— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011
SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan hutan Dusun Pengembuk, Desa Sokong, Lombok Utara, Sabtu 18-19 Juni 2011.
Awalnya saya hanya datang sebagai terundang biasa dan menemani teman saya seorang pendeta Kristen yang mendapat undangan ke acara “penurunan pusaka” di Lombok Utara. Saya memposisikan diri sebagai sahabat pendeta yang mendapat undangan dan saya ikut mendokumentasikan.
Sebelum pusaka diturunkan diadakan upacara adat dengan korban kambing 3 ekor, doa bersama, dan dihadiri para sesepuh dan warga, termasuk para santri setempat.
Pusaka mereka ternyata lontar ditambah beberapa permata. Ketika lontar itu hendak dibersihkan (hendak dicelup ke air), sontak saya bergerak dan melarang mereka “membersihkan” dengan cara “tidak standar”. Kamera saya taruh. Saya ikut membersihkan dengan kapas dan minyak kemiri yang kami buat dengan mendadak. Saat itulah saya katakan pada keluarga pemilik kalau saya kebetulan bisa membaca aksara yang dipakai dalam lontar tersebut.
Lontar yang saya baca 2 buah. Hikayat Nabi Yusuf dan Nabi Haparas. Naskah Nabi Haparas masih bagus, sementara Lontar Hikayat Nabi Yusuf sudah banyak yang berlubang.
Menariknya, kedua naskah dimulai dengan Kalimat Syahadat atau Syahadatain.
Saya membaca kedua naskah tersebut, dengan sendirinya telah membaca kalimat Syahadat (dua kali) di hadapan para memuka adat dan warga Sasak.
Teman saya berkelakar: “Bli sudah sah masuk Islam.”
“Apalagi disertai potong kambing dan saksi adat,” lanjutnya.
Semua yang mendengar tersenyum. Saya juga tersenyum.
Saya Hindu keluarga pendeta kampung tapi sudah biasa baca 2 kalimat syahadat karena beberapa lontar mengandung ajaran Islam yang saya baca. Sebelum membaca di Lombok saya telah membaca beberapa lontar dengan pembukaan kalimat Syahadat, yaitu lontar koleksi Gedong Kirtya Buleleng dan koleksi Museum NTB, Mataram.
Naskah Nabi Haparas (Nabi Bercukur) ini bukan satu-satu naskah yang pernah saya lihat. Saya temukan lontar sejenis menjadi koleksi Museum NTB. Baik lontar di keluarga ini dan koleksi Museum NTB beraksara Jajawen (Sasak) tidak jauh beda dengan aksara Bali dan Jawa. Ada pula beberapa naskah Nabi Haparas yang beraksara Jawi atau Arab Gundul yang salah satunya disimpan di salah satu museum di Malaysia.
Naskah tersebut saya salin dan saya kerjakan sangat tergesa, dan sampai saat ini belum sempat saya lengkapi dengan tanda diakritik [daɪ.əˈkrɪtɨk]. Ketika itu salah satu anggota keluarga pemilik lontar sangat ingin segera tahu isinya.
Risalah di bawah ini saya serahkan pada keluarga pemilik lontar tersebut, setidaknya memberi gambaran isi naskah Nabi Haparas:

PEMBUKAAN DIMULAI DENGANKALIMAT SYAHADAT
Dini kaule hanurun, ceritane Nabi Haparas. Dining wanghangapus ringgite, cerite handike nabi, pakse langkunging sang kakot, moge dohing tulak sari, pinatut basa Jawi, kayat pamulane dangu, mangke kedah ngong wikan, dadi penglipuring brangti, singamaca moga doh bale hing dunia
(Saya menurunkan, cerita Nabi Bercukur. Karena aku mengganti hurufnya, cerita baginda Nabi, maksud para ahlinya, semoga dijauhkan dari balak, menggunakan bahasa Jawa, pada awalnya hurufnya Arab, karena saya ingin mengetahui, menjadi pelepas lara, barang siapa yang membaca, mudah-mudahan dijauhkan dari balak dunia).
