PADA Hari Suci Nyepi, Sabtu 29 Maret 2025, warga di Bali seharian tak menyalakan api, tidak memasak, dan lebih banyak diam. Begitu juga dengan warga Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali.
Warga Desa Banjar di wilayah Buleleng agak ke barat itu juga seharian tak menyalakan api pada saat Nyepi. Namun, berkaitan dengan Hanri Nyepi, warga Banjar punya tradisi unik. Yakni, nyakan diwang, memasak di depan rumah, di tepi jalan.
Nyakan diwang dilaksanakan untuk menutup Hari Nyepi. Dinihari, setelah Nyepi usai, warga ramai-ramai keluar rumah, memawa alat-alat memasak, dan bahan-bahan makanan untuk dimasak, lalu mereka memasak di depan rumah masing-masing.
Minggu, 30 Maret dinihari, jalan-jalan di Desa Banjar tiba-tiba menjadi sangat berbeda dengan hari kemarinnya. Jika kemarin sepi-jampi, pada Minggu dinihari jalanan cukup ramai. Api berkelip-kelip di depan rumah setiap warga.
”Nyakan diwang adalah tradisi yang kami terima dari turun temurun dari leluhur, turun-temurun,” kata Ida Putu Wedanajati, seorang warga yang dikenal juga sebagai mantan Kabag OPS Polres Buleleng.

Wedanajati, warga Banjar, nyakan diwang, memasak di luar rumah, dinihari setelah Nyepi | Foto: Ist
Pelaksanaan nyakan diwang, selain untuk menyepikan dapur setelah Hari Raya Nyepi, juga untuk menjalin tali persaudaraan serta silaturahmi antarwarga.
Saat ritual nyakan diwang, warga bisa saling menengok, saling mengunjungi, saling ngobrol, setelah kemarinnya seharian berdiam di rumah. “Saling mengunjungi antara satu warga dengan warga lainnya dapat memupuk rasa kebersamaan antara warga,” kara Wedanajati.
Warga lain, Ida Ketut Arcana, mengatakan pelaksanaan nyakan diwang merupakan bentuk keharmonisan yang ditunjukkan warga Desa Banjar, keharmonisan antarkeluarga, antarkerabat atau antartetangga.
”Kita dapat saling mengunjungi, saling sapa, saling mengucapkan selamat hari raya dan yang lainnya,” kata Arcana.


Warga Desa Banjar, Buleleng, nyakan diwang atau memasak di luar rumah, dinihari setelah Nyepi | Foto: Ist
Ritual nyakan diwang merupakan waktu yang ditunggu-tunggu karena setelah satu hari diam di rumah, mungkin merasakan jenuh dan bosan, mereka langsung bisa saling menyapa sembari sambil memasak.
Nyakan diwang dilakukan sejak pukul 02.00 wita. Hal itu menjadi kesempatan warga masyarakat untuk bertegur sapa.
”Sehari kita mengurung diri dalam rumah kemudian besoknya saat ngembak geni kita melangsungkan nyakan diwang. Kita semua bergembira saling sapa, berjabatan tangan mengucapkan selamat hari raya,” kata Arcana. [T]
Repoter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole
- BACA JUGA: