2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nungkalik: Fragmentasi Kelahiran dari Tubuh yang Terluka

tatkalabytatkala
August 10, 2022
inPertanian
Nungkalik: Fragmentasi Kelahiran dari Tubuh yang Terluka

Dramatic dance performance berjudul Nungkalik dari Kitapoleng Deaf

Rabu 10 Agustus 2022 –Berawal gelap, di sunyi seluruh ruang, cahaya menyala dari sebuah pintu. Di pintu putih cahaya yang bisa dibayangkan sebagai pintu kelahiran itu, nampak kepompong tubuh lelaki. Ia menggeliat dalam kondisi terbalik serupa kelelawar, menggantung; nungkalik. Suara-suara terdengar dari kejauhan menjelma bisik, atau barangkali pula begitu dekat serupa mantra. Lelaki itu membuka kain-kain yang membungkus seluruh tubuhnya, mencari jalan kepulangan sekaligus keberangkatan.

Begitulah dramatic dance performance berjudul Nungkalik dari Kitapoleng Deaf bermula. Nungkalik adalah sebuah kisah yang ditata Jasmine Okubo berdasarkan pengalaman pribadi Wahyu, lelaki itu, yang seluruh penampilnya melibatkan teman tuli. Di panggung itu, Wahyu menatap sekeliling. Pandangannya teduh, tatapannya tulus. Sesekali, ia meremas jari. Di jari-jari itulah ia menyimpan suaranya. Dengan jari-jari itulah ia mulai berkisah.

Wahyu lahir dengan kondisi fisik normal. Ia tumbuh dengan normal, tak ada bedanya. Ia memiliki hidung yang sama untuk bernafas, bibir yang sama untuk berbicara, telinga yang sama untuk mendengar. Itu yang disangka banyak orang, dan Wahyu berharap itu benar. Tapi setelah ulang tahun pertama, orang tuanya mengabarkan bahwa ia ada kelainan: tidak bisa bicara, juga mendengar.

Dalam karya berdasarkan naskah yang ditulis Wendra Wijaya, Wahyu mengajak penonton berbincang. Tapi tentu saja, suaranya tak terdengar. Ia memang tak bisa mengeluarkan suara, tapi bukan berarti ia malas dan lemah. Ia pernah bunuh diri dengan cara melompat dari jembatan, namun ia tak terluka. Di akhir fragmen, sebuah teks muncul dari layar visual: Saya Wahyu dan saya kuat, walau kadang tak berdaya. Bisakah kita berteman, walau tanpa suara?

Wahyu terguncang, jatuh sedalam-dalamnya. Pasca percobaan bunuh diri, Wahyu menjumpai Kanda Pat, empat saudara berwujud halus yang selalu mengiringi roh (sukma) manusia dari dilahirkan hingga meninggal. Ia berkeluh tentang hidup yang tak adil, mengeluhkan intimidasi, diskriminasi, sekaligus krisis kepercayaan yang dialami.

Adegan ini diterjemahkan secara apik oleh Dibal Ranuh sebagai artistic director,  dengan memainkan visual art bersama Aditya dari Apik Creative. Dalam visualisasi itu, nampak benar upaya menerjemahkan perasaan-perasaan terdalam seorang Wahyu; ada nganga luka dalam keriangan. Seperti Wahyu yang menutup luka-luka dalam tubuhnya dalam tawa dan penerimaan yang utuh. Adakah sepi yang lebih sepi selain kematian berkali-kali? Perasaan ini selalu lekat dalam tubuhnya yang terluka. Dalam tubuhnya yang menyimpan percik, namun selalu siap berkobar dalam nyala yang cemerlang.

Kelahiran

Pintu selalu terbuka bagi segala keresahan. Dalam tubuhnya yang terluka, tangan-tangan gaib meraih Wahyu menuju arah cahaya. Salsa, Yogi, dan Ayu, para penari bisu-tuli itu, menjadi bayang-bayang dari pengalaman hidupnya. Mereka menari, melepas keresahan hati dalam imaji musik yang diciptakan Yogi Sukawiadnyana. Di sekelilingnya, di tengah diskriminasi dan intimidasi yang dialaminya, Wahyu tidaklah sendiri. Di luar sana, masih banyak yang mengalami nasib serupa. Dan di luar sana, masih banyak pula orang yang peduli terhadap penyandang disabilitas seperti Wahyu, Salsa, Yogi, juga Ayu. Tak banyak memang, tapi mereka ada. Mereka selalu ada, walau kadang tak terlihat.