POKOK-POKOK ISI
a. Perintah langsung dari Allah untuk bercukur.
Hiye Nabi Muhamamad Mursal, punike sabde hiyang widi, wonten hing dalem surat, pinasti hing tuan singgih, tuan kinen hakuris.
(Karena Muhammad adalah Rasul, itu firmannya Allah, yang ada di dalam surat (Al-Qur’an), yang dipastikan oleh tuan sendiri, baginda disuruh bercukur).
b. Destar (sorban/ikat) kepala yang dipakai Nabi setelah dicukur diambil langsung dari surga.
Pengandikanire Yang Sukseme, mangke maring Jibril, sireng mangkate den henggal, manjinge hing suargiki, hangambile sireki, selembar godonging kayu, godonging kastube, lahambilen din hagelis, mungulembar hiku karya- nane destar.
(Tuhan berfirman, kepada malaikat Jibril, kamu segera berangkat, masuk ke dalam surga, kemudian kamu ambil, selembar daun kayu, namanya daun kastube, cepat kamu ambilkan, hanya selembar untuk destar).
c. Peralatan untuk mencukur dari surga yang langsung dianugerah- kan oleh Allah.
Kinendere yang sukseme, pengangge saking suargi, saking nugrahaning mare hing tuan.
(Perintah dari Yang Kuasa, semua peralatannya dari surga, dianugerahkan oleh Tuhan kepadamu).
d. Malaikat Jibril yang mencukur Nabi.
Lingire Nabi Muhammad, maring sire Jibrail, sape kang amaras hambe, jibril humatur aris, saking pakoning Yang Widi, kangambe kinen hacukur,
(Sabda Nabi Muhammad, kepada Jibril, siapa yang mencukur hamba, jibril menjawab, karena perintah dari Yang Kuasa, hamba yang mencukur tuanku)
e. Rambut Nabi tidak ada yang jatuh ke tanah
Mulane tan tibeng lemah, mankin remantuan singgih, dening samiye tinam- panan, dening sakeh widadari,
(Sebabnya tidak ada yang jatuh ke tanah, semua rambut tuanku, semuanya itu, diambil semua oleh bidadari)
f. Rambut Nabi dijadikan azimat dan gelang tangan oleh bidadari.
Firmaning Yang Maha Muliye, mangke aring widedari, pade mangkate de- nenggal, maring kekasih sun singgih, sire lungake sami, hamupue remanipun, pade kinarye jimat, remane kekasih mami, pade talikne aring egennire, o,
(Firman Yang Kuasa, kepada semua bidadari, kamu semua berangkat, ke- pada kekasihku, kamu sama-sama berangkat, mengambil rambut kekasihku, kamu jadikan azimat, rambutnya kekasihku, kamu jadikan gelang tanganmu).
KEKUATAN GAIB DAN PERLINDUNGAN
Lontar ini di dalamnya menjanjikan manfaat besar bagi siapa saja yang menulis/menyalin, menyimpan, membaca, mendengar, membawa, dan percaya akan cerita Nabi Haparas, yaitu:
1. Terhindar dari siksa api neraka dan bebas dari penyakit.
Supaye sire sedaye, sunluput aken hing berajung, saking hing api nera- ke,pome sing sapi nimpeni, hing cerite hiki, kekasih ing sun hacukur, sa- king enggeni satungagal, sun luput aken penyakit,
(Supaya kamu semua, kelak aku ampuni, dari siksa api neraka, jadi siapa saja yang menyimpan, ceritanya ini, kekasih (nabi) bercukur, dari tempat yang satu, aku bebaskan dari penyakit)
2. Terhindar dari rasa sakit ketika dicabut nyawanya.
Sun luputaken penyakit, tatkalanire sekarat, lagi pinecat rohe, benjang ingsun wihi sapeat,
(Saya bebaskan dari penyakit, nanti di waktu sakaratul maut, waktu dicabut nyawanya, kelak akan mendapat safaat)
3. Akan mendapat keselamatan.
Make sakowehing kang muliye,o. sun selamet aken sami, hing dunie te-keng aherat, sun luput aken sakowehin sikse,
(Semua akan mendapatkan keselamatan. Akan saya selamatkan semuanya, dari dunia sampai akhirat, aku bebaskan dari segala galanya, dari bermacam siksa).
