MENJELANG DUA perhelatan akbar kesenian di Bali, yaitu Pesta Kesenian Bali (PKB) dan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) tahun 2023, “Segara Kerthi” menjadi topik utama sebagai wahana dalam beragam penyajian karya seni.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba ikut mengeruk kedalaman samudra yang tidak terbatas untuk menemukan mutiara-mutiara indah yang perlu diangkat ke permukaan.
***
Seorang seniman hendaknya memahami tentang karya sastra, kearifan lokal, dan peka terhadap fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya baik dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan.
Merespon tematik “Segara Kerthi” memberikan rangsangan tumbuhnya ide dan gagasan penulis terhadap salah satu idiom dalam sastra tradisional Bali, yaitu segara tanpa tepi yangsecara harfiah memberikan sebuah gambaran tentang sesuatu tidak terbatas.
Ketertarikan penulis terhadap idiom segara tanpa tepi memberikan stimulus penulis untuk menciptakan karya seni dengan ide dan gagasan baru berdasarkan kearifan lokal tersebut.
Segara berarti samudra atau laut yang meliputi sebagian besar permukaan bumi, dan tanpa tepi berarti tidak berujung. Segara atau laut merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena memiliki sumber daya alam dan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
Berdasarkan telaah wawasan semesta makro dan mikrokosmos, penulis meyakini idiom segara tanpa tepi mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan, serta semestinya digali dan direpresentasikan sebagai sebuah hakikat tanpa batas yang dianalogikan ke dalam perspektif visual ujung samudra yang tidak bertepi.
Segara tanpa tepi merupakan sebuah idiom kearifan lokal yang memiliki kebenaran yang mutlak, karena jika berada pada satu titik di tepi samudra, maka akan tidak melihat ujung samudra lainnya dari titik di mana berada.
Penjelajahan terhadap idiom segara tanpa tepi, penulis mendapatkan sumber literatur seperti buku, manuskrip, yang menggunakan idiom segara tanpa tepi sebagai sebuah kata bermakna (wacana manggala) yang secara tidak langsung memberikan gambaran tentang eksistensi keberadan idiom segara tanpa tepi.
Segara tanpa tepi, melalui salah satu pemaknaan hasil penjelajahan penulis, menemukan sebuah konsep dalam penjelajahan terhadap daunental dalam karya Wayang Ental yang secara praktis dipahami melalui prinsip Luas, Mangumbara Mulih.
***
Luas merupakan fase penulis memberanikan diri untuk keluar dari ranah tradisi dan mencoba mengeksplorasi bahan baru sebagai medium dalam karya wayang masa kini, sehingga penulis menemukan daun ental untuk dijadikan sebuah karya seni wayang ental dua dimensi.
Fase tersebut penulis rasakan pada tahun 2016, saat memenuhi syarat tugas akhir di Program Studi Seni Pedalangan, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Karya wayang ental tiga dimensi (2016) / Foto: Dok. Pribadi
Sedangkan Mangumbara merupakan fase ketidakpusan penulis dalam eksplorasi sebelumnya, sehingga penulis melakukan penjelajahan lebih jauh terhadap teknik wayang sebelumnya.
Dalam perjalanan tersebut, penulis mendapat kesempatan dalam pengembangan pengetahuan sehingga memformulasi penyajian karya wayang ental dua dimensi dengan memadukan teknik Bunraku—yaitu teknik permainan boneka dari Jepang—dan Tetikesan, teknik gerak wayang Bali serta bentuk wayang lebih distilirisasi dan menghasilkan karya wayang ental tiga dimensi (2018).
Karya wayang ental tiga dimensi (2018) / Foto: Dok. Pribadi
Ketika karya wayang ental tiga dimensi telah mencapai puncak penjelajahan estetisnya, penulis kembali (mulih) ke basis awal penulisan semula dan menyadari bahwa penjelajahan tersebut bermuara pada pendalaman nilai-nilai yang mengakar dan terjangkar dari tempatnya semula.
Inti konsep berpikir di atas bermakna apapun sejarah yang muncul dan mengisahkan tentang lahirnya wayang ental, hingga keberadaanya kini merupakan wacana falsafi yang merujuk pada ontologi (kebendaan) wayang.
Penulisan ragam wayang akan selalu kembali kepada “manusia” dan “pemikirannya” untuk “menanggapi” wayang tersebut.
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis melakukan pembaruan terhadap penulisan wayang ental dengan mengembangkan teknik gerak wayang ental sebelumnya, yang menstilir gerak wantah dan maknawi wayang. Penulis melakukan eksplorasi lebih mendalam terhadap medium entalsebagai medium wayang yang digunakan mulai dari teknik pembuatan wayang, tata busana wayang, dan karakterisasi tokoh wayang. Eksplorasi tersebut melahirkan jenis wayang baru melalui konsep kreativitas tanpa batas.
Karya wayang ental tiga dimensi (2023) / Foto: Dok. Pribadi
Penjelajahan terhadap daun ental sebagai medium wayang berfokus pada pengolahan teknik yang tidak biasa seperti penggunaan teknik laser cutting untuk membuat pola, serta menggunakan teknik grafir untuk membuat volume dan penekanan pada fisik wayang. Selain itu, pengolahan daun ental juga berbeda dari wayang sebelumnya.[T]