JIKA DIBANDINGKAN dengan program studi (prodi) lain, Prodi Teologi Hindu di kampus berbasiskan agama Hindu selalu paling sedikit peminatnya. Padahal Prodi Teologi Hindu merupakan prodi yang menaungi bidang keagamaan, yang secara umum meliputi studi tentang pengenalan dan pembahasan mengenai susastra dan kitab suci agama Hindu, serta implementasi ajarannya dalam kehidupan sosial religius masyarakat.
Atau, dalam bahasa lain, Prodi Teologi Hindu barangkali dapat juga disebut sebagai prodi yang mempelajari dan menganalisa berbagai teori agama, spiritualitas, dan keyakinan Hindu secara rasional untuk dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang lebih mudah serta dapat disesuaikan dengan zaman.
Namun, minat lulusan SMA untuk mendaftar pada Prodi Telogi Hindu selalu sedikit. Yang banyak diminati justru prodi yang tidak secara khusus mempelajari agama Hindu, semisal Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Ilmu Komunikasi.
Sebagai salah satu ikon dari lembaga pendidikan agama Hindu, tentu prodi Teologi Hindu memiliki kekhususan dibandingkan dengan program studi lainnya. Tetapi, benar memang, tak banyak kampus yang membuka program studi ini. Artinya, Prodi Teologi Hindu cukup langka, hanya beberapa kampus Hindu saja yang membukanya.
Logikanya, jika prodi itu langka, seharusnya banyak anak muda yang mendaftar, karena setamat kuliah mereka bisa melangkah pada peluang kerja dengan saingan yang tidak banyak. Apalagi, pada zaman yang tak menentu ini, ilmu-ilmu agama dari lulusan Prodi Teologi Hindu akan sangat dibutuhkan, bukan hanya di ruang publik, tapi juga pada lembaga-lembaga formal.
STAHN Mpu Kuturan
Dari beberapa kampus berbasiskan agama Hindu, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja, menjadi salah satu kampus yang memiliki Prodi Teologi Hindu.
Gedung STAHN Mpu Kuturan Singaraja | Foto: Ist
Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan berdiri sejak 2016. Dan sejak pertama didirikan, sampai sekarang, prodi yang menjadi bagian dari Jurusan Brahma Widya—bersama Prodi Filsafat Hindu—itu bisa dibilang telah mencetak generasi (Hindu) yang unggul. Hal ini terbukti dari beberapa lulusannya yang sudah bekerja di berbagai instansi.
Meski demikian, khusus di STAHN Mpu Kuturan, Teologi Hindu terkenal dengan program studi yang sepi peminat. Hal tersebut tampak aneh, mengingat, STAH adalah lembaga pendidikan tinggi agama Hindu.
Lihat saja, berdasarkan data 4 April 2023, dari total 1.025 kursi yang disiapkan kampus STAHN Mpu Kuturan Singaraja, sudah hampir 60% terisi pada pendaftaran gelombang I. Dan sudah dapat ditebak, Program Studi Teologi Hindu selalu mendapat sedikit peminat (pendaftar).
Kepala Program Studi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan, I Wayan Titra Gunawijaya, S.Fil., M.Ag, membenarkan hal tersebut. “Memang benar, peminat Program Studi Teologi Hindu sangat langka,” katanya, melalui pesan WhatsApp, Selasa (11/4/23) pagi.
Sekadar informasi, hingga saat ini, menurut data dari Ketua Panitia PMB 2023 STAH Negeri Mpu Kuturan, Made Gami Sandi Untara, calon mahasiswa baru yang mendaftar Prodi Teologi Hindu hanya 21 pendaftar dari 764 calon mahasiswa baru yang mendaftar di 12 program studi (prodi) di 4 jurusan (Dharma Duta, Dharma Acarya, Dharma Sastra, dan Brahma Widya). Jumlah itu jauh lebih sedikit dari Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang mendapat 237 pendaftar.
Sepi Peminat
Apa yang membuat prodi Teologi Hindu di kampus Hindu ini tak banyak diminati?
Menurut Kaprodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan, alasan Prodi Teologi Hindu kurang diminati karena prodi ini sangat eksklusif, khusus membicarakan mengenai ajaran ketuhanan, kemudian implementasi keagamaan dalam kehidupan sosial, serta bagaimana jalan mencapai kebahagiaan yang bersifat jasmani dan rohani.
“Sedangkan, hari ini banyak anak muda yang tak tertarik dengan hal-hal demikian. Mereka lebih berminat untuk mempelajari hal-hal yang baru serta lebih berminat ke prodi yang sesuai dengan kemampuannya,” ujarnya.
Apakah hanya itu? Apakah prospek pekerjaan tidak berpengaruh terhadap minat calon mahasiswa baru dalam memilih prodi termasuk Teologi Hindu, misalnya?
Persembahyangan bersama di STAHN Mpu Kuturan Singaraja | Foto: Ist
Ni Made Ari Diasih, mahasiswi Jurusan Dharma Acarya Prodi Pendidikan Agama Hindu itu menjawab pertanyaan di atas. Ia mengatakan, dirinya tidak mengambil prodi tersebut karena berpikir prospek kerja sebagai lulusan Teologi Hindu tidaklah luas (banyak).
Alasan tersebut cukup masuk akal. Mengingat, kebanyakan pasar dunia kerja hari ini tidak terlalu melihat soal-soal kerohanian. Yang kebanyakan dilihat adalah skill yang benar-benar ada relevansinya dengan pekerjaan yang dibutuhkan.
