30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dilema Suku Baduy [1]: Antara Kewajiban “Ngahuma” dan Keterbatasan Lahan

Asep KurniabyAsep Kurnia
April 14, 2025
inEsai
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

Asep Kurnia

BADUY adalah adalah salah satu dari suku asli Indonesia yang tinggal di Provinsi Banten. Mereka sangat kuat memegang teguh pikukuh karuhun (tradisi leluhur). Salah satu dari hukum adat mereka adalah kewajiban untuk ngahuma (menaman padi di ladang). Aktivitas ini adalah ibadah dan rukun wiwitan.

Permasalahan yang muncul adalah jumlah mereka bertambah, namun luas lahan tetap. Dampaknya luas tanah garapan menyempit, pola pengolahan lahan tidak optimal, sehingga berdampak pada hasil panen yang tidak dapat memenuhi kebutuhan. Akankah hukum adat ngahuma akan tetap berjalan dalam menghadapi dilema ini? Solusi apa yang bisa dilakukan agar hukum adat mereka tetap lestari, serta kebutuhan ekonomi mereka juga tetap terpenuhi?

Dilema suku Baduy yang dihadapi saat ini adalah bertambahnya jumlah penduduk mereka, namun lahan tetap. Padahal mereka memiliki kewajiban untuk ngahum. Apakah hukum adat ini akan terus bertahan atau perlahan dimodifikasi atau dilanggar? Menurut ahli, bahwa ketika satu hukum sudah tidak dapat mengadopsi kebutuhan masyarakat maka hukum tersebut akan ditinggalkan atau dimodifikasi. Inilah yang terjadi pada suku Baduy. Kewajiban ngahuma menjadikan masyarakat Baduy Luar berbondong-bondong membeli tanah di luar tanah ulayat yang menurut informasi di tahun 2019 secara kumulatif sudah hampir mencapai 1.200 hektare.

Lebih dari setengah KK warga Baduy Luar berladang di luar tanah ulayat tersebar di sekitar 10 kecamatan, yaitu Kecamatan Leuwidamar, Muncang, Sobang. Bojongmanik, Cirinten, Gunungkencana, Cimarga bahkan ada yang sampai Sajira, Cijaku dan Malingping. Rata-rata mereka menyewa tanah atau join bagi hasil.  Sedangkan bagi masyarakat Baduy Dalam terpaksa mulai memperpendek masa istirahat (bera) lahannya dan secara bersamaan memperkecil luas garapannya karena dibagi secara adil akibat bertambahnya keluarga yang wajib berladang.

Di Baduy Dalam, dulu tanah 1 hektare masih longgar digarap oleh satu keluarga, sekarang digarap oleh 4 – 6 keluarga. Dampaknya luar biasa dan memperihatinkan terhadap hasil panen yang semakin sedikit dan sering gagal panen, karena tanah makin berkurang kesuburannya, sementara lahan tanah garapan tetap tidak bertambah bahkan makin berkurang karena bergeser diklaim menjadai tanah kawasan Baduy Luar.

Di sisi lain, hukum adat mereka tetap tegas tidak memperbolehkan warga Baduy Dalam berladang di luar kawasan tanah ulayat Baduy Dalam, dan  berladang (Ngahuma) adalah kewajiban pokok dan merupakan kegiatan adat yang mengikat pada setiap keluarga. Komunitas Baduy Dalam khususnya dari Kampung Cibeo sudah memiliki tanah pemberdayaan 4 hektare di sekitar Kadujangkung. Semua itu mereka lakukan karena terdesak oleh situasi dan kebutuhan, dan jika mereka tidak mengambil sikap tersebut akan menjadi lebih rumit.

Sementara mata pencaharian lain sebagai alternatif untuk menambah penghasilan juga dibatasi, termasuk berdagang secara terbuka di wilayah pemukiman mereka tetap dilarang.  Polemik dan dilema ini cukup mengerikan  terhadap kelangsungan hidup mereka kedepannya bila tidak ada solusi dari pemerintah dan perubahan paradigma dari mereka sendiri. Sebutan “Baduy Dalam Swasembada pangan dan Baduy sejahtera dengan pilihan adatnya” kini menjadi tidak relevan lagi.

Akar Masalah

Sebenarnya dilema ini sudah mulai terjadi sejak 2015. Para tokoh adat mulai aktif memusyawarahkan tentang kebutuhan tambahan lahan untuk kebutuhan mereka yang disampaikan pada acara-acara tertentu baik pada peduliawan Baduy maupun pada negara, dan pada acara Seba Gede 28 Mei 2017 di Pendopo Multatuli Kabupaten Lebak, Jaro Saija dan Tanggungan 12 mewakili pihak Baduy secara terbuka dan terang-terangan mengusulkan kembali secara resmi ke pemerintah daerah dan pusat tentang penambahan 1000 hektare bagi  wilayah tanah ulayat mereka.

