5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ogoh-Ogoh Makin Gagah | Catatan Usai Nyepi

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
April 3, 2025
inEsai
Ogoh-Ogoh Makin Gagah | Catatan Usai Nyepi

Parade Ogoh-Ogoh di Desa Adat Kutuh, Gumi Delod Ceking (Foto : Sury

SEJAK awal 1980-an,ogoh-ogoh menjadi tradisi baru menyertai upacara ngerupuk menjelang Nyepi. Tradisi ini dimulai dari Kota Denpasar yang kala itu menjadi ibu kota Kabupaten Badung sekaligus ibu kota Provinsi Bali. Dari Kota Denpasar, ogoh-ogoh lalu menyebar ke kota kabupaten, terus menyeruak sampai ke desa-desa. Denpasar sebagai kota urban adalah tempat pergulatan dan pergumulan orang-orang hebat desa berdialektika menciptakan inovasi dan kreativitas, termasuk dalam membuat ogoh-ogoh.

Kini ogoh-ogoh bukan hanya di Bali, melainkan juga menggedor orang-orang Bali di daerah trasmigran bahkan sampai kaum diaspora Bali di luar negeri. Karya manusia Bali begitu mendunia.

Kini, setiap ngerupuk menjelang Nyepi ogoh-ogoh selalu ditunggu-tunggu. Bahkan, ngerupuk itu identik dengan ogoh-ogoh itu sendiri. Ngerupuk tanpa ogoh-ogoh identik dengan ngaben tanpa wadah bade. Padahal, keduanya tidak wajib. Namun, saya sadar sesuatu yang diulang-ulang dan diviralkan melalui medsos, bisa dipercaya secara membabi buta, sebagai kebenaran baru.

Kebenaran baru berbeda dengan dengan kebenaran itu sendiri. Apa boleh buat, rendahnya literasi membuat netizen tidak sadar untuk mencermati dan mengkritisi. Inilah buah dari pendidikan berbasis schrool yang mengabaikan etika school academic. Kecepatan diburu mengabaikan kedalaman. Pembelajaran berbasis deef learning yang digagas Mendikdasmen Abdul Mu’ti hanya nyaring di permukaan sebagai representasi politik pencitraan dengan mengedepankan pilihan berbasis jaya suara, minim jaya laksana niretika.

Ketika terjadi musibah badai angin ribut menjelang ngerupuk pada Nyepi Isaka 1947 pada Jumat, 28 Maret 2025 dan Nyepi yang bersamaan dengan Tumpek Wariga, Sabtu Kliwon 29 Maret 2025, Festival Ogoh-ogoh pun dijadikan kambing hitam oleh seorang tokoh. Tidak pelak lagi, terjadi silang wacana dengan kekuatan argumentasi masing-masing.

Bahkan, ada juga yang netizen menyebut bahwa Nyepi 1947 telah bergeser waktunya, yang katanya seharusnya jatuh pada Tilem Kasanga, 28 Maret 2025. Maka, makin lengkaplah rumpangnya paragraf kebalian dengan kedangkalan pemahaman. Maklumlah, tokoh tertentu menjadikan wacana ogoh-ogoh ngerupuk sebagai panggung untuk meraih simpatik.

Sementara itu, netizen berupaya mendapat follower sebanyak-banyaknya.  Sampai kapan musibah komunikasi ini akan berakhir ?

Baiklah tinggalkan saja wacana rumpang itu, kita fokuskan pada Festival Ogoh-ogoh yang bergelegar makin gagah menyeruak sampai ke desa-desa hingga ke pelosok-plosok. Ini mengingatkan saya pidato Bung Karno yang menusuk jantung hati para pengagumnya yang buta huruf. Bung Karno memiliki kekuatan seni orator tingkat dunia, kini level Bung Karno tak terkejar. Bahkan sekelas pemimpin nasional pun, bahasa komunikasinya belepotan dan menjadi bahan ledekan. Festival Ogoh-ogoh di Bali menjelang Nyepi mengalahkan wacana pemimpin.

Pertama, viralitas komunikasi ogoh-ogoh menyentuh jantung emosi masyarakat sebagai hiburan berbasis kerja kreativitas dan inovasi berkearifan lokal. Prof.Dr. Ida Bagus Mantra, mantan Gubernur Bali, berujar, “Orang Bali mesti menyadari diri. Menyadari diri adalah sumber kreativitas”. Pernyataan penggagas Pesta Kesenian Bali itu  diterjemahkan oleh seniman muda ogoh-ogoh dengan karya estetik dan kritis menangkap fenomena aktual yang terjadi menimpa Bali, seperti kisah hantu yang disebut tonya kehilangan tempat tinggal divisualisasi dalam Ogoh-ogoh Bregan Pering.

Atau Ogoh-ogoh Tulak Tunggul yang bermaterikan bacaan spiritual untuk menolak energi negatif yang mengintip kelalaian manusia. Kedua ogoh-ogoh ini menyajikan kebaruan (novelty) setara karya disertasi (S-3). Sungguh pencapaian estetik memantik empatik penonton yang terhibur dan tertuntun dengan mahakarya otentik anak muda Bali. Capaian itu mengingatkan  saya ketika prosesi ngajum sawa saat ngaben digelar. Badan manusia disimbolkan dalam kajang (kain berlukis simbol badan manusia) dengan aneka aksara di dalamnya.

