14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ogoh-Ogoh Makin Gagah | Catatan Usai Nyepi

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
April 3, 2025
inEsai
Ogoh-Ogoh Makin Gagah | Catatan Usai Nyepi

Parade Ogoh-Ogoh di Desa Adat Kutuh, Gumi Delod Ceking (Foto : Sury

SEJAK awal 1980-an,ogoh-ogoh menjadi tradisi baru menyertai upacara ngerupuk menjelang Nyepi. Tradisi ini dimulai dari Kota Denpasar yang kala itu menjadi ibu kota Kabupaten Badung sekaligus ibu kota Provinsi Bali. Dari Kota Denpasar, ogoh-ogoh lalu menyebar ke kota kabupaten, terus menyeruak sampai ke desa-desa. Denpasar sebagai kota urban adalah tempat pergulatan dan pergumulan orang-orang hebat desa berdialektika menciptakan inovasi dan kreativitas, termasuk dalam membuat ogoh-ogoh.

Kini ogoh-ogoh bukan hanya di Bali, melainkan juga menggedor orang-orang Bali di daerah trasmigran bahkan sampai kaum diaspora Bali di luar negeri. Karya manusia Bali begitu mendunia.

Kini, setiap ngerupuk menjelang Nyepi ogoh-ogoh selalu ditunggu-tunggu. Bahkan, ngerupuk itu identik dengan ogoh-ogoh itu sendiri. Ngerupuk tanpa ogoh-ogoh identik dengan ngaben tanpa wadah bade. Padahal, keduanya tidak wajib. Namun, saya sadar sesuatu yang diulang-ulang dan diviralkan melalui medsos, bisa dipercaya secara membabi buta, sebagai kebenaran baru.

Kebenaran baru berbeda dengan dengan kebenaran itu sendiri. Apa boleh buat, rendahnya literasi membuat netizen tidak sadar untuk mencermati dan mengkritisi. Inilah buah dari pendidikan berbasis schrool yang mengabaikan etika school academic. Kecepatan diburu mengabaikan kedalaman. Pembelajaran berbasis deef learning yang digagas Mendikdasmen Abdul Mu’ti hanya nyaring di permukaan sebagai representasi politik pencitraan dengan mengedepankan pilihan berbasis jaya suara, minim jaya laksana niretika.

Ketika terjadi musibah badai angin ribut menjelang ngerupuk pada Nyepi Isaka 1947 pada Jumat, 28 Maret 2025 dan Nyepi yang bersamaan dengan Tumpek Wariga, Sabtu Kliwon 29 Maret 2025, Festival Ogoh-ogoh pun dijadikan kambing hitam oleh seorang tokoh. Tidak pelak lagi, terjadi silang wacana dengan kekuatan argumentasi masing-masing.

Bahkan, ada juga yang netizen menyebut bahwa Nyepi 1947 telah bergeser waktunya, yang katanya seharusnya jatuh pada Tilem Kasanga, 28 Maret 2025. Maka, makin lengkaplah rumpangnya paragraf kebalian dengan kedangkalan pemahaman. Maklumlah, tokoh tertentu menjadikan wacana ogoh-ogoh ngerupuk sebagai panggung untuk meraih simpatik.

Sementara itu, netizen berupaya mendapat follower sebanyak-banyaknya.  Sampai kapan musibah komunikasi ini akan berakhir ?

Baiklah tinggalkan saja wacana rumpang itu, kita fokuskan pada Festival Ogoh-ogoh yang bergelegar makin gagah menyeruak sampai ke desa-desa hingga ke pelosok-plosok. Ini mengingatkan saya pidato Bung Karno yang menusuk jantung hati para pengagumnya yang buta huruf. Bung Karno memiliki kekuatan seni orator tingkat dunia, kini level Bung Karno tak terkejar. Bahkan sekelas pemimpin nasional pun, bahasa komunikasinya belepotan dan menjadi bahan ledekan. Festival Ogoh-ogoh di Bali menjelang Nyepi mengalahkan wacana pemimpin.

Pertama, viralitas komunikasi ogoh-ogoh menyentuh jantung emosi masyarakat sebagai hiburan berbasis kerja kreativitas dan inovasi berkearifan lokal. Prof.Dr. Ida Bagus Mantra, mantan Gubernur Bali, berujar, “Orang Bali mesti menyadari diri. Menyadari diri adalah sumber kreativitas”. Pernyataan penggagas Pesta Kesenian Bali itu  diterjemahkan oleh seniman muda ogoh-ogoh dengan karya estetik dan kritis menangkap fenomena aktual yang terjadi menimpa Bali, seperti kisah hantu yang disebut tonya kehilangan tempat tinggal divisualisasi dalam Ogoh-ogoh Bregan Pering.

Atau Ogoh-ogoh Tulak Tunggul yang bermaterikan bacaan spiritual untuk menolak energi negatif yang mengintip kelalaian manusia. Kedua ogoh-ogoh ini menyajikan kebaruan (novelty) setara karya disertasi (S-3). Sungguh pencapaian estetik memantik empatik penonton yang terhibur dan tertuntun dengan mahakarya otentik anak muda Bali. Capaian itu mengingatkan  saya ketika prosesi ngajum sawa saat ngaben digelar. Badan manusia disimbolkan dalam kajang (kain berlukis simbol badan manusia) dengan aneka aksara di dalamnya.

