8 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pengalaman Awal Mula Didiagnosa Skizofrenia

Angga WijayabyAngga Wijaya
April 28, 2025
inEsai
Telenovela

Angga Wijaya

PRIA yang suka menulis novel itu tampak berbaring santai. Di sela jarinya, terselip sebatang rokok yang sedang menyala. Itu adalah rokok kesekian kalinya sore itu. Ia menghadiri acara diskusi tentang puisi dan terapi, dihubungkan dengan skizofrenia, penyakit mental yang belakangan banyak menghinggapi anak muda. Diskusi berlangsung di Denpasar, Bali, beberapa tahun lalu.

Namanya Saka. Ia tak mau dipanggil dengan nama lengkap. Saka sebenarnya keturunan Brahmana, pembagian sosial berdasarkankan profesi, memiliki tugas memberi pencerahan pada masyarakat. Saya menyapanya, dan ia menjawab dengan suara pelan. Ketika itu ia mulai aktif bergiat di Rumah Berdaya Denpasar, komunitas rehabilitasi psikososial dan pemberdayaan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), tempat kami bertemu kali pertama.

Kala itu, ia datang dengan tampilan wah; berkaca mata hitam, mengendari sepeda motor sport tetapi dengan pakaian tak lazim bahkan bisa dibilang bertolak belakang. Saya menyangka ia seorang seniman. Gaya bicaranya lugas, seperti ciri khas masyarakat pesisir. Benar saja, saat kami mengobrol, ia mengaku berasal dari Buleleng, kabupaten yang pada masa penjajahan Belanda merupakan ibu kota Sunda Kecil, wilayah yang membawahi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Saka banyak menyebut soal telepati, ia percaya memiiki kekuatan supranatural tersebut. Ia bicara tentang hal tersebut dengan sangat percaya diri. Bagi saya yang memang sejak dulu menyukai spiritualitas dan meditasi, apa yang ia bicarakan bukan merupakan hal yang asing, sebab dahulu saya pernah tertarik mempelajari bidang itu.

Melihat dan mengenal Saka, saya seperti berhadapan dengan cermin. Dulu, saya pernah kuliah, banyak membaca buku, dan suka berdiskusi. Debat menjadi sesuatu yang tak terhindarkan saat saya bertemu dengan narasumber sebuah diskusi, dalam seminar atau di luar ruang kuliah. Saya terus merasa gelisah, belum merasa puas atas pelajaran atau ilmu yang didapat dari kampus.

Kepintaran dan kecerdasan tak membuat saya puas, malah membuat saya arogan. Ada kepuasan saat melihat lawan bicara atau diskusi menyerah kalah, atau menjadi marah pada saya. Tak hanya diskusi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Waktu itu internet mulai masuk di Indonesia,  saya kuliah sembaru bekerja menjadi operator warung internet (warnet) di Denpasar, membuat saya bisa online sepanjang waktu.

Saya masih ingat; waktu itu hari menjelang malam, saya dijemput oleh ayah saya, beliau mengendarai sepeda motor butut, menempuk jarrah ratusan kilometer demi bertemu saya, yang oleh petugas keamanan disebut mengamuk di dekat sebuah warung di sebuah wilayah di Buleleng. Terakhir yang saya ingat, saya duduk bersila di bawah sebuah pohon, meminta pertolongan Tuhan karena saya tak sanggup lagi mendengar bisikan suara yang semakin keras di telinga saya. Suara itu menyatakan sesuatu, bahwa saya akan ditangkap karena aktivisme saya.

Keyakinan itu muncul saat berada di rumah seorang bibi di Singaraja, sehari sebelum peristiwa tersebut. Kala itu, saya bersama keponakan mengendarai sepeda motor dari Negara, Jembrana, menuju kota di ujung utara Pulau Bali tersebut. Kami bermaksud menjenguk sang bibi. Beliau dalam masa pemulihan usai menjalani operasi tulang setelah terpeleset di kamar mandi. Bibi saya hanya sekilas mengenali kami. Maklum saja, usia beliau saat itu sudah sangat renta.