Aksara itulah yang diolah kemudian divisualisasikan dan dihidupkan dalam karya estetis etis humanis.  Aksara adalah simbol dan simptom peradaban dengan jumlah terbatas (18 aksara Bali) tetapi dengan produk narasi yang tidak terbatas. Ini juga mengingatkan saya pada teori trasformatif generatif dalam studi linguistik dari Chomsky linguis berkebangsaan  Amerika.

Kedua, festival ogoh-ogoh mendekatkan anak muda Bali ke guyub banjar sebuah organisasi tradisional yang visioner menangkap dinamika zaman. Di sini mereka belajar ilmu kehidupan berbasis sejarah berpendekatan trisemaya dalam linearitas garis waktu. Trisemaya yaitu atita (masa lalu), wartamana (kini), anagata (masa depan) sejalan dengan pidato Bung Karno tentang Jas Merah (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah).

Begitulah, tetua Bali mendidik dengan laku tindak (kerja) yang disebut karmayoga buat generasi mudanya sebagai bagian dari ibadah persembahan. Galib diketahui Bali dikenal dengan Pulau Persembahan termasuk festival ogoh-ogoh sebagai karya seni. Tidak berlebihan bila orang luar Bali mengaku selalu menemukan sudut lain dan inspiratif di Bali walaupun berkali-kali datang kembali. Seakan Bali berbisik, “Barang siapa pernah menginjakkan kaki di Bali, Dewata akan memanggilmu kembali. Datanglah ke Bali sebelum kau mati”.

Ketiga, ogoh-ogoh yang hadir belakangan sedangkan ngerupuk sudah diimani sejak dulu kala dengan tradisi mabuhu-buhu (mengelilingi desa membawa api obor) mengiringi tradisi tawur agung secara berjenjang dari tingkat desa adat, kecamatan, kabupaten, hingga  tingkat Povinsi Bali yang dipusatkan di Madya Mandala Besakih sebagai  Pura Ibu (mother tample).

Melalui utusan kabupaten/kecamatan/desa adat se-Bali nunas tirta  dan nasi tawur ke Besakih sebagai anugrah untuk nyomia buta kala dengan harapan Bali aman, nyaman, tenang, degdeg ajeg. Tatanan itu menandakan bahwa spiritual manusia Bali seirama dengan sistem birokrasi berjenjang bermula dari tingkat desa. Jika di Bali dikenal adanya dua desa yang menyatu (desa adat dan desa dinas) adalah cermin menyatunya kekuatan purusa (ayah) dan pradana (ibu).

Itulah gambaran manunggalnya Kawula-Gusti, menyatunya pemimpin dengan rakyat yang dipimpin, tak ubahnya bunga kamboja (Bahasa Bali : Jepun) yang menyatu antara bunga dan sarinya.

Begitulah Bali beritual menyambut Tahun Baru Isaka 1947 penuh simbolik yang mungkin tidak banyak dihayati maknanya oleh para pengarak ogoh-ogoh. Mereka meluber dalam euphoria persembahan menuju proses menjadi sebagai mana diisyaratkan dalam dunia pendidikan. Mendidik tidaklah mendadak, perlu waktu berproses untuk menjadi.

Berbeda dengan perayaan menyambut Tahun Baru Masehi, Nyepi sebagai pergantian tahun hingar-bingar semalam sebelumnya, sepi hening gelap sesudahnya, walaupun hanya sehari. Inilah furifikasi ala Bali masuk ruang gelap dalam sepi hening reflektif, kontemplatif, meditatif menuju kebaruan dan kedewasaan sebagai cara mengaktualisasikan pembangunan berkelanjutan dan berkeseimbangan.

Dengan begitu, Nyepi adalah teks kehidupan yang padu bersenyawa secara kohesif dan koherensif menjaga Bali dari kedalaman makna di tengah kedangkalan informasi pendek di media sosial. Jangan sampai berenang dikedangkalan tanpa menyelam di kedalaman samudera luas mengangkat Mutiara ke permukaan yang terpendam di dasarnya.

Begitulah Hindu tampil di permukaan dengan meriah  ogoh-ogoh penuh simbolik. Diperlukan pisau tajam analisis agar bisa dikupas dengan baik dan benar. Ibarat mengupas bawang, lapis demi lapis yang berakhir dengan tetesan air mata untuk penyucian agar bisa melihat yang sepantasnya dan sepatutnya.

Begitulah Ogoh-ogoh yang makin gagah menyambut sepi hening Nyepi. Festival Ogoh-ogoh di seluruh Bali saat ngerupuk pada Jumat, 28 Maret 2025 makin mengukuhkan Bali sebagai negara teater sebagai dilekatkan oleh Clifford Geertz.  

Festival ini nyaris berimpitan dengan malam takbiran yang ditandai dengan kemeriahan merayakan kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu sebulan dalam puasa Ramadan bagi umat Islam. Sungguh toleransi indah dalam keberagaman yang saling beriringan. Selamat Nyepi Tahun Baru Isaka 1947. Selamat Idul Fitri 1446 H. Mohon maaf lahir batin. [T]

Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Adnyana Ole

  • BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT
Serba-serbi Melasti di Gumi Delod Ceking
Nyepi di Gumi Delod Ceking Dekade 1970-an
Ogoh-Ogoh, Nyepi, dan Idulfitri
Tags: baliBudaya BaliHari Raya Nyepihinduogoh-ogoh
Previous Post

Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

Next Post

Fenomena Viralnya Selebriti Perempuan Suku Baduy

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

Fenomena Viralnya Selebriti Perempuan Suku Baduy

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co