Sebanyak 19 seniman dari Sanggar Santhi Budaya Singaraja kini berada di Korea Selatan. Mereka terdiri dari 13 penari, 5 penabuh dan seorang direktur yang memimpin rombongan.
“Kami bersukacita memperkenalkan kesenian Indonesia, khususnya Bali, lebih khusus lagi Buleleng, di Cheonan, Korea,” kata I Gusti Ngurah Eka Prasetya, pengelola Sanggar Santhi Budaya saat dihubungi lewat WA Call, Senin malam, 26 September 2022.
Seniman dari Sanggar Santhi Budaya itu berada di Korea Selatan untuk mengikuti Cheonan International Dance Festival, 19-30 September 2022. Mereka senang-senang dengan berbagai kegiatan di Kota Cheonan dan Mok Po.
Festival itu digelar Federation International Dance Arts Festival (FIDAF). Markas FIDAF ada di Cheonan, sebuah kota propinsi di Korea Selatan.
Penampilan Sanggar Santhi Budaya Singaraja di Korea Selatan
FIDAF adalah organisasi nirlaba di bawah Unesco yang fokus menyelenggarakan festival seni tari internasional sebagai sarana diplomasi 47 negara. Salah satu anggotanya Indonesia yang diwakili Sanggar Santhi Budaya. Sanggarnya ada di Singaraja, Buleleng, Bali, tapi kantor perwakilan Indonesia untuk FIDAF ada di Jakarta.
Apa saja yang dilakukan anak-anak Sanggar Santhi Budaya di Korea Selatan? Tentu saja menari. Tapi selain itu mereka juga memberi workshop, juga jalan-jalan.
“Dalam festival ini kami mengikuti kompetisi koreografi yang merupakan wakil Indonesia dan secara langsung juga menjadi duta Buleleng serta Bali,” kata Eka Prasetya.
Masuknya Sanggar Santhi Budaya sebagai daftar peserta di Cheonan International Dance Festival tentu saja melewati tahap seleksi yang cukup ketat.
Santhi Budaya masuk seleksi selama setahun dari tahun 2020. Namun karena pandemi Covid-19 festival diundur hingga tahun 2022 ini. Di Cheonan ada seleksi lagi, Terdapat 6 negara yang masuk seleksi semifinal dari 47 negara.
“Dan kami dari Indonesia berhasil meraih juara kedua atau Silver Prize dan merupakan pertama kalinya Indonesia meraih tiga besar dalam ajang itu,” ujar Eka Prasetya dengan nada suara gembira.
Ada tiga materi yang dibawakan Sanggar Santhi Budaya dalam festival itu, yakni satu garapan dengan durasi 5 menit untuk parade, sebuah garapan berdurasi 5 menit dengan judul Ngeliput, dan satu garapan lagi berdurasi 10 menit dengan judul Bhinneda.
Menghibur Lansia
Selain kompetisi, anak-anak Sanggar Santhi Budaya bersenang-senang juga dengan banyak kegiatan di Korea.
“Anak-anak sanggar juga sebagai talent untuk memberikan workshop tari Bali tahap dasar kepada siswa SD di International dan Nasional School di Cheonan,” kata Eka Prasetya.
Selain itu, anak-anak sanggar juga mengikuti kompetisi funny dance. Itu lomba yang menyenangkan. Siapa pun bisa ikut lomba menari secara bebas tanpa aturan.
Sanggar Santhi Budaya Singaraja memukau penonton di Korea Selatan
Tak lupa juga anak-anak jalan-jalan menikmati daerah Cheonan, misalnya jalan-jalan ke Everland Korea. Mereka juga jalan-jalan ke kota Mok Po. Tentu tak sekadar jalan-jalan. Anak-anak penari dan penabuh itu melakukan pembelajaran sosial dan ekonomi ke kota Mok Po, karena di situ terdapat produsen makanan laut dari Korea, juga dari dunia. Di kota Mok Po mereka sempat menghibur lansia.
Hal yang juga menyenangkan mereka, di sela-sela acara festival sempat-sempatnya mereka enonton konser SYS (penyanyi gagnam style) di pusat kota Cheonan. Mereka juga memberi materi koreografi di Sangmyung University Cheonan dan sekaligus memperkenalkan Buleleng sebagai pusat seni dan budaya di Bali.
Swadaya dan Sponsor
Eka Prasetya mengatakan, keberangkatan Sanggar Santhi Budaya ke Korea murni dari swadaya dan sponsor yang tidak mengikat. Dana swadaya dan sponsor itu digunakan untuk biaya tiket, visa serta proses keberangkatan.
“Sedangkan sesampainya di Korea semua telah ditanggung panitia dengan standar internasional,” kata Eka Prasetya.
Selain sebagai ajang kompetisi serta promosi seni budaya dan pariwisata pasca pandemi Covid 19, acara ini juga dapat menjadi sarana kerjasama antara Korea dan Indonesia, khususnya lagi dengan Bali dan Buleleng. Selain kerjasama di bidang seni budaya dan pariwisata dapat juga nantinya berlangsung kerjasama di bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
Ini kabar yang cukup menarik. Apabila Pemerintah Kabupaten Buleleng berkenan membuat kerjasama dengan FIDAF dan Negara-negara anggotanya secara personal, juga bisa dilakukan melalui ajang festival ini.
Lalu apa manfaat ajang ini untuk anak-anak Sanggar Santhi Budaya?
Penghargaan Silver Prize untuk Sanggar Santhi Budaya dari Indonesia
Manfaat program pagelaran ke luar negeri untuk anak-anak sanggar yaitu membuka wawasan tampil di dalam dan luar negeri, belajar cross culture understanding secara langsung, meningkatkan kualitas teknis seni, dan personal branding.
“Anak-anak juga mendapatkan sertifikat internasional yang bisa dipakai untuk mencari sekolah lewat jalur prestasi dan sebagai kebanggaan bukti pengalaman pribadi,” kata Eka Prasetya. [T]