Tabel 1

Data Pertumbuhan Penduduk Suku Baduy

Berdasarkan data tabel 1 di atas dapat kita hitung estimasi persentase pertambahan penduduk Suku Baduy dari tahun 2000 – 2024 adalah sebagai berikut:

Baduy Dalam: 1.662 – 562 = 1.100 , maka persentase pertambahan selama 24 tahun  adalah 1.100 /1.662 x 100 % =  66,2 %. berarti pertahun ,  66,2% dibagi 24  = 2,8 %/tahun.

Baduy Luar:12.775– 6.755 = 6.020, maka persentase pertambahan selama 24 tahun adalah 6.020/12.775 x 100 % = 47,1 % , berarti pertahun , 47,1 % : 24 = 2  % pertahun.

Merujuk pada table 1, maka estimasi persentase pertambahan jumlah KK selama 24 tahun pada kelompok Baduy Dalam : 423 – 152 = 271, adalah 271 /423 x 100 % = 64 %. berarti pertahun , 64 % dibagi 24  = 2,7 %/tahun.  Di kelompok Baduy Luar  : 4.171– 1.535 = 2.636, maka prosentase pertambahan selama 24 tahun adalah 2.636/4.171 x 100 % = 63 % , bararti pertahun , 63 % : 24 = 2,6 % pertahun.

Akar permasalahannya adalah bahwa setiap keluarga di suku Baduy “Diwajibkan Tanpa Kecuali”  untuk berladang (Ngahuma). Pada bulan April 2015 jumlah KK sudah mencapai  3.395 KK, di Baduy Luar 3.087 KK dan di  Baduy Dalam ada 308 KK, Jika sedikitnya setiap KK memerlukan setengah hektare untuk berladang maka pada tahun 2015 sudah memerlukan tanah kosong 1.697,5 hektare (keseluruhan), di Baduy Luar memerlukan 1.543,5 hektare dan di Baduy dalam memerlukan 154 hektare.

Pada bulan Juni  2021 jumlah KK sudah mencapai  3.871 KK, di  Baduy Luar 3.504 KK dan di Baduy Dalam ada 367 KK, Jumlah rumah 2.827, di Baduy Dalam 247 rumah. Jika dihitung dengan ukuran yang sama yaitu sedikitnya setiap KK memerlukan setengah hektare untuk berladang, maka tahun 2021  memerlukan tanah kosong 1.935,5 hektare, di Baduy Luar memerlukan 1.752 hektare Baduy dalam memerlukan 183,5 hektare.

Penambahan kebutuhan tanah kosong untuk ngahuma selama 6 tahun (2015-2021) adalah sbb : Untuk warga Baduy secara keseluruhan  1.935,5 – 1.697,5 = 238 hektare, dan khusus untuk di Baduy Luar  1.752 – 1.543,5 =  208,5 hektare di Baduy Dalam 183,5  – 154 = 29,5 hektare.

Saat ini 2025 jumlah KK di Baduy Luar sudah hampir 4.300 lebih, artinya tahun ini memerlukan tanah kosong untuk digarap menjadi huma adalah 2.150 hektare. Selisih kebutuhan tanah kosong 4 tahun dari 2021 – 2025 saja sudah 214,5  hektare. Di Baduy Dalam jika KK bertambah menjadi 400 KK berarti kebutuhan tanah kosong untuk ngahuma adalah 200 hektare. Bagaimana kebutuhan tanah kosong untuk 5 tahun kedepan?

Secara bersamaan tanah garapan seluas 2.136,58 hektare yang ada  dikawasan tanah ulayat terus digunakan menjadi pemukiman baru dan saat ini (2025) sudah mencapai 68 kampung. Warga Baduy Dalam dilarang berladang di luar tanah ulayat Baduy Dalam, luas tanah garapan dan untuk pemukiman warga Baduy Dalam menurut pengakuan mereka tidak lebih dari 700 hektare untuk 3 kampung, karena tanah seluas 3000 hektare sudah dipatok sebagai Leuweung Kolot alias “ Hutan Tutupan dan Hutan Titipan“ yang tidak boleh digunakan untuk berladang.

Merujuk pada fakta ini maka ada beberapa aspek kajian permasalahan utama dalam dilema Suku Baduy, khususnya aspek hukum kewajiban ngahuma di suku Baduy:

1.  Kebutuhan akan tanah kosong yang subur makin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan KK

2.  Ketersedian tanah kosong di luar tanah ulayat makin hari makin sulit apalagi di dalam tanah ulayat yang tidak mungkin untuk bertambah luas.

3.  Makin sempit tanah yang digunakan untuk berladang, maka hasil panen pasti makin sedikit.

4.  Makin pendek masa istirahat (bera) lahannya, maka makin berkurang tingkat kesuburannya.

5.  Biaya untuk menggarap huma besar, tapi penghasilan makin berkurang karena faktor kesuburan tanah makin hilang dan makin sempitnya lahan tambah musim yang tidak menentu.

