20 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sekolah Rakyat Vs Sekolah Reguler

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
April 7, 2025
inEsai
Sekolah Rakyat Vs Sekolah Reguler 

Ilustrasi tatkala.co | Rusdy

MULAI Tahun Pelajaran 2025/2026, Pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto akan mulai membuka Sekolah Rakyat (SR) di bawah Kementerian Sosial. Pertama mendengar SR tiba-tiba saja saya teringat pada ayah yang sudah meninggal 2014. Ayah tamatan SR zaman Belanda. Di KTP-nya, tertulis beliau lahir 1932. Saat penjajahan Jepang, ayah ikut menjadi seinendan yang diseleksi dengan persyaratan Pendidikan dan usia (14 -22 tahun). Dengan syarat itu, pasti tidak banyak yang bisa lolos seleksi karena awal Kemerdekaan Indonesia angka buta huruf 97 % dan melek huruf 3 %.

 Keikutsertaan ayah berperang zaman Jepang hingga menghilang sampai-sampai kakek berkaul, “Jika ayah kembali, akan mengupah Arja Basur”. Ayah memang akhirnya kembali setelah kakek berkaul dan kaul baru dibayar pada 1995, ketika saya sudah punya anak pertama.

Walaupun ayah ikut menjadi seinendan zaman Jepang, ia tidak menjadi veteran. Konon, sertifikat keikutsertaannya berjuang melawan Jepang, dipinjam teman dari desa tetangga untuk mengurus veteran. Dasar lugu bin polos, ayah menyerahkan begitu saja. Namun apa yang dijanjikan untuk mengurus veteran itu tak pernah kembali. Saya jadi ingat kisah akur anjing dan kambing pada mulanya, yang melahirkan sesonggan Bali, “silih-silih kambing”. Konon pada mulanya anjing bertanduk. Karena bersahabat baik dengan kambing, dipinjamlah tanduknya, tanpa curiga akan diliciki. Saking nyamannya kambing bertanduk, ia tak mengembalikan tanduk kepada anjing.

Kembali ke Sekolah Rakyat. Berdasarkan penelusuran mesin pencari, Sekolah Rakyat berdiri pada 1907 di setiap daerah yang dikuasai penjajahan Belanda. Tujuan Sekolah Rakyat zaman Belanda memberikan kesempatan kepada warga pribumi untuk belajar ilmu pengetahuan dengan biaya gratis. Pada zaman Belanda, Sekolah Rakyat berlangsung selama 3 tahun. Saat Jepang menjajah, Sekolah Rakyat menjadi 6 tahun. Setelah Merdeka, Sekolah Rakyat berganti nama menjadi Sekolah Dasar (SD) pada13 Maret 1946.Kebijakan Belanda mendirikan Sekolah Rakyat tidak terlepas dari kebijakan politik etis (politik balas budi) yang dikembangkan Van De Venter pada 17 September 1901. Ada tiga sasaran politik etis Belanda : irigasi, emigrasi, dan edukasi. Irigasi dan emigrasi lebih menguntungkan Belanda dalam memertahankan wilayah kekuasaannya dengan mempekerjakan kaum pribumi melalui sistem kerja rodi. Hasilnya sudah pasti demi keuntungan dan langgengnya kekuasaan Belanda. Sindiran orang Bali dalam metafora, “Cara nyebit tiing, ngamis kacerikan”, benar adanya dan berlaku hingga kini. Ketika masih hidup, ayah menyebut, “Gumi gelah anak gede”. Kedua frase berkearifan lokal Bali itu mencerminkan relasi kuasa yang mencengkram yang kecil dan lemah.

