16 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Banyak Alasan untuk Tidak Membaca Buku

Wayan PaingbyWayan Paing
June 15, 2025
inEsai
Banyak Alasan untuk Tidak Membaca Buku

Foto ilustrasi: tatkala.co

KEGIATAN membaca buku atau dengan istilah lain yang lebih mentereng: kegiatan literasi, sepertinya mengalami pertumbuhan yang cukup sulit. Kalau di era tahun 90-an sampai 2000-an awal ketika buku masih merupakan barang mahal dan susah dijangkau, alasan untuk tidak membaca buku, ya tidak mempunyai kemampuan membeli buku. Alasan lainnya, perpustakaan jarang dan jauh, toko buku juga langka terutama di daerah-daerah pinggiran. Alasan yang sempurna untuk menjauhkan diri dari buku dan kegiatan membaca secara umum.

Pada kondisi tersebut, cita-cita luhur mulai bertumbuhan: kalau sudah kerja, sebagian penghasilan akan disisihkan untuk membeli buku. Sebuah cita-cita adi luhung dan terlihat amat menyilaukan menyilaukan mata. Kenyataannya, cita-cita tersebut direalisasikan dengan gemilang.

Banyak buku diadakan setelah menikmati buah kerja berupa penghasilan. Sebuah perpustakaan mini di pojok ruang tamu tampak mungil dan kurang memuaskan. Upaya selanjutnya adalah membuat sebuah ruangan khusus, layaknya kamar suci, yang isinya berbagai macam buku tentang segala pernik kehidupan. Mulai dari sejarah, psikologi, antropologi, adat, hukum, dan lingkungan tertata rapi dan tampak memuaskan mata.

Bahkan beberapa menjadi barang antik yang tidak boleh disentuh sembarangan. Sama rapinya dengan halaman-halaman buku yang sama sekali tidak tersentuh. Bahkan ketika sampah plastik menjadi perhatian khusus dengan berbagai aturannya, sampul pembungkus buku dari plastik belum dilepas setelah belasan tahun.

Alasannya simpel: sibuk mengais rejeki. Alasan ikonik lainnya: tidak ada yang sesuai dengan bidang kerja yang digeluti. Alasan remeh lainnya: tidak membawa faedah. Waduh!

Cerita-cerita langka beberapa orang yang berkeliling dari satu toko buku ke toko buku lainnya untuk membaca beberapa halaman buku yang tidak mampu dibelinya, kemudian dilanjutkan membacanya di toko buku lain, dan begitu seterusnya sampai satu buku tuntas di baca, seolah menjadi mitos yang sangat sulit dipercaya. Jangankan ada upaya membuktikan, dipercaya saja tidak. Bila ada upaya untuk mendengungkan cerita itu lagi, jawaban singkatnya sudah ada: lahir salah jaman. Duh!

Cerita kemudian berlanjut. Saat memasuki kehidupan rumah tangga, alasan mengurus anak, mempersiapkan kehidupan yang lebih layak buat penerus, dan tetek bengek lainnya seolah menjadi alasan yang empuk untuk menjauh dari kegiatan membaca buku.

Tentu kebiasaan yang akan menjadi sarang tiruan yang mudah bagi anak-anak kita di rumah. Buat apa baca buku, toh lingkungan keluarga tidak menunjukkan hal yang demikian. Mungkin itulah yang muncul dalam benak anak-anak di rumah. Sebuah situasi yang membuat kata-kata orang tua kepada anaknya untuk belajar apalagi membaca akan mental dengan mudahnya.

Parahnya, kondisi itu dibarengi dengan upaya untuk menyalahkan situasi. Anak-anak makin susah di atur, perkembangan jaman semakin sulit dibendung, perkembangan teknologi membuat segalanya mudah tanpa usaha, dan terakhir, pemerintah yang tidak bisa mengurus masa depan generasinya. Situasi parah yang berujung pasrah.

Saat jaman semakin mendekatkan kita dengan buku melalui digitalisasi, kenyataannya semakin miris. Persis pertalian keluarga. Saat kita merantau agak jauh, tidak jauh-jauh amat, saat pulang kampung, sesempat-sempatnya kita akan berkunjung ke rumah kakek nenek, paman, atau saudara jauh lainnya.

Saat sudah tinggal di kampung halaman, anggapan akan banyak waktu untuk berkunjung malah membuat intensitas kunjungan semakin jarang. Sama halnya dengan membaca buku, dengan digitalisasi, banyak buku mampu dijangkau dengan mudah. Akan tetapi, anggapan semuanya sudah ada dalam genggaman, kapan saja perlu akan selalu ada, malah membuat waktu terbuang dengan kegiatan lain yang tidak sesuai rencana: mengisi waktu luang dengan membaca buku yang sangat mudah didapat saat ini.