4. Terhindar dari pertanyaan kubur dan semua siksa sampai hari kiamat.
Mung Karun Nakirun hike, lan sakowehing sikse kubur, miwahing dine kiyamat,
(Soal/pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, semua siksa akan lebur, sampai hari kiyamat).
5. Mendapat Rahmat dan selamat dari bencana.
Lan tan pegat sun tingali, tan pegat sakowehing rahmat, lan sun rakes bencanane, jelme lawan belis lamat,
(Dan tetap saya awasi, dan tidak putus rahmatku, juga saya pelihara dari bencana, dari manusia iblis dan setan laknat)
6. Dijauhkan dari kesusahan dan kemiskinan
Lamun wong ingetene, siren sun weki rahayu, aduh saking duke cipte,
(Kalau selalu ingat [cerita Nabi Haparas ini], saya berikan keselamatan, dan dijauhkan dari kesusahan dan kemiskinan).
7. Dipelihara isi rumahmu dan terhindar dari kebakaran
Miwah cerita puniki, simpening wismanire, sun raksanen se isine, wi- smanire sun raksehe, aduk aken hing bale, asal api tan tumuwuh, geni padam dening tirte,
(Dan juga yang menyimpan cerita ini, saya pelihara isi rumahmu, dan rumahnya akan saya jaga, rumahnya dijauhkan dari penyakit, bila disimpan di dalam rumah, rumahmu tidak akan kebakaran, seperti api disiram oleh air).
8. Dilipatgandakan harta bendanya
Lamun cerite punike, ginawe aken lelampah, dening pekir miskin teko, hiku sami asung ene, pire hing pawihire, maring pekir miskin iku, hing- sun hangiline sire, o. Upame arte sedemi sun iline itung dase, saking pundi kang pawehe, saking kudrate Yang Sukseme.
(Kalau cerita ini dibawa musafir, oleh para fakir atau miskin, semua akan diberikan, keistimewaan kepadanya, kepada fakir miskin itu, saya yang menggantikannya. Umpamanya harta benda seribu, saya gantikan dengan tujuh ribu, karena besar pemberiannya, sebab semua dari Allah).
9. Akan mendapat syafaat Nabi.
Lan antuk sapaat nabi, lanang sulan sesimungan,samiye antuk berkat karone,lan asung lan kang sinungan,
(Dan juga akan mendapat syafaat nabi,langsung diberikan, semua mendapatkan berkah,dan bagi yang menyimpan akan diberikan,)
10. Akan mendapatkan rezeki.
Datunging cerite nabi, tatkalanire pinaras, katuranane gelis meng- ko,rahmat ingkang nunggaldine, serte rezekinire, selakse sedine rauh, tanane tuwanging rahmat.
(Tentang ceritanya nabi, di waktu bercukur, segera akan diberikan, rahmat yang tiada putusnya, serta rezekinya, tiap hari akan datang, tidak ada putus rahmat-Nya turun)
11. Akan dijaga dari hantu dan binatang buas.
Yen binakte jimat iki, hing karang pringgepunike, hingkang akih durbik- sane, miwah sakoweh sato galak, pade wedi sedayu,
(Dan kalau dipakai menjadi jimat, atau pergi ke tempat yang angkar, tempat itu banyak hantunya, dan banyak binatang buas, semua tidak berani)
12. Akan mendapat keselamatan saat berperang.
Lamun binakte hajurit, sakowehe satru te sirne, bedil wahos pedang totok, tanane hamuyatane, tur kuat paudaniore, saking nugrahaning yang agung, kang hambakte cerite.
(Dan kalau kita bawa berperang, musuh tidak ada yang berani, bedil pedang panah tidak mempan, semua tidak berguna, yang berperang diberikan kekuatan, karena pertolongan dari Tuhan, bila membawa cerita ini).
