BERKESENIAN adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat di Bali. Sebagai orang Bali, dipandang wajib untuk mengetahui dan menguasai kesenian itu.
Di Bali, antara seni dan agama menjadi satu kesatuan dan saling terkait, berdampingan dalam pelaksanaannya. Seni selalu hadir sebagai pelengkap keagamaan dalam ritus yang dilaksanakan. Memang demikian, setiap ritual yang berlangsung terdapat unsur-unsur seni yang ditampilkan.
Maka, guna menjaga keberlangsungannya, dari generasi ke generasi, dibutuhkan jalan untuk menjaga eksistensinya.
Tari Rejang Dewa dan Tari Baris Gede di Penataran Pura Besakih / Dok I Nyoman Mariyana Tahun 2023
***
Usia belia ibarat kertas putih yang harus dilukiskan dengan warna, sehingga mengandung arti dan bernilai. Begitu halnya anak-anak yang harus kita bekali, latih, dan tanamkan kecintaannya pada seni dan budaya Bali warisan leluhur.
Mereka adalah aset pemajuan kebudayaan kita. Menjadi pilar penentu kualitas eksistensi kesenian di masa depan.
Mengenalkan seni sejak dini menjadi hal wajib yang dilakukan guna menjaga pertumbuhan pewaris penerus kesenian di daerah. Hal itulah yang menjadi semangat keluarga kami bersama komunitas yang kami beri nama Sanggar Seni Kebo Iwa.
Anak-anak kami bekali dengan pengenalan seni, baik itu tari, tabuh, tembang, menggambar, musik, yang mereka harus ketahui dan menjadi dasar sebagai orang Bali.
Pemahaman melalui tutur kata kerap kami lakukan guna menumbuhkan kesadarannya untuk menjaga seni ini, sehingga mereka benar-benar tergugah dan timbul motivasi dalam dirinya untuk belajar, menerima, dan tentunya menarik bakatnya serta mengasah potensi dirinya.
Komang Diah Banuwati Mariyana Menari Rejang Dewa di Penataran Pura Besakih / Dok. I Nyoman Mariyana Tahun 2023
Sebenarnya dari belajar seni inilah karakter mereka ditanamkan. Sebab, belajar seni adalah melatih jiwa, kepekaan, jujur, bertanggung jawab, saling memahami, kegotongroyongan, saling menghargai, dan sikap-sikap mental lainnya, yang dipupuk sehingga menjadi sikap dasar yang wajib dimiliki setiap insan.
Sikap itulah yang kami tanamkan dari aktivitasnya berkesenian bersama dikeluarga kami dan juga kami berikan kepada anak-anak didik kami di sanggar yang kami dirikan sejak 21 Juni 2010 itu.
Bersyukur kami diwarisi bakat seni yang tumbuh di keluarga kami sehingga bisa mengabdikan diri dan berkontribusi dalam kegiatan adat di masyarakat. Sejak dini pula anak-anak kami ajarkan untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.
Keluargaku Menari/ Dok. I Nyoman Mariyana Tahun 2023
Kehidupan sosial kami kenalkan. Mencari teman sahabat dari berkesenian. Konsep ngayah yang kami warisi menjadi tali jembatan yang menghubungkan keakraban lintas generasi. Dari kegiatan ini terjalin kekeluargaan, perekat persahabatan, tertanam sejak dini untuk masa hidupnya di kemudian hari.
Sering kami siratkan kepada penerus kami, bahwa janganlah datang saat kamu membutuhkan saja, datanglah untuk berbagi, tanamlah kebaikan, memberi dengan apa yang kamu punya, sumbangkan sesuatu untuk orang lain karena karma baik itu akan direstui semesta.[T]