24 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Tamasya Tak Biasa”, Mengenang Kepergian Cok Sawitri dengan Pentas Seni Tak Biasa

Nyoman BudarsanabyNyoman Budarsana
April 9, 2025
inPanggung
“Tamasya Tak Biasa”, Mengenang Kepergian Cok Sawitri dengan Pentas Seni Tak Biasa

Tamasya Tak Biasa, mengenang Cok Sawitri | Foto: tatkala.co

ACARA “Tamasya Tak Biasa” yang berlangsung di Area Perpustakaan Taman Werdhi Budaya Provinsi Bali, Selasa 8 April 2025, memang beda dari acara-acara biasa. Meski dilakukan dalam satu area, namun acara itu mampu menyuguhkan suasana yang berbeda-beda, seperti bertamasya pada umumnya.

“Tamasya Tak Biasa ini untuk mengenang, setahun meninggalnya budayawan, dramawan dan sastrawan, Cok Sawitri,” kata Ida Wayan Ayu Ani, pengelola Komunitas Bumi Bajra yang juga seniman dan dosen ISI Denpasar.

Acara “Tamasya Tak Biasa” ini yang digelar oleh Bumi Bajra kerjasama dengan Antida, Kita Poleng, dan lainnya. Acara yang yang menampilkan seniman dan satrawan dari berbagai kalangan itu disutradarai oleh Mahejasena dan Amrita Dharma serta diketuai oleh Gus Torang. Sementara Ayu Weda, Ayu Laksmi, Dayu Ani selaku inisiator yang ngabih (membimbing) para anak muda ini.

Luh Pucuk dan Eny menyambut tamu dengan gaya ang tak biasa dalam acara Tamasya Tak Biasa | Foto: tatkala.co/Rusdy

Sore itu, area perpustakaan, tepatnya di samping Kalangan Ayodya Taman Budaya itu diramaikan dengan pengunjung pecinta seni, pelaku ataupun masyarakat seni. Mereka tengah asyik menikmati makanan tradisional, seperti sate tipat, bubuh sumsum, lak-lak, jagung rebus dan makanan lezat lainnya. Suasananya sangat akrab. Antar pembeli dan pedagang, seakan tak ada batas, seperti di pasar tradisional Bali saja.

Sementara di seberang, di sebuah bale bengong seorang nenek tua yang diperankan Ni Ketut Arini, seniman tari itu, memaparkan rempah-rempah, bahan bumbu memasak orang Bali kepada anak-anak penerus budaya ini. Pemaparannya, bukan seperti narasumber dalam diskusi atau workshop, tetapi dikemas menjadi bagian pertunjukan seni. Sebab, dua wanita yang berada di sampingnya dengan busana santai selalu memainkan rebab, hingga adegan itu selesai.

Pada area yang ada di antara pedagang dan nenek tua itu, tampak anak-anak riang memainkan permainan tradisional yang memang jarang dilakukan belakangan ini. Pada saat persiapan, tubuh anak-anak dilukis oleh perupa Ni Wayan Sani. Pada saat dilukis, anak-anak yang polos dan lugu melakukan gerak secara alami yang menjadi menarik, sehingga perhatian pengunjung hanya pada anak-anak itu.

Ni Ketut Arini, seniman tari, memaparkan rempah-rempah di area depan pada acara Tamasya Tak Biasa | Foto: tatkala.co/Rusdy

Meski dilakukan dengan gaya dan kebiasaan masing-masing, antara pedagang, anak-anak yang asyik bermain curik-curik, nenek tua di bale bengong dan bazzar buku di salah satu stan serta penonton juga fotografer yang lalu lalang menjadi sebuah pertunjukan seni yang sangat kreatif. Penonton dengan tempat mereka menjadi satu pertunjukan seni tanpa scenario. Apalagi acara itu dipandu Luh Pucuk dan Eny.

“Kemasanya sesuai dengan judulnya, yaitu Tamasya Tak Biasa. Kami masksudnya jalan-jalan, mengembara mencari ilmu pengetahuan, seperti belajar dari ruang pasar (ruang perut), sehingga menyiapkan pekenan yang menjual berbagai makanan tradisional, termasuk memenuhi konsumsi pengunjung. Pekenan (pasar) ini juga sebagai gambaran kalau Cok Sawitri itu suka berbagi, disamping kebiasaannya mengembara untuk mencari ilmu pengetahuan,” jelas Ida Dayu Ani—panggilan akrab Ida Wayan Ayu Ani.

Ni Wayan Sani melukis tubuh anak-anak yang tampak selalu riang dan gembira | Foto: tatkala.co/Rusdy

Tamasya kemudian berlanjut ke area dalam yang memulai dengan suasana lebih khusuk. Area ini ditata menjadi stage yang sangat indah. Lampu menyinari pohon besar, rumput dan taman. Di depan goa, dipajang gambar Cok Sawitri yang sedang memainkan rebana. Stage ini menerapkan konsep kalangan, panggung yang semua tepat menjadi pintu masuk penari ataupun keluarnya pengisi acara. Semua tempat menjadi dekorasi, termasuk penonton, baik yang duduk atau berdiri.