6.  Kebutuhan untuk makan meningkat, penghasilan menurun karena warga bertambah, ditambah larangan lain yang melarang warga Baduy Dalam berdagang.

Kompleksitas Masalah

Kekhawatiran tentang alam dan perubahan zaman menurut Ayah Karmain, salah satu tokoh Baduy Dalam yang mempengaruhi kesukuan mereka begitu dahsyat sehingga memojokkan mereka harus berhadapan dengan problematika dan dilema, maju kena mundur kena bagaikan buah simalakama (maju asup jurang mundur asup jungkrang). 

Faktor pemenuhan kebutuhan pokok hidup, terutama pangan makin meningkat, tapi secara bersamaan makin sulit didapat karena persaingan begitu ketat (baca: penduduk bertambah), sementara tanah yang menyediakan hasil bumi di wilayah tanah ulayatnya semakin sempit dan berkurang kesuburannya, Di lain pihak, keketatan, kekakuan, dan kebakuan hukum adat pun menjadi penyumbang terjadinya dilema dan problematika bagi mereka, ditambah gaung modernisasi dan globalisasi melalui kemajuan teknologi komunikasi (internetisasi) yang makin ofensif menusuk ke wilayah mereka.

Begitu kompleks permasalahan hidup dan kehidupan yang mereka hadapi telah membawa mereka pada kesulitan memilih sikap. Mau tidak mau, suka tidak suka, akhirnya memaksa mereka untuk ikut melarutkan diri pada proses “dinamisasi, hibridisasi budaya dan adopsi pola hidup modern”.  Walaupun mereka sadar, bahwa lambat laun tapi pasti akan menggerus tatanan sosial dan kultur mereka bahkan tanpa terasa menggeser tahap demi tahap keajegan hukum adat mereka mengikuti hukum positif dan pola hidup modern.

Sudah banyak larangan adat dan buyut pamali yang mereka amandemen sendiri dengan cara melakukan apa yang dilarang dan terlarang secara adat kini sudah menjadi pembiasaan dan kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari mereka. Resistensi antara pemenuhan kebutuhan hidup yang mudah dengan kebakuan aturan adat yang secara leterlek mempersempit kemudahan untuk memenuhinya menjadi kisah unik tersendiri yang berkepanjangan dan turun- temurun, terutama di komunitas adat Baduy Dalam.

Jika stagnanisasi dan kekakuan hukum adat tidak memberi kelonggaran adanya rekayasa sosial, maka prediksi dan ramalan bencana kekurangan pangan akan melanda kesukuan mereka tinggal menunggu hitungan jari. Bahkan penulis berani berspekulasi dan memprediksi kepunahan budaya dan hukum adat Baduy bisa terjadi lebih cepat dan dahsyat sesuai dengan kekhawatiran pak Jaro Tangtu Sami dengan kalimat bijaknya, bahwa di tahun-tahun ke depan akan ditemukan: ”Baduy tapi lain Baduy“. 

Kini, Baduy sedang mengalami dilema dan krisis yang serius. Selain menghadapi gempuran dahsyat dari pemodernan, ditambah dengan interaksi yang begitu padat dengan wisatawan, menghadapi berbagai ancaman dan gangguan (disruptions) dari pihak luar, dan ditambah dilema krisis tanah untuk ngahuma. Maka, jika di kesukuan Baduy terjadi penggeseran-penggeseran pola sosial budaya dan ada keberanian warga untuk melintasi modernisasi itu adalah hal yang wajar, karena tanpa adanya modifikasi kehidupan mereka akan lebih kesulitan. [T]

  • Ditulis di Padepokan Sisi Leuit Perbatasan Baduy, April 2025

Penulis: Asep Kurnia
Editor: Adnyana Ole

  • BACA esai-esai tentangBADUY
  • BACA esai-esai lain dari penulisASEP KURNIA
Fenomena Viralnya Selebriti Perempuan Suku Baduy
Para Pejuang dan Pengabdi Suku Baduy
Tags: masyarakatProvinsi BantenSuku Baduy
Previous Post

“Uyah Lengis”, Single Kedua XMADE : HipDut Viral, Lirik Ringan dan Komedi Khas Konten Kreator Bali

Next Post

Mbah Candi dan Tangan yang Meracik Ramuan Pelancar Air Susu Ibu

Asep Kurnia

Asep Kurnia

Pemerhati Baduy, tinggal di tapal batas Baduy

Next Post
Mbah Candi dan Tangan yang Meracik Ramuan Pelancar Air Susu Ibu

Mbah Candi dan Tangan yang Meracik Ramuan Pelancar Air Susu Ibu

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co