Aksara itulah yang diolah kemudian divisualisasikan dan dihidupkan dalam karya estetis etis humanis.  Aksara adalah simbol dan simptom peradaban dengan jumlah terbatas (18 aksara Bali) tetapi dengan produk narasi yang tidak terbatas. Ini juga mengingatkan saya pada teori trasformatif generatif dalam studi linguistik dari Chomsky linguis berkebangsaan  Amerika.

Kedua, festival ogoh-ogoh mendekatkan anak muda Bali ke guyub banjar sebuah organisasi tradisional yang visioner menangkap dinamika zaman. Di sini mereka belajar ilmu kehidupan berbasis sejarah berpendekatan trisemaya dalam linearitas garis waktu. Trisemaya yaitu atita (masa lalu), wartamana (kini), anagata (masa depan) sejalan dengan pidato Bung Karno tentang Jas Merah (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah).

Begitulah, tetua Bali mendidik dengan laku tindak (kerja) yang disebut karmayoga buat generasi mudanya sebagai bagian dari ibadah persembahan. Galib diketahui Bali dikenal dengan Pulau Persembahan termasuk festival ogoh-ogoh sebagai karya seni. Tidak berlebihan bila orang luar Bali mengaku selalu menemukan sudut lain dan inspiratif di Bali walaupun berkali-kali datang kembali. Seakan Bali berbisik, “Barang siapa pernah menginjakkan kaki di Bali, Dewata akan memanggilmu kembali. Datanglah ke Bali sebelum kau mati”.

Ketiga, ogoh-ogoh yang hadir belakangan sedangkan ngerupuk sudah diimani sejak dulu kala dengan tradisi mabuhu-buhu (mengelilingi desa membawa api obor) mengiringi tradisi tawur agung secara berjenjang dari tingkat desa adat, kecamatan, kabupaten, hingga  tingkat Povinsi Bali yang dipusatkan di Madya Mandala Besakih sebagai  Pura Ibu (mother tample).

Melalui utusan kabupaten/kecamatan/desa adat se-Bali nunas tirta  dan nasi tawur ke Besakih sebagai anugrah untuk nyomia buta kala dengan harapan Bali aman, nyaman, tenang, degdeg ajeg. Tatanan itu menandakan bahwa spiritual manusia Bali seirama dengan sistem birokrasi berjenjang bermula dari tingkat desa. Jika di Bali dikenal adanya dua desa yang menyatu (desa adat dan desa dinas) adalah cermin menyatunya kekuatan purusa (ayah) dan pradana (ibu).

Itulah gambaran manunggalnya Kawula-Gusti, menyatunya pemimpin dengan rakyat yang dipimpin, tak ubahnya bunga kamboja (Bahasa Bali : Jepun) yang menyatu antara bunga dan sarinya.

Begitulah Bali beritual menyambut Tahun Baru Isaka 1947 penuh simbolik yang mungkin tidak banyak dihayati maknanya oleh para pengarak ogoh-ogoh. Mereka meluber dalam euphoria persembahan menuju proses menjadi sebagai mana diisyaratkan dalam dunia pendidikan. Mendidik tidaklah mendadak, perlu waktu berproses untuk menjadi.

Berbeda dengan perayaan menyambut Tahun Baru Masehi, Nyepi sebagai pergantian tahun hingar-bingar semalam sebelumnya, sepi hening gelap sesudahnya, walaupun hanya sehari. Inilah furifikasi ala Bali masuk ruang gelap dalam sepi hening reflektif, kontemplatif, meditatif menuju kebaruan dan kedewasaan sebagai cara mengaktualisasikan pembangunan berkelanjutan dan berkeseimbangan.

Dengan begitu, Nyepi adalah teks kehidupan yang padu bersenyawa secara kohesif dan koherensif menjaga Bali dari kedalaman makna di tengah kedangkalan informasi pendek di media sosial. Jangan sampai berenang dikedangkalan tanpa menyelam di kedalaman samudera luas mengangkat Mutiara ke permukaan yang terpendam di dasarnya.

Begitulah Hindu tampil di permukaan dengan meriah  ogoh-ogoh penuh simbolik. Diperlukan pisau tajam analisis agar bisa dikupas dengan baik dan benar. Ibarat mengupas bawang, lapis demi lapis yang berakhir dengan tetesan air mata untuk penyucian agar bisa melihat yang sepantasnya dan sepatutnya.

Begitulah Ogoh-ogoh yang makin gagah menyambut sepi hening Nyepi. Festival Ogoh-ogoh di seluruh Bali saat ngerupuk pada Jumat, 28 Maret 2025 makin mengukuhkan Bali sebagai negara teater sebagai dilekatkan oleh Clifford Geertz.  

Festival ini nyaris berimpitan dengan malam takbiran yang ditandai dengan kemeriahan merayakan kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu sebulan dalam puasa Ramadan bagi umat Islam. Sungguh toleransi indah dalam keberagaman yang saling beriringan. Selamat Nyepi Tahun Baru Isaka 1947. Selamat Idul Fitri 1446 H. Mohon maaf lahir batin. [T]

Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Adnyana Ole

  • BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT
Serba-serbi Melasti di Gumi Delod Ceking
Nyepi di Gumi Delod Ceking Dekade 1970-an
Ogoh-Ogoh, Nyepi, dan Idulfitri
Tags: baliBudaya BaliHari Raya Nyepihinduogoh-ogoh
Previous Post

Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

Next Post

Fenomena Viralnya Selebriti Perempuan Suku Baduy

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

Fenomena Viralnya Selebriti Perempuan Suku Baduy

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co