Sarwaada adalah nama kuna dari Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Sebagai daerah petilasan Maha Yogi Agung Rsi Markandya, Desa Taro memiliki energi spiritual yang sangat tinggi. Spiritual kemudian menstimulir bentuk-bentuk keluhuran budi berupa kreatifitas seni.
Desa Taro dalam konteks kreatifitas melahirkan berbagai kerajinan seperti arsitektur bangunan suci keagamaan Hindu berbahan paras Taro dan kerajinan tatah emas serta perak. Saat ini kerajinan tatahan emas dan perak menjadi daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh Desa Taro khususnya di Banjar Delod Sema, Taro Kelod.
Salah satu seniman tatah emas dan perak yang sudah banyak memiliki karya tatah emas dan perak yang diperuntukkan pada hiasan pretima (arca suci), barong, rangda, keris dan perhiasan lainnya adalah I Made Pada. I Made Pada lahir di Banjar Delod Sema pada tanggal 3 Juli 1973.
Ia mulai belajar menatah perak dan logam sejak kelas 3 SMP. Kemudian pada tahun 1995 mulai menatah hiasan dari bahan emas. Hasil karya tatahan emas dari I Made Pada telah tersebar pada pretima pada pura-pura penting di Bali.
Karya tatahan emas dari I Made Pada terkenal dengan kualitas bahan serta bentuk tatahan yang sangat menonjol serta memiliki garis yang tegas sehingga rupa dari tatahannya memiliki dimensi dan artikulasi yang jelas.
Foto 1. I Made Pada. Dok: I Wayan Diana Putra
Saat ini I Made Pada dengan hasil karya tatahan emas untuk barong dan rangda sangat digemari oleh umat Hindu di Bali khsususnya di Kabupaten Gianyar, Badung, Denpasar hingga Tabanan.
Mulai dari tahun 2016 sampai saat ini I Made Pada telah banyak melahirkan motif-motif baru dalam konteks hiasan baros berbahan emas atau perak. Hasil karya prestisius I Made Pada dalam bentuk tatahan full emas pada badong (hiasan pada leher barong) sesuhunan barong di Desa Adat Ubud dan Desa Melinggih, Payangan. Kemudian arca pretima dengan tatahan emas berbentuk patung dibuat untuk sesuhunan di Desa Padangtegal, Ubud.
Selain mengerjakan hiasan pretima dan barong, I Made Pada juga dikenal sebagai pengerajin hiasan keris yang handal di mata pencinta keris. Pande Suteja Neka selaku pendiri Museum Neka yang juga seorang kolektor keris di Bali sering menggunakan hasil tatahan emas karya I Made
Pada pada keris-kerisnya yang bernilai tinggi. Keris karya I Made Pada juga diminati oleh Happy Salma dipamerkan secara khusus bersama karya tatahan lainnya di Plaza Indonesia Jakarta, serta mendapat appresiasi yang luar biasa dari kalangan seniman, sineas, dan konten kreator tingkat nasional.
Forto2: Hasil karya tatahan Made Pada
I Made Pada sendiri telah mendapatkan penghargaan tingkat tertinggi yaitu penghargaan Wijaya Kusuma dari pemerintah Kabupaten Gianyar. Piagam penghargaan dari Gubernur Bali sebagai Seniman Kriya pada tahun 2016 oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Piagam dari Kementrian Pemuda dan Olahraga sebagai Seniman Muda Penggiat Keris Indonesia pada tahun 2015.
Saat ini I Made Pada sedang mengerjakan tatahan emas untuk sesuhunan di Banjar Taman Kelod, Banjar Singa Perang Payangan, Desa Semita, Gianyar dan Desa Padangtegal.
Foto 3: Penghargaan Seni Darma Kusuma untuk Made Pada
Pada tanggal 25 sampai dengan 26 Maret 2022 I Made Pada bekerjasama dengan Happy Salma dan Dewa Sri Luce Rusna melalui Pustaka Tulola di Jakarta menggelar pameran karya tatahan perak dan emas dengan tajuk “Ketenangan Jiwa”.
Dalam pameran tersebut I Made Pada menyajikan hasil karya tatahannya dalam bentuk perhiasan dan keris. I Made Pada memiliki kredo mensinergikan antara spiritualitas dan estetika dalam setiap karyanya. “Keikhlasan adalah sebuah prinsip dalam berkarya, serta dengan kemurnian pikiran yang bersih maka energy untuk menghasilkan karya yang berkualitas akan muncul” kata Made Pada.