Sejarah mengajarkan Belanda menjajah selama 3,5 abad, ada juga hikmahnya. Kita juga pantas berterima kasih kepada Belanda yang meletakkan dasar-dasar pendidikan modern kepada kaum warga pribumi. Kelak, Politik Etis Belanda khususnya dalam bidang edukasi inilah membentuk kesadaran kaum pribumi tentang pentingnya semangat nasionalisme dengan berdirinya Budi Utomo diikuti dengan berdirinya Taman Bacaan Rakyat (14 September 1908), Balai Pustaka (17 September 1917) yang kemudian menjadi Angkatan Balai Pustaka dalam Sastra Indonesia. Baik Taman Bacaan Rakyat maupun Balai Pustaka adalah cikal bakal program Gerakan Literasi kini, yang berakar di dunia Pendidikan. Namun disayangkan, Belanda yang memberikan karpet merah bagi kaum pribumi dalam bidang Pendidikan tetap diskriminasi. Pendidikan diperuntukkan hanya bagi kaum laki-laki sedangkan perempuan cukup ngempu di rumah dan menghibur dengan selalu dekat dapur, sumur, dan kasur.

Kini, ketika Sekolah Rakyat dibangkitkan kembali didasari pandangan bahwa masih banyaknya anak usia sekolah yang putus sekolah dan tidak mendapat pendidikan yang layak sehingga potensial jatuh miskin ekstrem. Draf yang dikeluarkan Kemensos pada 16 Maret 2025 menyebutkan data kemiskinan ekstrem di Indonesia sebesar 3,17 juta. Dari jumlah itu sebagian besar menyenyam pendidikan setingkat SD bahkan lebih rendah (74,51%). Relasi Pendidikan dengan kemiskinan disadari sebagai jalan keluar memutus rantai kemiskinan. Oleh karena itu, ajakan Ganjar Pranowo mencetak satu sarjana setiap keluarga layak dipertimbangkan walaupun ia kalah dalam kontestasi dalam Pemilu 2024.

Dalam draf itu juga disebutkan Sekolah Rakyat Unggul (SRU) memiliki 9 nilai inti (core value) yang dikembangkan yaitu welas asih, pola pikir terus berkembang, tata budaya, kesehatan, pendidikan berkualitas yang relevan, kepemimpinan, agen perubahan, kesetiakawanan sosial, serta keberlanjutan dan inovasi. Sungguh luar biasa niat untuk memutus mata rantai kemiskinan ektrem bila program SRU ini berhasil dilaksanakan secara konsisten dan kontinu.

Selain itu, SRU juga diproyeksikan berasrama dan gratis di bawah Kemensos tetapi penyiapan gurunya oleh Kemendikdasmen. Seleksinya konon diprioritaskan kepada guru penggerak dan sudah bersertifikat pendidik melalui jalur PPG. Oleh karena berada di dua Kementerian yang berbeda, perlu regulasi yang jelas agar tidak merugikan profesi guru. Guru di bawah Kemendikdasmen sudah jelas regulasinya terkait tugas pokok dan fungsinya dalam memenuhi hak-hak dan kewajibannya, termasuk hak mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (TPG) setiap bulan yang dibayarkan setiap tiga bulan, walaupun sering telat.

Bagaimana bila nanti guru itu ditarik ke SRU yang pada tahun pertama mungkin tidak memenuhi syarat jumlah jam mengajar yang selama ini diekuivalensikan setara 24 jam pelajaran. Selain itu, skema guru yang direkrut ke SRU juga akan dilatih secara ofline selama satu bulan dan pasti meninggalkan siswa. Dampak lanjutannya, terjadi kekurangan guru di sekolah regular di bawah Kemendikdasmen seperti dikeluhkan sejumlah sekolah di berbagai daerah. Sementara itu, program pengangkatan guru PPPK tahun 2025 ditunda dan progres guru mengikuti percepatan PPG juga dikurangi.

Niat memuliakan warga negara yang miskin ekstrem dengan mendirikan SRU memang sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 untuk mencerdaskan bangsa, khususnya menjalankan pasal 34 (1) Fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara. Basis data anak miskin ekstrem sesuai dengan Inpres Nomor 4 Tahun 2025 tentang Data Terpadu Sosial dan Ekonomi Nasional. Walaupun demikian, perlu kehati-hatian dalam pencuplikan dan pemutakhiran data mengingat basis data itu sangat dinamis. Dinamikanya bisa bergerak lintas desa, kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi.