Saya memutuskan menginap di rumah bibi, sedangkan keponakan saya menginap di rumah pamannya, kakak dari ibunya. Kami berpisah malam itu. Sepeda motor yang kami kendarai ia serahkan pada saya. Keanehan mulai muncul, saat membaca koran sebuah harian lokal, mata saya tertuju pada surat pembaca yang seingat saya berisi pendapat, orang-orang yang kritis sebaiknya dihukum mati. Saya ketakutan membacanya, merasa tulisan tersebut ditujukan pada diri saya. Saat itu adalah mahasiswa yang terbilang kritis. Terkadang saya kurang sadar, apa yang saya tulis di berbagai mailing list (milist) waktu itu bisa berujung pada hal yang buruk. Itu perasaan saya yang saya yakini sebagai sebuah hal yang nyata dan benar adanya.

Malam itu saya benar-benar takut. Di telinga, terdengar bisikan yang menyuruh saya untuk balik pulang ke Negara, karena jika tidak saya akan dibunuh. Saya berpamitan pada penjaga rumah bibi, kemudian mengendarai sepeda motor yang dipakai keponakan saya, tanpa ia mengetahuinya. Saya merasa bisikan di telinga tersebut harus diikuti dan dituruti saat itu juga. Malam itu, saya berangkat dengan bensin yang sedikit, tanpa membawa perbekalan, baik uang atau makanan.

Karena bensin yang tak mencukupi, sepeda motor yang saya kendarai berhenti di wilayah barat Singaraja. Di sebuah perempatan jalan, yang sepertinya berdekatan dengan sebuah pasar. Hari hampir tengah malam, bisikan suara makin kencang terdengar..Saya mencari cara untuk bermalam di jalanan. Akhirnya, saya bersembunyi di sebuah halaman merajan atau pura keluarga. Saya takut, melihat cahaya kendaraan bagai melihat api leak, entitas gaib yang dipercaya masyarakat Bali sebagai sesuatu yang negatif. Satu kota sepertinya mengejar saya.

Saya berada di pura itu hingga menjelang fajar. Semalam saya terjaga dan tidak tidur. Keesokan harinya, saat para tukang ojek mulai muncul, saya berbicara pada salah satu dari dua tukang ojek untuk diantarkan ke Singaraja, menemui kembali keponkan saya dan menjelaskan tentang keadaan diri saya. Kunci sepeda motor yang saya bawa entah hilang kemana, pada kegelapan malam yang menakutkan.

Di tas saya tersimpan sebuah kamera lama, saya membayar jasa tukang ojek dengan barang tersebut. Saat tiba di rumah bibi saya, tampak keponakan saya merasa aneh dengan diri saya. Ia agak panik, di matanya tampak ada juga kesedihan. Ketika itu hari Senin, saya meyakininya karena paman dari keponakan saya memakai baju seragam dan saat menjemput saya dia menelepon rekan kerja untuk meminta izin terlambat mengikuti upacara bendera.

Dia menanyakan di mana sepeda motor yang saya kendarai. Saya menjawab, sepeda motor ada di wilayah ujung barat Singaraja. Lalu kami bersama ke sana menaiki sepeda motor miliknya. Sepeda motor yang saya bawa masih terparkir di pinggir jalan. Dia kemudian mencari tukang kunci agar sepeda motor bisa dibawa kembali ke Singaraja. Olehnya saya diberi uang sebagai ongkos bus yang akan membawa saya kembali ke Negara, Jembrana, kampung halaman saya. Kami kemudian berpisah, dan saya telah mendapatkan bus untuk pulang.

Namun setelah berada di dalam bus, bisikan suara itu datang lagi, dan terus berulang. Ada suara yang membisiki dan menyuruh saya keluar dan berganti bus. Itu terjadi berulang, hingga sekitar tiga kali. Sampai uang yang saya benar-benar habis, dan saya memutuskan untuk berjalan kaki, pulang menuju Negara, Jembrana, untuk meminta perlindungan. Saya amat takut, tetapi dalam lubuk hati saya tetap tenang. Di jalan, bibir saya tak berhenti mengucapkan doa dan mengulang-ualng nama suci Tuhan, seperti apa yang saya yakini dan pelajari sejak usia remaja.