Bahkan, perguruan tinggi sekarang seolah bukan lagi tempat untuk mengeksplor ilmu pengetahuan, tapi semata-mata menjadi tempat untuk mempersiapkan calon tenaga kerja yang dibutuhkan pasar. Semuanya bergerak untuk memenuhi pasar.
Selain pertimbangan prospek kerja, Ari juga beranggapan bahwa Prodi Teologi Hindu itu didominasi oleh mahasiswa yang menjadi Jro. “Oh iya, sebenarnya saya juga ragu akan kemampuan otak saya dalam memahami soal-soal kedewa-dewaan itu,” tambahnya sambil bercanda.
Berbeda dengan Ari, Ni Made Adhi Wedanti mengungkapkan bahwa dirinya tidak cocok masuk ke Prodi Teologi Hindu sebab merasa menjadi hamba Tuhan yang pembangkang—alasan yang agak mengada-ada sebenarnya.
“Saya pikir tidak cocok saya masuk prodi yang berbau ketuhanan. Dan sebenarnya, sedari awal memang ingin masuk Prodi Ilmu Komunikasi—yang menurut saya sesuai dengan kemampuan yang saya miliki,” kata mahasiswi Jurusan Dharma Duta Prodi Ilmu Komunikasi itu.
Sedangkan Putri Retno Wulandari berpendapat, sejak awal ia memang tidak kepikiran untuk memilih Prodi Teologi. “Aku hanya tahu Prodi Pendidikan dan Ilmu Komunikasi, karena aku tidak terlalu tahu soal agama,” ujarnya.
Memilih Prodi Teologi Hindu
Di lain pihak, Made Sukerta Yasa, mahasiswa semester 6 Teologi Hindu, menyampaikan alasannya memilih prodi ini karena sejak awal memang ingin menjadi seorang rohaniawan yang intelektual. “Untuk mengajarkan ajaran agama Hindu ke masyarakat, termasuk anak muda,” terangnya.
Mulia sekali. Ia mengaku memilih Prodi Teologi Hindu untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran agama Hindu, guna meningkatkan srada dan bakti masyarakat.
Ia berpendapat bahwa ini merupakan kesempatan bagus untuk memperkenalkan bahwa sesungguhnya ajaran ketuhanan atau ajaran agama Hindu secara umum itu tidak hanya bisa dipelajari oleh orang yang sudah tua saja, tetapi juga bisa dipelajari semua kalangan masyarakat.
Menurutnya, mindset seperti itu perlu ditanamkan pada diri anak muda zaman sekarang—yang kebanyakan berpikir kalau ajaran agama itu merupakan suatu proses yang berat dipahami dan hanya cocok untuk dipelajari oleh orang-orang yang sudah berumur saja.
“Zaman sekarang anak muda banyak yang tidak memahami ajaran agama Hindu. Jadi, banyak juga yang keliru. Saya memilih prodi Teologi Hindu juga dengan harapan dapat mengajegkan ajaran Hindu Bali melalui sastra maupun Weda,” tegas Sukerta.
Tetapi, hal itu menjadi wajar sebab pemuda yang berasal dari Bangli ini memang seorang Jro Mangku. “Jadi saya ingin menambah kepercayaan saya dalam beragama dan juga menamabah relasi. Saya ingin melanjutkan pendidikan sampai S2; ingin menjadi dosen agama sekaligus menjadi seorang rohaniawan,” ujar pemuda yang kerap disapa Dane Jro Penyarikan Duuran ini.
Peluang Kerja Lulusan Prodi Teologi Hindu
Jika salah satu alasan tidak memilih Prodi Teologi Hindu karena prospek kerja, lantas, apa saja peluang pekerjaan bagi lulusan Teologi Hindu?
Dikutip dari laman resmi STAHN Mpu Kuturan bagian penjelasan tentang Jurusan Brahma Widya, ada empat pekerjaan yang cocok bagi lulusan Teologi Hindu: 1) Sebagai Teolog; 2) Akademisi; 3) Peneliti; dan 4) Ahli Agama dan Konsultan Agama.
Hal senada juga disampaikan Kaprodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan, I Wayan Titra Gunawijaya, S.Fil., M.Ag. “Utamanya menjadi penyuluh agama Hindu untuk memberikan pemahaman mengenai ajaran agama yang sesuai dengan susastra Hindu,” ujarnya menjelaskan.
Ia juga membenarkan bahwa peluang karier dan pekerjaan utama dari seorang lulusan Teologi Hindu memang menjadi guru atau dosen agama baik formal maupun non formal. “Tetapi, sebenarnya tidak terbatas itu saja. Lulusan Teologi Hindu juga bisa menjalani karier lainnya. Misalnya sebagai penulis buku agama Hindu, konsultan keagamaan, peneliti publik, atau pemuka agama (rohaniawan),” tambahnya.
Sampai di sini, terlepas dari sedikitnya minat calon mahasiswa baru yang memilih Prodi Teologi Hindu, yang jelas, prodi yang memiliki visi mencetak lulusan yang berkarakter Tri Kaya Parisudha ini, tetap mampu mempertahankan keberadaannya atau eksistensinya hingga saat ini.
“Kami tetap gencar melakukan strategi, sosialisasi, pengenalan, supaya generasi muda tertarik untuk mendaftar ke prodi kami. Sebab, pelajaran teologi sangat penting,” ujar Titra.[T]
Reporter: Dewa Ayu Yuliarini, Kadek Sri Widiastuti, Kadek Risma Widiantari, dan Dyah Sri Khrisna Aryantini. Reporter adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.
Penulis: Jaswanto
Editor: Made Adnyana