Setelah sekapur sirih dari saudara Cok Sawitri dan panitia, teman-teman Cok Sawitri yang hadir kemudian menginterprestasikan karya-karya Cok Sawitri secara bergiliran dengan bentuk dan kreativitas yang berbeda-beda. Lalu, Paramoragya oleh Dayu Mang Ana yang membaca naskah lontar, lalu ditimpali dengan pembacaan puisi oleh Yesi Candrika. Antara membaca sastra klasik dan membaca puisi modern seakan saling menerangkan, sehingga membuat suasan begitu haru.

Dayu Mang Ana membaca lontar di sisi foto Cok Sawitri | Foto: tatkala.co/Rusdy

Dayu mang Aana dan Yesi Candrika | Foto: tatkala.co/Rusdy

Yesi Candrika membaca puisi menginterpretasikan naskah lontar yang dibaca Dayu Mang Ana | Foto: tatkala.co/Rusdy

Acara aguron-aguron yang menggambarkan ilmu dan kemampuan yang dimiliki Cok Sawitri tak terlepas dari peran para gurunya, sehingga acara ini menghadirkan para gurunya itu. Saat itu, Widminarko, wartawan Bali Post yang sempat menjadi senior Cok Sawitri ketika ia menjadi wartawan Bali Post. Salam sebuah tayangan video, Widminarko memaparkan Cok Sawitri, Oka Rusmini dan Mas Ruscitadewi adalah trio dalam sastrawan Bali.  

“Untuk menentukan guru-guru Cok Sawitri, tentu melalui pertimbangan yang cukup matang. Karena ini, penting yang akan berlanjut kepada daya anak-anak untuk mengetahui daya belajar Cok Sawitri. Sesungguhnya, untuk aguron-guron ini, kita yang mesti ke guru beliau, tetapi kita yang menghadirkan mereka dalam video,” imbuh Dayu Ani.

Acara bedah sastra kemudian menghadirkan tiga pembicara wanita, yaitu Oka Rusmini, Mas Ruscitadewi dan Sonia Piscayanti. Oka Rusmini dan Mas Ruscitadewi dan Cok Sawitri adalah trio yang memang bersabahat dekat, sehingga penting dihadirkan untuk menceritan persabatan mereka, dari sudut yang berbeda. Selanjutnya, penampilan Putik Padi yang membaca karya Cok Sawitri.

Ayu Weda | Foto: tatkala.co/Rusdy

Oka Rusmini, Mas Ruscitadewi dan Sonia Piscayanti membicarakan karya-karya Cok Sawitri | Foto: tatkala.co/Rusdy

Selanjutnya penayangan Visual Puitika – Cok Sawitri yang berjudul “Pada Kematian Aku Bernaung”. Dalam tayangan ini, menampilkan karya-karya Cok Sawitri tayangan digital, sebagai bentuk pemikiran Cok Sawitri yang jauh ke depan. Disitu juga ada pelukis Budiana dan Sani yang ngempu anak-anak dengan seni melukisnya. “Kami tampilkan juga Putik Padi, karena ingin anak-anak yang tampil sebagai penerus pengetahuan,” tegas Dayu Ani.

Lampu kemudian redup, suara suling mendayu-dayu, lalu penyair Pranita Dewi membaca puisi yang juga menginterprestasikan karya Cok Sawitri. Suara yang mendesah, terkadang menyatu dalam alunan suling, lalu tiba-tiba melengking. Beda lagi penampilan Janu Janardana yang membawakan musikalisai puisi dengan memainkan morse melalui pukulan trutuk, sebuah alat dalam hamelan Bali. “Semua yang tampil membaca karya Cok Sawitri kemduian menterjemahkan dengan bentuk karya yang lain, seperti alih wahana,” tegasnya.

Putu Putik Padi membaca karya Cok Sawitri | Foto: tatkala.co/Rusdy

Pelukis Made Budiana bersama nak-anak | Foto: tatkala.co/Rusdy

Made Budiana menunjukkan karya-karyanya bersama anak-anak | Foto: tatkala.co/Rusdy

Dayu Gek Han dan Neo Nolin membaca puisi dipadu dengan gerak tari yang lebih hidup. Tarian ini diiringi dengan Nolin, gamelan khas dari Pupuan, Tabanan. Lalu, menyambung garapan  Badan Bahagia karya tari Cok Sawitri di tahun 1990-an yang dihidupkan kembali, ditarikan dengan adik adik Teman Tuli dari Kita Poleng. Kemudian diakhiri dengan penampilan kolaborasi karya Ayu Laksmi dan Cok Sawitri dengan judul “Btari Nini”.

