29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Catatan Harian Sugi Lanus: Kesadaran Brahmana, Jalan Setapak ke Pintu Moksha

Sugi LanusbySugi Lanus
February 2, 2018
inEsai

Foto: Mursal Buyung

81
SHARES

“DENGAN melewati tahapan hidup dari Sudra menuju Wesya, dari Wesya menuju Satria, dari Satria menuju Brahmana, seseorang mencapai Moksha,” guru saya pernah berucap demikian suatu hari.

Kalimat beliau“bersayap.”

Sudra, Wesya, Satria, Brahmana, adalah kesadaran manusia, bukan urusan darah daging manusia.

Manusia yang hanya tenggelam mengandalkan tubuh untuk berkarya kasar mencari penghidupan (Sudra) tentu tidak dapat mencapai Moksha. Manusia yang orientasinya masih selisih sisa hasil penjualan, apalagi berjiwa maklar yang pikirannya dipenuhi dengan persenan penjualan tanah, mana mungkin mengapai Moksha.

Pintu moksha tidak juga ‘hadir’ untuk insan yang masih sibuk saling sikut ingin terus bergelimpang kekuasaan dan perebutan tahta (kursi) jabatan (Satria). Hanya dalam jiwa seorang yang tulus berdoa kepada semua, tanpa memikirkan selisih penjualan, tanpa mencari kuasa dan ketenaran, ada harapan pintu Moksha terbayangkan. Malam gelap kerja kasar tanpa kesadaran hati, awan pekat keuntungan penjualan, kabut tebal libido kekuasaan, akan menutup dan menjauhkan pintu itu.

Di keluarga latar belakang sosiologis atau golongan apapun seseorang lahir, walaupun dikatakan ia terlahir dalam garis silsilah keturunan pendeta tertinggi di masa silam, ia harus melewati tahapan Sudra-Wesya-Satria-Brahmana yang laten dalam diri setiap manusia.

Bekerja kasar dan hidup kasar (Sudra) harus dilampaui ke tahap pekerjaan managerial; mengelola pikiran agar beruntung dan mampu menghasilkan keuntungan berlipat (Wesya). Siapapun, sekalipun secara secara genetik konon terlahir dari keluarga Brahmana, jika pikirannya dipenuhi selisih dan persentase keuntungan semata, memperkaya diri dan keluarga, ia sesungguhnya seorang Wesya.

Dari tahap Wesya, seseorang diharapkan terlahir kembali secara kesadaran dalam hidup ini dengan meninggalkan orientasi hidup mencari keuntungan dan laba, menuju ‘pengabdian kemasyarakatan’, mengerjakan dan memikirkan masyarakat, turut serta dalam menata kehidupan manusia, menjadi Satria.

Setelah tahapan Satria dijalani, jika mampu pikirannya terlahir dalam kesadaran Brahmana, ia baru mungkin menapaki jalan setapak menuju pintu Moksha.

Dalam satu kehidupan, seseorang bisa berjuang menjadikan dirinya terangkat dari kesadaran Sudra menuju kesadaran Brahmana. Sebaliknya, bisa juga seseorang terjatuh dari kesadaran Brahmana menuju kesadaran pedagang atau pemimpi kemasyuran dan kekuasaan belaka.

Dari pengabdian berbasis kekuasaan, kedudukan dan kehormatan, menuju pengabdian batiniah, dalam doa dan dalam pelayanan, menahan diri dan mengendalikan pikiran, mewujudkan dan menggali potensi terdalam diri, memahami ruh dan nyawa sendiri, sedalam-dalamnya, seutuh-utuhnya, sejujur-jujurnya, maka ia baru mencapai tahap terlahir dalam kesadaran Brahmana.

Mereka yang pikiran dan kesadarannya telah mencapai mencapai kesadaran Brahmana berpeluang menuju ke jenjang perjalanan berikutnya, perjalanan menuju pintu Moksha.

Beberapa tokoh yang melintas jalan dari silsilah dan garis kelahirannya. Mereka manusia sujati:

Walmiki diceritakan menjalani hidup sebagai perampok, lalu tercerahi karena mendapat ‘mantra’ dan menjalani tapa, sehingga ia dikerubungi semut dan tubuhnya terkubur rumah semut. Walmiki berarti rumah semut. Sebagai pertapa tercerahi ia menuliskan Kisah Ramayana.

Lubdakadalam kisah Siwalatri Kalpa, terlahir menjadi pemburu dan tercerahi lewat ‘renungan malam Siwa Latri,’ mencapai ‘Siwa Loka’ atau ‘alam tertinggi’ setelah kematiannya.

