22 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Manusia, Predator Puncak yang (Mencoba) Bertahan Hidup

Krisna AjibyKrisna Aji
December 6, 2021
inEsai
Manusia, Predator Puncak yang (Mencoba) Bertahan Hidup

Foto ilustrasi: Mursal Buyung

Sejatinya, setiap entitas hidup di dunia ini dapat bertahan hingga detik ini karena memiliki insting untuk tetap bertahap hidup dan meneruskan keturunan. Banyak entitas hidup yang pada akhirnya tergerus waktu dan punah karena insting saja tidak cukup: perlu dilanjutkan dengan luaran nyata yang dapat melawan seleksi alam; perlu ada tindakan nyata yang sesuai dengan tuntutan tempat hidup–dan berujung pada pola adaptasi terhadap tekanan. Selanjutnya, pola bertahan hidup yang sukses dari individu pada akhirnya akan diturunkan kepada generasi penerus. Hasil akhirnya, suatu entitas dapat terhindar dari kepunahan.

Dari tuntutan untuk menyelamatkan entitas diri secara individu, tidak jarang pola tersebut membentuk sikap egois yang mendahulukan kepentingan sendiri: saling mengalahkan antara satu entitas dengan entitas lainnya–dari persaingan antar spesies yang berusaha mencapai posisi sebagai pemangsa puncak, persaingan antar entitas di dalam satu spesies, dan bahkan bahkan dalam satu kelompok. Pada titik ini, akan terbentuk rantai makanan yang secara alamiah terjadi. Pola saling mengalahkan pada rantai makanan tidak hanya terjadi antar spesies, tetapi juga dalam satu spesies dan kelompok: seperti terjadinya strata politik, budaya, dan ekonomi pada manusia.

Walaupun kepentingan diri “tampaknya” adalah hal yang utama, pada akhirnya keseimbangan harus tetap terjaga. Siklus rantai makanan hanya akan berjalan dengan harmonis jika “pemangsa” tetap mendapatkan “mangsa” dalam jumlah yang cukup. Jika pemangsa terlalu banyak atau jumlah mangsa terlalu sedikit, maka kelangsungan hidup pemangsa pun akan terancam.

Secara alami, keseimbangan jumlah “pemangsa” dan “mangsa” sejatinya telah diatur oleh alam. Saat terjadi ketimpangan, maka semesta yang misterius akan memberikan intervensi sehingga keseimbangan awal dapat terjadi kembali: populasi “pemangsa” akan terkontrol dengan sendirinya jika tidak mendapatkan makanan yang cukup.

Terkontrolnya populasi “pemangsa” akibat makanan yang kurang sering terlihat pada hewan dan tumbuhan yang tidak memiliki kecerdasan untuk memanipulasi sumber daya yang ada. Tetapi, bagaimana jika “pemangsa” tersebut memiliki kecerdasan untuk bertindak lebih jauh? Homo sapiens bisa jadi adalah contoh yang paling nyata.

Homo sapiens atau manusia dapat bertahan hingga saat ini karena kecerdasannya dalam memanipulasi sumber daya yang ada. Saat sumber makanan sudah mulai jarang ditemui di era berburu, manusia dengan cerdas mengolah tanah dan memanipulasi sumber protein hewani: bercocok tanam dan berternak. Pada fase ini, masalah akan kebutuhan makanan dapat teratasi. Fase ini juga merupakan awal mula konsep “kepemilikan” semakin menguat.

Di masa bercocok tanam, masalah akan kebutuhan makanan terhadap populasi manusia yang terus bertambah dapat teratasi untuk sementara waktu. Walaupun demikian, jumlah pertambahan populasi yang terus meningkat membuat lahan dan hewan ternak yang dipakai untuk bercocok tanam tidak cukup lagi untuk dikonsumsi.

Pada tahap ini, manusia mengakali masalah dengan memperluas wilayah bercocok tanam dan memperbanyak ternak yang dimiliki. Perluasan wilayah ini tentu berbenturan dengan manusia lain yang memiliki kepentingan yang sama. Saat kemampuan wilayah yang dimiliki tidak mampu memenuhi kebutuhan, manusia akan melakukan ekspansi ke area lain yang kosong, dan akhirnya melakukan perluasan ke wilayah manusia lainnya: dengan melakukan perebutan dan perang terhadap kepemilikan orang lain.

Di masa – masa kuna, ekspansi atas hak milik individu lain dilakukan dengan kekerasan dan perang. Saat kekerasan disepakati sebagai hal yang buruk, ekspansi tersebut ternyata tidak berhenti. Ekspansi tetap dilakukan dengan cara yang lebih halus dan terstruktur dengan teknologi bernama uang: benda semu yang tidak memiliki harga tetapi menjadi sangat mahal karena kesepakatan bersama.

