BULAN suci ramadhan, bulan yang penuh keutamaan bagi umat Islam kembali datang. Suasana kehidupan mulai berubah. Masjid kembali penuh oleh jamaah yang menunaikan shalat fardhu dan tarawih.
Pengajian dan buka bersama segera digelar di mana-mana, rumah pribadi maupun di berbagai institusi.Yatim piatu dan fakir miskin pun mendapat berkah seiring dengan meningkatnya kesadaran orang kaya untuk beramal. Tadarus pun menggema dari berbagai loud speaker yang ada di masjid dan mushalla.
Selama bulan ramadhan, pengurangan jam kerja serta meliburkan sesaat peserta didik menjadi hal yang rutin, sehingga kebanyakan dari orang-orang, terlebih para ibu rumah tangga dan anak sekolahan, menjadikan media komunikasi (handphone, komputer, televisi, dan media lainnya), sebagai tawaran menarik untuk mengisi waktu luang, terlebih saat berpuasa memang bisa membuat tubuh menjadi lemas, sehingga orang-orang menjadi “mager”, malas bergerak untuk beraktivitas di luar rumah.
Media komunikasi menjadi sasaran khususnya handphone smart (HP) yang sudah menyiapkan berbagai aplikasi media berjaringan. Habbit masyarakat menggunakan HP selama mengisi ramadhan, intensitas penggunaannya akan cenderung meningkat. Seperti termasuk menyampaikan ucapan selamat menjalankan ibadah puasa kepada keluarga, teman, dan kolega, menjadi tambahan satu aktivitas. Ini adalah wujud kebersamaan dan rasa syukur kita atas kedatangan bulan yang istimewa ini.
Momen ramadhan sebulan penuh dirayakan oleh umat muslim seluruh dunia, juga di Indonesia. Oleh media massa dianggap sebagai suatu pasar yang sangat potensial untuk mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Selama bulan ramadhan, pengurangan jam kerja serta meliburkan para peserta didik menjadi hal yang rutin, sehingga kebanyakan dari orang-orang terlebih para ibu rumah tangga dan anak sekolahan menjadikan penggunaan berbagai media komunikasi sebagai tawaran menarik untuk mengisi waktu luang, terlebih aktivitas berpuasa memang bisa membuat tubuh menjadi lemas, sehingga orang-orang menjadi malas untuk beraktivitas di luar rumah.
Pada momentum inilah para praktisi media (konten kreator, programmer acara penyiaran, pemilik channel) berkreativitas mengambil peran penting dalam “membantu” mengisi waktu luang masyarakat, dengan tayangan yang dikemas menarik bernuansa ramadhan. Hal ini dilakukan oleh para pengelola media televisi bukan semata-mata untuk memenuhi salah satu fungsi dari media yaitu “to entertain, to educative” melainkan sebagai salah satu langkah untuk mengikat pengiklan, karena program konten produk media tidaklah sama dengan komoditas material seperti pakaian, atau peralatan rumah tangga.
***
Pada dasarnya apa saja dapat dijadikan program, konten acara untuk ditayangkan mengisi medianya, selama program atau kontennya itu disukai oleh audience. Selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan berlaku dan juga menguntungkan channel, atau stasiun media siaran baik televisi maupun radio tersebut sudah pasti akan ditayangkan.
Selama ramadhan media biasanya cenderung akan berubah “insaf” format isinya. Program tayangan televisi, radio, dan cetak; tidak terkecuali media sosial berubah menjadi “syari’ah”. Ada yang menambah kuantitas acara hiburan “syari’ah”nya, mengganti program hiburan menjadi hiburan tema religi dalam berbagai format siaran. TikToker pun, konten-konten kreatif lainnya juga sesaat banyak yang hijrah jadi “syari’ah”.
Segala materi program tidaklah dilihat dari sisi kualitas makna umumnya, akan tetapi memang hanya didorong oleh feeling pengelola media ini akan disukai oleh audiens atau program yang dapat dijual. Dari hiburan sampai dengan ceramah agama akan tersirat apakah memang layak dijual, apakah da’i atau pengkhotbah dalam acara yang bernuansa religi ini memang layak dijual?
Atau media dengan sengaja menciptakan tokoh-tokoh yang dapat dipopulerkan sehingga dapat dijual pada suatu saat ketika harus ‘dibeli’ oleh suatu lembaga penyiaran. Pada dasarnya apa saja dapat dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu disukai oleh audiens, selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan berlaku.
Seperti yang diungkapkan Mosco (2009:133), dalam media massa yang dapat dikomodifikasi ada tiga macam yaitu konten, audiens dan pekerja. Dalam bulan ramadhan yang dikomodifikasi tentunya konten dan audiens. Konten media bertema ramadhan, dan audiens umat Islam yang tengah menjalankan ibadah ramadhan merupakan audiens yang dianggap potensial.
Ekstremnya saya katakan ramadhan bagi industri media adalah sebuah momentum tepat untuk menyiarkan tayangan-tayangan keagamaan, bukan demi dampak tayangan tersebut bagi masyarakat, namun bagi media itu sendiri.
Saya memang belum mengadakan penelitian pada konten acara media di bulan ramadhan. Tetapi kalau memang program acara tersebut untuk kepentingan khalayak tentu banyak nilai manfaatnya, dan sejak dulu masyarakat mendapatkan banyak manfaat. Namun selama ini, momentum ramadhan di media penyiaran tidak pernah meninggalkan jejak spiritual bagi masyarakat.
Ramadhan berlalu maka berlalu pula program acara tersebut. Dapat dikatakan momentum bulan suci ini hanya komodifikasi media saja dengan berbagai bentuk format acara dalam mencari pasar, saya tidak bermaksud sinis.
Semoga semua siaran di bulan ramadhan tahun ini dapat mencerahkan publik. Harapan saya media massa ikut menjaga kesucian bulan ramadhan dengan cara menghadirkan program siaran yang dapat mencerahkan masyarakat. [T]
Penulis: Ahmad Sihabudin
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulis AHMAD SIHABUDIN