Situasi tampak semakin runyam ketika bantahan-bantahan mulai muncul. Bukankah saat ini semakin banyak orang menghabiskan waktunya untuk membaca, setiap hari dilalui dengan membaca. Serbuah berita media soaial yang semakin marak membuat kegiatan membaca sulit dihindarkan.

Cek saja media sosial, berapa berita yang dalam hitungan detik diteruskan terus menerus sampai viral, bukankah hal itu akan membuat orang semakin banyak menggunakan waktunya untuk membaca. Bahkan setiap orang berlomba-lomba menuliskan statusnya di media sosial untuk dibaca orang lain. Berapa air mata yang mengucur setiap saat, iya, setiap saat, hitungannya bukan lagi hari, tapi detik, ketika membaca status atau berita sedih mengharu biru.

Berapa orang yang kemudian sakit perut menertawakan hal-hal lucu yang berseliweran setiap detiknya, dan berapa orang yang kemudian terpancing amarah setelah membaca sebuah berita. Bantahan-bantahan itu menghunjam dengan telak kemudian terhenyak dengan satu tangkisan: betapa dalamnya kamu membaca sebelum mengunyah, menelan, dan meneruskan sebuah informasi di media sosial?

Ambil saja sebuah contoh kecil, ketika di suatu daerah (lokalan) tersiar kabar pernikahan yang signifikan usianya, misalkan.

Apakah akan terlintas dalam pikiran kita tentang novel Siti Nurbaya? Apakah timbul pertanyaan, si mempelai manula berupaya sedemikian rupa layaknya Datuk Maringgih untuk mendapatkan gadis impiannya?  Ataukah si gadis belia nantinya akan mati dan dikuburkan bersebelahan dengan pemuda impiannya? Jawabannya, sepertinya tidak.

Sebab kesimpulan akhir yang kemudian berpendar cukup singkat: begitulah cara memandang dan memanfaatkan uang di jaman sekarang. Keduanya beruntung! Yang tidak beruntung adalah pembanyanya yang berdecak iri (mungkin).

Lalu, kapan sebenarnya kegiatan membaca buku menjadi sebuah kebutuhan? Jawaban yang tampaknya mudah: tentu saja mahasiswa–mahasiswa yang akan menyelesaikan masa studinya. Setidaknya, beberapa semester akhir atau semester-semester tambahan setelah akhir, mereka akan dipaksa membaca agar tugas akhirnya tuntas dengan gemilang.

Semoga. Akan tetapi, walau sangat-sangat sedikit, ada juga yang mengakhiri masa kuliah di saat-saat paksaan membaca itu tiba. 

Ah! Ini adalah catatan untuk diri sendiri, yang lain mohon jangan merasa disentuh. [T]

Penulis: Wayan Paing
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA:
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Empat Area Kajian Sastra Pariwisata Menurut Prof. Darma Putra
“Stigma Sastra Sayembara” Karya I Nyoman Darma Putra : Selalu Tiada Terduga Diksi dan Terminologinya
Lewat “Heterogenitas Sastra di Bali”, Darma Putra Raih Penghargaan Sastra Kemendikbudristek
Tags: Buku
Previous Post

Wayang Style Bebadungan: Dramaturgi Awal dan Strategi Kesakralan

Next Post

Mengelola Sampah Berbasis Sumber, Seperti Mengelola Tinja

Wayan Paing

Wayan Paing

Lahir di Gulinten, 6 April 1983. Menjadi guru di Ababi, Abang, Karangasem. Saat mahasiswa suka sastra dan teater yang kini ingin ditekuninya kembali

Next Post
Mengelola Sampah Berbasis Sumber, Seperti Mengelola Tinja

Mengelola Sampah Berbasis Sumber, Seperti Mengelola Tinja

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

by Lintang Pramudia Swara
June 16, 2025
0
Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

BEGITU enigmatik dan diabolis, saya rasa Han Kang memberi tawaran segar di kancah sastra dunia. Sejak diumumkan sebagai pemenang Nobel...

Read more

Niskala Pancasila dan Tugas Besar Pendidikan: Menyemai Indonesia Raya dari Dalam Diri

by Dewa Rhadea
June 16, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

PERINGATAN Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni bukan sekadar momen seremonial. Ia adalah ajakan reflektif—untuk menengok ke dalam, menyatukan kembali...

Read more

Drama Gong

by I Wayan Dibia
June 16, 2025
0
Drama Gong

SEJAK pertengahan tahun 1960 kreativitas para seniman Bali telah melahirkan dua jenis seni drama. Salah satu seni drama yang dilahirkan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya
Gaya

New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya

SAAT ini sneakers bukan lagi sekadar kebutuhan untuk melindungi kaki saja melainkan telah berkembang jadi bagian penting dari gaya hidup....

by tatkala
June 9, 2025
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co