Pimpinan produksi Pranita Dewi menjelaskan, Nungkalik yang telah di pentaskan pada Sabtu (6/8) di Museum Nasional Jogjakarta dalam program Artjog 2022 itu membuka ruang kesadaran bagi siapa pun yang menyaksikannya. Mereka merasakan suara-suara terbenam yang memanggil-manggil, dan mampu disuarakan Wahyu di atas panggung pertunjukan. Salah seorang penonton, Fai, yang juga disabilitas asal Boyolali mengatakan kisah dan perasaan-perasaan yang dialami Wahyu sama persis dengan apa yang dirasakannya selama ini.

“Teman-teman tuli berusaha menunjukkan kemampuan yang awalnya diremehkan oleh orang-orang dengar yang menganggap kita berbeda, gak bisa setara, diskriminasi. Banyak banget cacian dan makian, juga kekecewaan. Tapi kita berusaha menampilkan kemampuan kita. Sangat-sangat berusaha. Dan di panggung ini, kalian menunjukkan bakat kalian sebagai penari, sangat-sangat membuat merinding. Sangat terasa,” katanya melalui bahasa isyarat seraya berharap isu-isu ini bisa dibawa kemana-mana.

Anif dari Komunitas Bawayang Jogjakarta mengatakan pertunjukan yang diawali dengan kesunyian di dunia yang ramai ini membuatnya merinding. Juga tentang upaya mereka menunjukkan keberanian, untuk menghadapi orang-yang yang menganggap teman tuli berbeda karena memiliki kemampuan. Ia berharap, Kitapoleng bisa membawa isu-isu ini sampai ke internasional dan membawa kesadaran luas untuk memutus stigma bagi teman tuli.

Sementara Koreografer Jasmine Okubo menjelaskan kehadiran dirinya dalam panggung Nungkalik bisa dikatakan hampir 90 persen tidak ada gunanya. Metode yang ia terapkan bagi teman-teman tuli ini adalah dengan cara melepas apa yang mereka rasakan. “Ada beberapa metode yang sifatnya conducting benar-benar bermanfaat. Tapi saya itu lebih ke bagian-bagian tertentu yang harus ada klik-nya antara koreografi dan musik. Jadi hampir 90 persen saya di sana itu gak ngapa-ngapain. Cuma, saya kadang menjadi Ibu mereka. Jadi kalau saya gak ada mereka panik,” jelasnya.

Jasmine menambahkan, terkadang ia melepas teman-teman tuli dalam pertunjukan. Mereka pun sesungguhnya bisa membawakan tarian selayaknya orang normal. “Kelebihan teman tuli, mereka bisa menari secara konsisten sebab mampu menjaga dan mempertahankan tempo musik yang sama dalam diri mereka masing-masing,” pungkasnya.

Pertunjukan Nungkalik malam itu ditutup dengan adegan sarat makna. Di sebuah kendi berisi air, ia membenamkan dirinya. Ia memurnikan dirinya, mengurai segala kemelekatan dalam diri sebab air dipercaya sebagai media penyucian. Fragmen ini disempurnakan oleh kidung dari Peni Candra Rini. Suaranya yang menyayat adalah nyanyian keresahan dalam tubuh yang terluka. Suaranya yang nyaring-tajam serupa keinginan untuk melepas kelemahan menjadi kekuatan. Di kendi itu pula Wahyu memotong rambutnya, membebaskan diri dari kemelekatan sebelumnya untuk memulai kehidupan dalam kemurnian, kemuliaan dan keyakinan akan penerimaan hidup yang lebih sempurna.

Pertunjukan Nungkalik di panggung itu berakhir sudah. Namun pertunjukan Wahyu, Salsa, Yogi, Ayu, dan teman tuli juga disabilitas lainnya masih akan terus berlanjut, entah sampai kapan.

Barangkali, hingga diskriminasi dan intimidasi tak ada lagi dan suara-suara mereka bermekaran di setiap hati.[T][Ole/*]

Tags: seni pertunjukan
Previous Post

Linda Christanty dan Rasa yang Janggal Tertinggal | Catatan Diskusi Semenjana

Next Post

Antitesis Dunia Lisan, Sensasi Dunia Tulis, Merambah Dunia Pengetahuan, Merespons Tulisan, dan Peristiwa Cerita

tatkala

tatkala

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

Next Post
Antitesis Dunia Lisan, Sensasi Dunia Tulis, Merambah Dunia Pengetahuan, Merespons Tulisan, dan Peristiwa Cerita

Antitesis Dunia Lisan, Sensasi Dunia Tulis, Merambah Dunia Pengetahuan, Merespons Tulisan, dan Peristiwa Cerita

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co