Jas/*]

  • BACA artikel-artikel lain tentangPESTA KESENIAN BALI
Tari dan Tabuh Khas Buleleng Getarkan Panggung Ksirarnawa
Dikisahkan Pengibing yang Jatuh Hati pada Penari Joged Bumbung…
Empat Karya Selonding Penuh Makna dari Sanggar Wesi Cwaram, Sanur Kauh
Sandya Gita Mahayuning Sagara dari Buleleng: Peristiwa Penting dan 5 Strategi Sukses Dalam Seni
Tags: Badungdrama gongkesenian baliPesta Kesenian BaliPesta Kesenian Bali 2023
Previous Post

Di Kintamani, Limbah Jeruk Bisa Jadi Pupuk

Next Post

Joged Bumbung Denpasar yang Memikat

tatkala

tatkala

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

Next Post
Joged Bumbung Denpasar yang Memikat

Joged Bumbung Denpasar yang Memikat

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co