HAMPIR SEBAGIAN dari kita sudah pasti pernah berada dalam situasi yang sering disebut dengan istilah galau.
Perasaan galau ini biasanya muncul dikarenakan kita memikirkan banyak hal—atau sekarang lebih sering dikenal dengan sebutan overthinking—baik tentang percintaan, pertemanan, pendidikan, karier, keluarga, hingga masa depan.
Menurut Frederick Dermawan Purba, psikolog dari Universitas Padjajaran (Unpad), perasaan galau berawal ketika seseorang memiliki banyak pikiran. Dan kondisi psikologi seseorang sendiri dibagi menjadi tiga area utama, yaitu pikiran, perasaan, dan perilaku.
Ketiga area tersebut akan mempengaruhi satu dengan yang lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa banyak pikiran menjadi faktor penyebab galau paling besar.
Banyak pikiran berpengaruh langsung ke perasaan dan perilaku yang bercampur jadi satu, dan menciptakan perasaan tidak menentu yang cenderung negatif (perasan-perasaan inilah sering disebut galau).
Orang galau biasanya menganggap semua masalah tidak ada jalan keluarnya. Seolah ketika kita curhat tidak ada yang mendengarkan, merasa sendiri, dan banyak pikiran-pikiran negatif yang muncul setelahnya.
Perasaan galau, sepi, sendiri dan tidak memiliki orang yang diajak bercerita, tak jarangn membuat kita mencurahkan seluruh isi hati kita ke media sosial, dengan harapan, setelahnya kita akan merasa sedikit lega.
***
Pernahkah kalian memperhatikan teman-teman kalian di medsos? Baik WhatsApp, Instagram, Facebook, atau di Twitter, sudah pasti ada banyak sekali orang yang membuat postingan galau setiap harinya—atau justru kalian nih, yang sering update story galau? Haha.
Keinginan memosting hal-hal galau di media sosial itu seperti candu, saya sendiri sampai saat ini masih sering update-update postingan galau. Membuat postingan galau seperti dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi saya. Namun, sekarang sudah jarang saya lakukan semenjak, belakangan ini, saya memahamami pentingnya personal branding.
Dikutip dari salah satu artikel Forbes yang ditulis oleh seorang President & CEO perusahaan Marketing Communication, Susan Gunelius, personal branding merupakan persepsi atau pandangan seseorang yang kita bentuk terhadap diri kita sendiri dan apa yang bisa kita tawarkan secara profesional saat ini serta di masa depan.
Saat ini personal branding mempengaruhi bagaimana nilai kita di mata orang-orang yang memperhatikan media sosial kita, sehingga kita sendiri yang bisa menentukan seperti apa citra diri kita dipandangan orang lain.
Tidak dapat dimungkiri, saat ini, ketika melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan besar, pihak mereka akan mengecek media sosial kita terlebih dahulu—ya, sepertinya media sosial membuat orang-orang jujur tentang pikiran dan isi hatinya.
Personal branding ini tentu sangat penting bagi kita, karena akan mempengaruhi kehidupan kita hari ini dan ke depannya.
Untuk itu, saya ada beberapa tips buat kalian, agar kalian tidak lagi update story galau di media sosial secara terus-menerus. Baca sampai akhir ya, biar nggak ada lagi yang ngejudge kalian alay karena sering update story galau di media sosial.
Menyibukkan diri atau buat diri menjadi produktif
Kebiasan membuka dan menutup media sosial tanpa kita sadari ikut berperan membuat kita merasa galau. Sadar atau tidak, ketika menemukan postingan galau, kita akan ikut galau dan merasa postingan itu relate dengan kita. Padahal belum tentu.
Untuk itu, hal yang harus kita lakukan adalah menyibukkan diri, agar tidak merasa gabut, dan berujung update postingan-postingan galau—yang kalian anggap relate, padahal belum tentu.
Hanya simpan kontak yang sering dihibungi dan ikuti akun orang-orang penting
Dengan menyimpan banyak kontak atau menerima pengikut (atau mengikuti) orang yang tidak terlalu penting, tentu akan merusak citra kita. Ya, bisa dibilang orang-orang yang tidak mengenal kita akan menilai dari postingan yang kita unggah. Ini tentu berbeda dengan orang yang sudah mengenal kita di kehidupan nyata.
Selain itu, hindari kontak atau akun orang yang membuat kalian galau, ya. Kalau kontak doi (mantan) masih ada, sudah pasti kalian terus ingin update story galau biar dilihat doi.
Tidak semua momen dalam hidupmu harus dibagikan
Yap, perlu kita sadari bahwa tidak semua hal yang ada di hidup kita harus kita abadikan di sosial media, khususnya yang galau-galau. Kalo postingan-postingan motivasi atau pencapaian mungkin lebih baik, karena dapat memberikan kita citra positif di kalangan teman-teman media sosial kita.
Nah, itu yang dapat saya bagikan.
Bagi yang sudah terbiasa update postingan galau, beberapa tips di atas mungkin sulit untuk diterapkan—seperti saya yang dulu contohny. Hahaha. Tapi, beberapa tips di atas cukup membantu lho, agar kalian tidak sering post yang galau-galau lagi.
Jadi, yuk kurangi galau, mari lebih produktif. Bisa mulai dari olahraga, baca buku, belajar desain, dan hal-hal baru yang belum pernah dipelajari.
Kalau saya sekarang, daripada update story galau, mending nulis. Hehe.[T]