Dalam perkembangannya, uang akhirnya dijadikan simbol kemapanan. Walaupun pada hakikatnya sumber daya ada batasnya, para kapital yang memiliki modal dan berkuasa atas uang terus memberikan delusi mengenai sumber daya yang tidak akan habis–dengan cara berinvestasi pada ilmu pengetahuan. Sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan, pada akhirnya “disulap” menjadi kebutuhan primer bagi para konsumen. Konsumen akan bekerja–dan memperkaya pemiliki modal–kemudian berlomba membeli barang dari pemilik modal tersebut walaupun barang dan jasa tersebut bukanlah kebutuhan primer. Simbol kemapanan akibat kepemilikan dari produk – produk berkelas dan bermerk terus dikampanyekan. Efek lanjutannya sangat mudah ditebak: perputaran uang yang semu terus bergerak.

Dengan dalih “penemuan baru akan membuat barang konsumsi menjadi tidak terbatas”, kondisi tersebut jelas akan menetramkan manusia yang berada pada pusaran roda penggerak perekonomian. Tetapi, benarkah demikian? Bagaimana jika hal tersebut dilihat secara lebih luas?

Bahan konsumsi manusia tentu saja akan terus tersedia akibat penemuan – penemuan baru. Tetapi, proses produksi barang konsumsi tentu tidak akan lepas dari pemanfaatan alam. Pemanfaatan sumber energi yang semakin marak, pembukaan lahan baru untuk mendirikan pabrik, dan polusi yang terus meningkat adalah contoh yang paling sering terjadi.

Penggalian tambang di darat dan penanaman sawit dalam jumlah besar memerlukan pembebaskan hutan. Belum lagi polusi lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas tersebut. Pemakaian sumber energi juga akan menghasilkan polusi: mesin mengeluarkan karbon monoksida yang berbahaya bagi lingkungan. Walaupun pada perjalannya hal tersebut diakali dengan menggunakan sumber daya sinar matahari dengan panel surya, tetap saja diperlukan sumber daya bumi dalam proses pembuatan alat panel surya yang memiliki kemungkinan perusakan alam yang mirip dengan penggalian sumber energi lainnya: litium.

Manusia akan tetap menggeser entitas lainnya dalam bertahan hidup, baik itu secara individu atau kolektif. Pencarian sumber energi akan menggeser keberlangsungan hidup dari penyedia oksigen–hutan–dan semua makhluk hidup di dalamnya. Cepat atau lambat ketimpangan ekosistem pendukung kehidupan manusia akan terjadi.

Disadari atau tidak, ketimpangan itu pada akhirnya akan membuat keberlangsungan hidup manusia itu sendiri terancam. Jelas, ketimpangan itu berawal pada keserakahan manusia. Keserakahan yang mengaburkan pandangan terhadap keseimbangan; keserakahan yang mengaburkan pandangan bahwa entitas lain pun perlu hidup agar keharmonisan bersama tetap terjadi.

Manusia pada akhirnya tidak bisa hidup sendiri dan perlu menghargai kepentingan entitas lain untuk bertahan hidup. Saat entitas lain tetap hidup dengan nyaman, manusia pun akan hidup dengan tenang. Keserakahan pada akhirnya akan membuat manusia sebagai predator puncak akan musnah bersamaan dengan hilangnya lingkungan tempatnya tinggal. [T]

_____

KLIK UNTUK BACA ARTIKEL DOKTER KRISNA YANG LAIN

Covid: Antara Kedukaan dan Merelakan
Tags: kemanusiaanmempertahankan hiduppredator
Previous Post

Budi Darma dalam Bayang-bayang Tokoh | Catatan Diskusi Semenjana #3

Next Post

Arak Bali Belum Sepenuhnya Legal, Tapi Tenang Saja…

Krisna Aji

Krisna Aji

Psikiater dan penulis lepas

Next Post
Arak Bali Belum Sepenuhnya Legal, Tapi Tenang Saja…

Arak Bali Belum Sepenuhnya Legal, Tapi Tenang Saja...

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more

PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

by Putu Eka Guna Yasa
May 20, 2025
0
PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

MERESPON meluasnya cabang ormas nasional yang lekat dengan citra premanisme di Bali, ribuan pacalang (sering ditulis pecalang) berkumpul di kawasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum
Pameran

Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum

DALAM rangka memperingati 109 tahun hari kelahiran almarhum perupa Arie Smit, digelar pameran murid-muridnya yang tergabung dalam penggayaan Young Artist....

by Nyoman Budarsana
May 21, 2025
I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor
Persona

I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor

“Nu medagang godoh?” KETIKA awal-awal pindah ke Denpasar, setiap pulang kampung, pertanyaan bernada mengejek itu kerap dilontarkan orang-orang kepada I...

by Dede Putra Wiguna
May 21, 2025
Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan
Panggung

Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan

CHEF lokal Bali Made Masak dan ahli koktail Indonesia Bili Wirawan akan membuat kejutan di ajang Ubud Food Festival 2025....

by Nyoman Budarsana
May 20, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co