Satyakama Jabala, seorang anak pembantu yang tidak jelas siapa ayahnya, muncul dalam Chandogya Upanishad, bab IV, pergi mencari seorang guru yang akan membimbingnya mencapai tujuan tertinggi kehidupan. Kepada Rishi Gautama Haridrumata, ketika ditanya asal muasal keluarga dan garis silsilah keluarganya, Satyakama Jabala mengakui bahwa ia bahkan tidak tahu siapa ayahnya. Ibunya menjadi pembantu dari rumah ke rumah dan berbuah melahirkan dia. Menurut Rishi Gautama Haridrumata, karena Satyakama Jabala berbicara kebenaran maka dia seorang Brahmana. Chandogya Upanishad IV 4,1-5, menyebutkan: ‘Kebenaran adalah kebajikan tertinggi, kebajikan moral yang memungkinkan seseorang untuk mencapai Yang Absolute’.

Sidhartha Gautama terlahir sebagai Satria, ia meninggalkan tahta dan kemewahan. Memasuki kehidupan tapa dan kesucian. Ia bergerak dari Satria menuju kesadaran Brahmana. Lewat jalan asketime dan perenungan dan mendalam ia mencapai Nirbana yang sempurna. Ia bukan saja mencapai yang entitas yang tertinggi, bahkan menjadi pembuka jalan dan mahaguru diantara para brahmana.

Apa yang disampaikan guru saya dalam pembuka tulisan ini, sangat menarik untuk dibandingkan dengan apa makna Brahmana dalam kitab suci Dhammapada, bagian Brahmanavagga XXVI:

(411)Seseorang yang tidak mempunyai nafsu keinginan lagi,
yang telah bebas dari keragu-raguan
karena memiliki Pengetahuan Sempurna,
yang telah menyelami keadaan tanpa kematian (nibbana),
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(412)Seseorang yang telah mengatasi kebaikan,
kejahatan dan kemelekatan,
yang tidak lagi bersedih hati, tanpa noda, dan suci murni,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(413)Seseorang yang tanpa noda,
bersih, tenang,
dan jernih batinnya seperti bulan purnama,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(414)Orang yang telah menyeberangi lautan kehidupan (samsara) yang kotor,
berbahaya dan bersifat maya;
yang telah menyeberang dan mencapai ‘Pantai Seberang’ (nibbana);
yang selalu bersemadi, tenang, dan bebas dari keragu-raguan;
yang tidak terikat pada sesuatu apa pun
dan telah mencapai nibbana,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(415)Seseorang yang dengan membuang nafsu keinginan
kemudian meninggalkan kehidupan rumah-tangga
dan menempuh kehidupan tanpa rumah,
yang telah menghancurkan nafsu indria akan ujud yang baru,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(416)Seseorang yang dengan membuang nafsu keinginan
kemudian meninggalkan kehidupan rumah-tangga,
dan menempuh kehidupan tanpa rumah,
yang telah menghancurkan kemelekatan dan kerinduan,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(417)Seseorang yang telah menyingkirkan ikatan-ikatan duniawi
dan juga telah mengatasi ikatan-ikatan surgawi,
yang benar-benar telah bebas dari semua ikatan,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(418)Seseorang yang telah mengatasi rasa senang
dan tidak senang dengan tidak menghiraukannya lagi,
yang telah menghancurkan dasar-dasar bagi perwujudan,
dan juga telah mengatasi semua dunia (kelompok kehidupan),
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(419)Seseorang yang telah memiliki pengetahuan sempurna
tentang timbul dan lenyapnya makhluk-makhluk,
yang telah bebas dari ikatan,
telah pergi dengan baik (Sugata)
dan telah mencapai ‘Penerangan Sempurna’,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(420)Orang yang jejaknya tak dapat dilacak,
baik oleh para dewa, gandarwa, maupun manusia,
yang telah menghancurkan semua kekotoran batin
dan telah mencapai kesucian (arahat),
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(421)Orang yang tidak lagi terikat pada apa yang telah lampau,
apa yang sekarang maupun yang akan datang,
yang tidak memegang ataupun melekat pada apapun juga,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(422)Ia yang mulia, agung, pahlawan,
pertapa agung (mahesi), penakluk, orang tanpa nafsu, murni,
telah mencapai penerangan,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
(423)Seseorang yang mengetahui semua kehidupannya yang lampau,
yang dapat melihat keadaan surga dan neraka,
yang telah mencapai akhir kelahiran,
telah mencapai kesempurnaan pandangan terang,
suci, murni, dan sempurna kebijaksanannya,
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.

Sudra, Wesya, Satria, Brahmana, adalah kesadaran manusia, bukan urusan darah daging manusia, bukan urusan historis atau sosiologis tubuh. Ini adalah urusan spiritual. Hanya dalam cahaya dan kesadaran Brahmana terbuka jalan setapak menuju pintu Moksha. (T)

Tags: balibrahmanaLudakamokshaSidharta GautamaWalmiki
Previous Post

Liburan di Kiralela: Stalagnit Tonggak Bakau di Pantai Welolo

Next Post

Berpolitik di Pemerintahan Mahasiswa: Menentang Kepalsuan atau Belajar Korupsi?

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post

Berpolitik di Pemerintahan Mahasiswa: Menentang Kepalsuan atau Belajar Korupsi?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co