25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kita Hanyalah Setetes Air dan Butiran Debu | Refleksi dari Lagu “Dust in the Wind”

Ahmad SihabudinbyAhmad Sihabudin
April 8, 2025
inEsai
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Ahmad Sihabudin

“Diri kita hanyalah setetes air di lautan samudera, kita hanyalah butiran debu dalam angin”. Just a drop of water in an endless sea. All we are is dust in the wind. Lirik lagu Dust in the Wind dari Kerry Livgreen – Kansas.

Kita ibarat debu yang tak akan mampu melawan angin Sang Pencipta. Kita ibarat debu yang selalu terbawa angin. Kita ibarat debu, seolah tak bermakna karena seandainya kita mengisi seluruh hidup kita dengan kebaikan pun, itu sama sekali belum ada apa-apanya dibandingkan kekuasaanNya yang sungguh tak terbatas. Menjadi “seolah” tak bermakna karena sebenarnya kita punya kesempatan untuk menjadi bermakna.

Dust in the wind, all we are is dust in the wind. Kutipan dari lirik  lagu yang ditulis Kerry Livgreen dari group rock Kansas asal Amerika. Ulasan lirik lagu tersebut banyak disampaikan oleh para pendengar lagu itu. Intinya  memberikan pesan simbolik pada kita, bahwa kita hanyalah butiran kecil debu yang diterbangkan angin. Namun demikian, bisa jadi benar-benar menjadi tanpa makna saat kita tidak mengisi waktu kita di dunia ini dengan sebaik-baiknya.

Setiap detik, setiap menit waktu berlalu. dan semuanya akan kita pertanggungjawabkan nantinya. Untuk setiap menit waktu yang terbuang, bahkan uang kita tak akan mampu membelinya untuk kembali. Semuanya telah berlalu, semuanya telah tercatat di dalam catatanNya  (https://whisnuwees.wordpress.com/2013/10/31/5142877/).

Saat terjadi badai angin (Santa Ana) di kota Los Angles (LA) California yang membakar sebagian besar  kota ini, bahkan api juga merambat ke bukit ikonik Hollywood dan rumah penduduk, hembusan  angin topan mencapai kecepatan hingga 160 km/jam. Kebakaran ini menyebabkan puluhan ribu penduduk LA dievakuasi dari rumah mereka. Kebakaran  hebat ini membakar lebih dari 5.260 hektare dan menghancurkan lebih dari 1.000 bangunan.

Saat badai angin Santa Ana dalam sekejap meluluhlantakkan Los Angeles, California, Amerika Serikat dengan kobaran api, sebagian orang teringat lagu Dust in the Wind. Bagaimana semua yang ada di dunia ini tak ada yang abadi. Kemewahan, kemegahan, kemakmuran bisa lenyap sewaktu-waktu. Manusia hanyalah butiran debu kosmos di alam semesta. Kemewahan LA sirna seketika dengan tiupan angin “Santa Ana”.

Lagu Dust In The Wind menurut para pengulas lagu ini adalah, semacam refleksi, bahwa manusia adalah makhluk tak berdaya, tentunya di hadapan-Nya, di hadapan Allah Sang Penggenggam hidup kita. “All my dreams pass before my eyes, a curiosity” Manusia selalu punya banyak keinginan, rencana dan impian. Namun pada akhirnya kepada-Nya lah segala ketentuan. Ia lah sebaik-baiknya pembuat keputuasan. “Just a drop of water in an endless sea”;  diri kita hanya setetes air di lautan samudera, kita bukan apa apa.

Tak pantas ada jumawa dalam diri kita. “And all your money won’t another minute buy”. Tak bisa kita membeli waktu, menukar satu menit jatah usia kita, walaupun dengan seluruh harta di dunia. “All we do crumbles to the ground though we refuse to see”.Suatu saat semua akan hancur, berterbangan, suatu kondisi yang kita tak sanggup melihatnya. Hari akhir. Alam raya ini akan hancur bagaikan deebu berterbangan (https://nuriska.com/2018/05/21/all-we-are-just-dust-in-the-wind/).