Daripada pemerintah membangun SRU dengan fasilitas wah melebihi fasilitas sekolah regular kini, ada baiknya juga melirik dan memberdayakan sekolah swasta tradisional yang sudah ada dan membantunya untuk bangkit kembali. Faktanya, banyak sekolah swasta tradisional yang hidup segan mati tak mau. Menghidupkan kembali denyut sekolah swasta menjadi SRU, adalah bentuk subsidi nyata keberpihakan pemerintah sebagaimana awal Kemerdekaan hingga Orde Baru, sekolah swasta mendapatkan subsidi guru dan gedung bangunan (ruang kelas, lab) sehingga sinergitas pemerintah dan swasta makin mesra dan mutualistik. Di sejumlah sekolah swasta tradisional, keluhan kepala sekolah tentang banyaknya anak kurang mampu juga sudah sering digemakan. Kolaborasi program SRU dengan sekolah swasta yang sudah ada perlu dikomunikasikan secara humanis, konsisten, kontinu dan mutualistik.

 Selain itu, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang sudah ada juga bisa lebih diberdayakan sehingga gema efisiensi yang digaungkan pemerintah lebih mengena. Namun, PKBM merupakan lembaga pendidikan nonformal, sementara SRU dirancang seperti sekolah formal. Walaupun demikian, regulasi bisa diselaraskan sehingga landasan hukumnya jelas dan terukur.

 Seperti juga sekolah swasta tradisional, PKBM juga didirikan atas dasar idealisme dan kepedulian untuk memutus mata rantai persoalan anak-anak putus sekolah (kawin muda, miskin ekstrem, membantu orang tua). Selama ini, peran PKBM telah berhasil menjalankan misinya memutus mata rantai anak putus sekolah. Prinsifnya belajar sambil bekerja sehingga muatan keterampilan hidup lebih diutamakan.  Itu juga berarti memutus mata rantai kemiskinan ekstrem bersinergi dengan  program SRU yang dicanangkan pemerintah. [T]

Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Adnyana Ole

  • BACA artikel lain dari penulisNYOMAN TINGKAT
Berguru Pada Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan di Yogyakarta
Membaca Arah Pendidikan Lima Tahun ke Depan
Refleksi Hari Guru Nasional 2024: Antara Prestasi dan Perubahan Nasib
Tags: Pendidikansekolah dasarsekolah rakyat
Previous Post

Hari Raya Ketupat, Lebaran Kedua ala Islam Jawa

Next Post

Putu Bayu Yudha dan Dhea Prasasti Jadi Duta GenRe Gianyar 2025: Wajah Baru Menjaga Semangat Berkelanjutan

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
Putu Bayu Yudha dan Dhea Prasasti Jadi Duta GenRe Gianyar 2025: Wajah Baru Menjaga Semangat Berkelanjutan

Putu Bayu Yudha dan Dhea Prasasti Jadi Duta GenRe Gianyar 2025: Wajah Baru Menjaga Semangat Berkelanjutan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more

PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

by Putu Eka Guna Yasa
May 20, 2025
0
PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

MERESPON meluasnya cabang ormas nasional yang lekat dengan citra premanisme di Bali, ribuan pacalang (sering ditulis pecalang) berkumpul di kawasan...

Read more

Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

by I Nyoman Tingkat
May 19, 2025
0
Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

PADA 2009, Prof. Winarno Surakhmad, M.Sc.Ed. menerbitkan buku berjudul “Pendidikan Nasional : Strategi dan Tragedi”.  Buku setebal 496 halamanitu diberikan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan
Panggung

Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan

CHEF lokal Bali Made Masak dan ahli koktail Indonesia Bili Wirawan akan membuat kejutan di ajang Ubud Food Festival 2025....

by Nyoman Budarsana
May 20, 2025
Mujri, Si Penjaja Koran: Sejak 22 Tahun Tetap Setia Berkeliling di Seririt
Persona

Mujri, Si Penjaja Koran: Sejak 22 Tahun Tetap Setia Berkeliling di Seririt

TERSELIPLAH sosok lelaki bertopi di antara sahut-riuh pedagang dan deru kendaraan di jalanan sekitar Pasar Seririt, Buleleng, Bali, pada satu...

by Komang Puja Savitri
May 19, 2025
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co