DENPASAR | TATKALA.CO — Balimakarya Film Festival #2 tahun 2022 siap digelar. Festival itu diyakini akan bisa menciptakan peluang bagi bangkitnya fIlm buatan sineas Bali.
“Festival film internasional Balimakarya #2 itu bisa menjadi momentum bagi para sineas yang berbasis di daerah untuk kebangkitan ekosistem perfilman Bali,” kata Ayu Laksmi, Kamis 15 September 2022.
Ayu Laksmi adalah penyanyi dan juga aktris film “Pengabdi Setan” # 1, 2 yang masing-masing diproduksi tahun 2017 dan 2022. Di Balimakarya #2 ini Ayu Laksmi berperan sebagai Tim Pengarah Balimakarya Film Festival.
Ayu Laksmi yang kelahiran Singaraja, Bali, ini menyebutkan Balimakarya Film Festival ini bisa menjadi peluang bagi komunitas yang sangat tepat bagi pegiat film untuk menunjukkan bakat hebat dan karya-karya terbaik mereka kepada publik.
“Apalagi Bali memiliki jejak sejarah karya film sejak tahun 1920an,” kata Ayu Laksmi.
Sejumlah film karya para sineas ekspatriat di masa kolonial, sebelum Indonesia merdeka, kata Ayu Laksmi, begitu banyak jumlahnya. Namun kini, di era kemerdekaan sekarang justru karya film “made in Bali” tak terdengar.
BACA JUGA:
Karya film para sineas dari Bali mestinya bisa sehebat karya senirupa, karawitan ataupun tari yang telah melegenda, dan terkenal secara global. Saat ini, potensi kebangkitan karya film khas Bali sangat terbuka karena ada dukungan sumberdaya manusianya, dan ekosistem budaya lokal yang besar.
“Saya bergarap keberadaan dan giat Balimakarya Film Festival bisa menjadi momentum bagi kebangkitan karya film dari Bali,” harap Ayu Laksmi.
Direktur Program Balimakarya Film Festival (BMFF) #2 yang juga pegiat perfilman (cinema) internasional, John Badalu, menyebutkan Bali tak hanya nyaman sebagai tujuan wisata, tetapi juga sangat potensial sebagai sentra cinema internasional.
Bahkan, kondisi itu sudah berlangsung sejak jaman dulu. Pulau Dewata sering dipilih sebagai tempat pembuatan film ataupun tempat fotografi yang memang memiliki kelebihan.
John Badalu
“Bali sangat potensial sebagai sentra cinema internasional. Itu karena popularitas Bali sebagai obyek wisata dunia sebagai nilai plus yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia,” kata John Badalu.
Balimakarya Film Festival yang didelar di Pulau Dewata secara nasional dan internasinal akan menjadikan Bali sebagai atraksi wisata yang beda. Apalagi ekosistem budaya lokal sangat dikagumi secara internasional, demikian pula sumber daya manusianya kompetitif, sehingga potensi Bali harus direvitalisasi.
Selama tiga tahun menetap di Kuta, ia melihat komunitas film di Bali tersendat, beda dengan di Jogja, Bandung, Jakarta atau Makassar.
“Itu karena antarkomunitas film di Bali belum punya wahana untuk forum interaksi secara intensif,” ujar John Badalu.
Untuk itulah John Badalu mengatakan dengan penuh harap Balimakarya Film Festival bisa menjadi forum sharing, kolaborasi secara lebih intens dan mendalam bagi pegiat cinema secara lintas komunitas. Aktivitas Balimakarya menawarkan ragam obyek wisata yang beda bagi wisatawan ke Bali.
“Eksistensi Balimakarya Film Festival bisa diuntungkan karena posisi Bali sejak dulu sebagai persinggahan seniman internasional,” kata John. [T]