13. Akan mendapat kebahagian dan disukai banyak orang.
Lamun ane karyaniki, atawe yen gegaweyan, hiku dadiye glis mangko, lan hamanggiye reki rahayu, akih wongike welas, tanane bendoning ra- tu, mpergaule kinasihan.
(Kalau ada pekerjaan, ataupun ada masalah, semuanya cepat selesai, kita dapat kebahagiaan, banyak yang senang pada kita, tidak ada yang ragu, kita semua dikasihani).
14. Akan mati syahid.
Lan manggih benjang yen mati, tan manggih merge kesasar, wong iku sahid patine, hingkang hagaduh cerite,
(Dan kalau meninggal, tidak akan kesasar, disebut juga mati syahid, bagi yang meyakini cerita ini)
h. Bagi yang tidak percaya terhadap cerita ini akan dibenci Tuhan dan akan menemui jalan sesat serta dikategorikan sebagai munafik.
Lanore percaya malih, miwah tan harse miyarse, hiku pasti wong munapik, hasengit ingsun kalintang,
(Bila tidak percaya, dan tidak mau mendengarkan, itulah orang munafik namanya, Saya sangat benci )
Sing sape mahido rike, yadiyan sriking manak, lamun hamakidoe, seyektine wong puniku, pasti manggih marge pape
(Barang siapa yang tidak percaya, atau ragu-ragu dalam hati, dan yang meremehkan cerita ini, orang itu nantinya, pasti menemui jalan sesat)
POKOK-POKOK AJARAN KEAGAMAAN
Dalam teks Nabi Haparas ini tegas terdapat pesan-pesan keagamaan Islam:
a. Ajakan untuk mengesakan Allah serta meyakini Allah dan Rasul- nya.
Asyhaduanla puniki, ilaha illallah hike, arti kuketahui reko, dengan hati putih suciye, hiye putus sinak iman, bahwe punike sungguh, tiada tuhan hingkang muliye.
(Aku bersaksi bahwa, ilaha illaallah itu, artinya aku bersaksi, dan diyakinkan dengan hati suci, keyakinan yang sesungguhnya, tiada Tuhan selain Allah, yang paling mulia).
Kang sinembak kang pinuji, setuhu ne ye allah, wajibul ujud te teko, jadikan sakowehing alam, kekak adanye sadiye, wa asyhadu ane puniku, muhammad rasulullah.
(Yang disembah dan dipuji, hanya Allah yang sebenarnya, hukumnya wajib diyakini (percaya), dia pencipta alam semesta, menguasai semua isinya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah).
Artinya kuketahui, dengan hati putih suciye, punike te setuhune, Nabi Muhammad utusan, hing yang kang murbing jagat, kang dadi julme tu wuwuh, hambawe iman Islam.
(Aku mengetahui (meyakini), dengan hati yang suci, dan sebenar-benarnya, Nabi Muhammad utusan-Nya, Allah yang mencipta alam ini, baik manusia jin dan alam semesta serta isinya, memberikan iman dan Islam)
b. Larangan menyekutukan Allah dengan makhluk hidup serta saran untuk selalu mengingat dosa.
Hangesakan sang widi, ngestokan raje kaula, hilingene yen ginawe. setuhune temak rasan, apan hakoweh dumadiye, kurip mati temah hipun, hiling rage nandang dose.
(Bila mau mengesakan Allah, jangan samakan antara raja dengan rakyatnya, sebagai hamba Allah kita selalu ingat pada-Nya, bisa berbicara dan dilihat, adalah pencipta semesta, sejak masih hidup sampai mati, kita selalu ingat dengan dosa).
c. Saran untuk membersihkan diri dan mendengarkan kata hati.
Hiku titah hing dumadi, marmane langsahing awak, inget rage tanpe gawe, dadi hane linur brangte,
(Semua itu adalah perintah-Nya, marilah bersihkan diri, ingatlah bahwa jiwa ini tidak ada gunanya, kita harus mendengarkan kata hati, diceritakan tentang nabi Allah, akan saya kisahkan, di saat bercukur). [T]
Penulis: Sugi Lanus
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulis SUGI LANUS