Acara yang dimulai pukul 18.00 Wita hingga 21.15 Wita, semua tampil menginterprestasikan karya-karya Cok Sawitri. “Ini sebagai perjalanan Cok Sawutri yang cukup panjang dari wafat, kemudian beberapa tribute, mulai dari Ubud Writer, Bali Berkisah, acara di masa-masa kemarin, dan ini acara menjelang pelebon yang dilaksankan Agustus 2025 nanti,” jelasnya.

Menurut Dayu Ani, momentum ini sangat tepat untuk menumpahkan kerinduan pada Cok Sawitri. Karena itu, acara ini menjadi untuk mengalirkan pengetahuannya kepada generasi penerus, sehingga acara yang bukan hanya pentas biasai, tetapi dirancang untuk melibatkan anak-anak muda. “Itulah alasan kami melibatkan Mahejasena dan Amrita Dharma di dalam penyutradaraan,” imbuhnya.

Pranita Dewi membaca puisi | Foto: tatkala.co/Rusdy

Dayu Ani mengakui, acara ini harusnya dilaksanakan tanggal 4 April bertepatan dengan meningalnya Cok Sawitri setahun lalu, tetapi ternyata ada libur cuti bersama, sehingga diundur hingga hari ini. “Acara puncak akan berlangsung pada upacara pengabenan Cok Sawitri pada Agustus depan yang akan disii dengan pentas seni,” lanjut Dayu Ani.

Sementara Ayu Weda mengatakan, Cok Sawitri itu merupakan sahabat dekat, ulang tahun bersamaan, sehingga selalu merayakan bareng. Itulah alasan mengundang sahabat Cok Sawitri dengan “Nyala Kenangan”. Program pertama menerbitkan buku “Nyala Kenangan” dengan 50 penulis sahabat Cok Sawitri, kemudian program hari ini berjudul “Tamasya Tak Biasa, karena Cok tamasya tetapi gak balik,” ujar Ayu Weda.

Berbagai pementasan seni, termasuk pementasan karya-karya teater Cok Sawitri. Antara lain oleh Ayu Laksmi | Foto: tatkala.co/Rusdy

Sesungguhnya acara ini juga untuk launching Buku Nyala Kenangan yang telah mencetak 250 buah, tetapi sudah habis. Semua sahabat yang dekat dengan Cok Sawitri. Gambaran buku, dibagi menjadi lima chapter, yaitu Chapter 1 tentang Cok Sawitri yang memotret lengkap tentang sosoknya. Mulai dr. Tiwi yang mengatakan, Cok Sawitri itu sebagai pendongeng, Ptof. Darma Putra menyebut bagai kecerdasan mengkemas seni dalam modern.

Selanjutnya memotret Cok Sawitri dari teman-teman yang pernah diajak berkolaborasi, seperti Dayu Ani, Ayu Weda, Jasmin da lainnya. Lalu, menampilkan yang muda yang berani. Ada kasih mengalir, ada yang persahabatan personal sangat dekat dengan Cok Sawitri. Selanjutnya memupupuk pakerti anak-anak yang menjadi binaan Cok Sawitri. 

Semua penulis menceritakan Cok Sawitri yang memang jasanya sebagai penjaga budaya Bali dan membina persahabatan totalitasnya yang luar biasa. “Diterbitkannya buku ini dengan harapan bisa sebagai dokumentasi dan inspirasi bagi orang lain, utamanya anak-anak muda,” tutup Ayu Weda. [T]

Reporter/Penulis: Nyoman Budarsana
Editor: Adnyana Ole

Tribute to Cok Sawitri: Merawat Ingatan, Mengalirkan Pengetahuan
Tribute to Cok Sawitri: Sitayana, Jirah, dan Percakapan-Percakapan Lainnya
Cok Sawitri, Budayawan-Dramawan dan Sastrawan Indonesia dari “Jirah” Itu Berpulang
Tags: Cok SawitriSasaksastrawan baliseni pertunjukanTeater
Previous Post

Sampah, Pembagian Tugas, dan Tata Kelola : Belajar dari Oshaki Jepang

Next Post

Kampusku Sarang Hantu [10]: Cemburu pada Khodam Perempuan

Nyoman Budarsana

Nyoman Budarsana

Editor/wartawan tatkala.co

Next Post
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [10]: Cemburu pada Khodam Perempuan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

by Stebby Julionatan
May 23, 2025
0
Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

DALAM dunia pendidikan, kemampuan berbicara bukan hanya tentang menyampaikan kata-kata, melainkan juga menyangkut kepercayaan diri, daya pikir kritis, dan keterampilan...

Read more

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia
Tualang

Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia

PERTENGAHAN April 2025 lalu untuk pertama kalinya saya mendarat di Formosa, nama lain dari Taiwan. Selasa (15/04/25), Bandara Taoyuan menyambut...

by Arif Wibowo
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co