Dust in the Wind-nya Kansas, bila saya sandingkan dengan Sembilan Ayat surat  Az-Zariyat (51) (Angin yang Menerbangkan): “kita manusia hanyalah debu dalam angin, betapa kecilnya kuasa kita sebagai manusia. “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya, dan awan yang mengandung hujan, dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah, dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan,  sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi. Demi langit yang mempunyai jalan-jalan,  sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat.”

Lagu ini dirilis Tahun 1977 sebagai bagian dari album Point of Know Return. Lagu ini bukan tentang keputusasaan atau pesimis tentang hidup hingga kita menjadi masa bodoh tidak mau berbuat apa-apa. Justru ini sebuah ekspresi kesadaran seorang manusia, bahwa dia adalah bukan siapa-siapa, dia bagaikan butiran debu yang tertiup angin, tidak perlu ada yang disombongkan. Apa hebatnya kuasa sebutir debu yang melayang-layang.

Jadi teringat juga beberapa tahun yang lalu saat mengikuti kuliah Falasafah Sain dalam program doktor. Sang dosen menampilkan gambar galaksi Bima Sakti alam semesta, tempat di mana planet bumi ada. Kami diminta menunjukkan lokasi matahari, planet-planet, bintang-bintang, dan posisi bumi. Selanjutnya sang dosen meminta kami menunjukkan posisi negeri kita Indonesia, kemudian diminta mencari posisi kampus kami, lalu mencari kelas kami dan mencari diri kita masing-masing.  Dalam galaksi itu, tentunya kami mengatakan sulit menentukan dan mencarinya karena sangat kecil seperti atom.

Sang dosen mengatakan, itulah saya (Prof. Jajah Koswara almarhumah), tak lebih hanya butiran debu dalam angin. Artinya, penegetahuan yang saya miliki hanyalah sebutir debu bila dibadingkan dengan sang Pencipta, kita tidak boleh sombong apa lagi menyombongkan diri, pada siapa pun. Itu yang saya ingat satu makna pertemuan dalam kuliah tersebut. Ya, kita manusia hanyalah debu dalam angin, dalam skala besar alam semesta.

Lagu ini bukan tentang keputusasaan atau pesimis tentang hidup hingga kita menjadi masa bodoh tidak mau berbuat apa-apa. Justru ini sebuah ekspresi kesadaran seorang manusia, bahwa dia adalah bukan siapa-siapa, dia bagaikan butiran debu yang tertiup angin, tidak perlu ada yang disombongkan. Apa hebatnya kuasa sebutir debu yang melayang-layang.

Dalam surah Al-Hijr (15) ayat 22, dijelaskan tentang sifat angin yang mengawinkan hingga terbentuknya hujan. “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.

Karena ada Dia yang berkuasa atas jiwanya, ada Dia yang berkuasa atas segala kejadian, ada Dia yang berkuasa atas segala urusan. Maka, bila kita bukan apa-apa, sadar sepenuhnya bahwa segala urusan kita ada dalam genggamanNya, maka mendekatlah padaNya, bergantunglah kepadaNya, percayakan hidup kita KepadaNya, yakinlah dengan segala PengaturanNya. Coz All we are is dust in the wind. [T]

Penulis: Ahmad Sihabudin
Editor: Adnyana Ole

  • BACA artikel lain dari penulisAHMAD SIHABUDIN
Mungkinkah Bumi Tanpa Konflik? Jawabnya Bersama Angin | Dari ”Blowing in The Wind” Bob Dylan
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan
Tags: lagumusikrefleksi
Previous Post

Senderan di Pantai Desa Pengastulan, Mencegah Abrasi, Juga Jadi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Next Post

Dharma dalam Momen Waktu Melalui Kreativitas dan Karya | Dari Dharma Santi FPMHD-Unud

Ahmad Sihabudin

Ahmad Sihabudin

Dosen Komunikasi Lintas Budaya, Fisip, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Banten

Next Post
Dharma dalam Momen Waktu Melalui Kreativitas dan Karya | Dari Dharma Santi FPMHD-Unud

Dharma dalam Momen Waktu Melalui Kreativitas dan Karya | Dari Dharma Santi FPMHD-Unud

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co