Saya berjalan kaki cukup jauh, ada kira-kira tujuh kilometer, hingga tertakhir berada di sebuah desa. Perjalanan saya berakhir ketika petugas keamanan mengamankan saya. Tiba-tiba saya telah berada di mobil patrol dengan anggota polisi lengkap. Ayah yang menjemput saya kemudian menelepon kakak sepupu saya yang seorang pemandu wisata. Kebetulan dia sedang berada di sebuah destinasi wisata di Buleleng. Kami bertiga pulang dengan mobil yang dibawa kakak sepupu itu. Keesokan harinya, oleh ayah dan ibu kandung saya melalui diskusi keluarga, saya dibawa berobat ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali yang berada di Kabupaten Bangli.

Dari hasil pemeriksaan, saya didiagnosa mengidap skizofrenia paranoid, dan diharuskan dirawat untuk beberapa waktu di RSJ. Waktu itu, saya dirawat selama dua minggu. Apa yang saya alami menjadi pelajaran penting bagi saya dan keluarga, untuk lebih memperhatikan kesehatan mental. Bisikan suara yang saya dengar adalah halusinasi (pendengaran), dan keyakinan akan ditangkap karena aktivitas saya semasa mahasiswa tidak lain adalah kecurigaan dan ketakutan berlebihan yang menjadi ciri utama dari skizofrenia paranoid. Dengan minum obat-obat dari psikiater, gejala dan gangguan yang terasa hilang sama sekali. Enam belas tahun berlalu, saya setiap bulan tetap kontrol secara rutin dan mengkonsumsi obat hingga sekarang. Kini saya stabil dan pulih.

Kejadian di atas berlangsung pada 2009. Kuliah tidak bisa saya selesaikan dan kembali menetap di kampung halaman untuk menjalani pengobatan dan pemulihan. Setelah lima tahun, saya memberanikan diri kembali ke Denpasar untuk bekerja. Proses yang tidak mudah mengingat kepercayaan diri hilang, selain stigma yang kuat terhadap pengidap gangguan mental oleh masyarakat. Sejak 2015 saya bekerja sebagai jurnalis. Hingga kini, saya telah menulis 14 buku dan aktif berbagi ilmu kepenulisan dan pengalaman sebagai penyintas skizofrenia. Ikut membangun Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) simpul Bali pada 2016 bersama dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ, psikiater yang berperan besar atas kepulihan saya dari skizorenia. Semoga kisah saya bisa dijadikan pelajaran oleh para pembaca. Terima kasih. Salam. [T]

Penulis: Angga Wijaya
Editor: Adnyana Ole


BACA artikel lain dari penulis ANGGA WIJAYA

Post-Therapy: Semua Orang Pernah Sakit dan Terluka
“Inguh”, Refleksi Kolektif Masyarakat Bali | Catatan Usai Berkunjung ke Yayasan Bali Bersama Bisa
Ibu Menemaniku Saat Skizofrenia Mendera
Tags: kesehatan jiwakesehatan mentalskizofrenia
Previous Post

Persembahan Perempuan di Altar Perang Puputan Klungkung

Next Post

Perempuan Dalam Sinema di Living World Denpasar, Tayangkan 12 Film Peran Perempuan

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Perempuan Dalam Sinema di Living World Denpasar, Tayangkan 12 Film Peran Perempuan

Perempuan Dalam Sinema di Living World Denpasar, Tayangkan 12 Film Peran Perempuan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

by Pry S.
June 8, 2025
0
Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

AKHIR Mei kemarin, Kompas menerbitkan sebuah feature bertajuk ‘Sastrawan Tak Bisa Menggantungkan Hidup pada Sastra.’ Liputan ini dibuka dengan narasi...

Read more

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co