16 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menyigi Masa Depan Petani Jagung di Tuban, Jawa Timur

JaswantobyJaswanto
January 27, 2025
inKhas
Menyigi Masa Depan Petani Jagung di Tuban, Jawa Timur

Kebun Jagung di Desa Gaji, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur | Foto: tatkala.co/Jaswanto

BINATANG itu menggeliat sesaat setelah dicongkel dari dalam tanah. Besarnya hanya sekelingking orang dewasa, beberapa ada yang sejempol. Tak panjang, memang, hanya 3-5 cm, tapi gemuk, mirip ulat sagu. Berwarna putih kehitaman, berbintik-bergaris, dan memiliki pupa berwarna coklat. Ialah ulat tanah (Agrotis ipsilon) atau bengkelo sebagaimana petani Jagung di Tuban, Jawa Timur, menyebutnya.

Di Desa Gaji, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban dan sekitarnya, hari-hari ini banyak petani jagung mengeluh karena ulahnya yang menyerang akar dan batang jagung muda. Hama jenis ini menyerang tanaman jagung muda pada malam hari, sedangkan pada siang hari mereka bersembunyi di dalam tanah. Sementara hama lain seperti ulat grayak (Spodoptera frugiperda) bisa menghabiskan daun-daun jagung muda dalam sekejap.

Serangan hama yang hidup di bawah permukaan tanah ini sudah terdeteksi petani jagung sejak empat tahun terakhir. Namun, pada musim tanam kali ini bisa dibilang yang terparah dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Dulu ada, tapi lumrah. Belakangan ini semakin parah,” ujar Tari, petani jagung paruh baya Desa Gaji, sembari berusaha mengeluarkan bengkelo dari sarangnya menggunakan sebatang ranting. “Kadang satu batang tanaman dirubung lebih dari sepuluh bengkelo,” sambungnya.

Kebun jagung di Desa Gaji, Kecamatan, Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur | Foto: tatkala.co/Jaswanto

Larva ini hidup di dalam tanah dan menyebabkan pangkal batang jagung patah. Hama tersebut menyerang dengan cara memotong batang jagung muda sehingga layu dan akhirnya kering, mati. Ada kemungkinan koloni ulat tanah ini menyerang jagung sebab penggunaan kotoran ayam dan sapi sebagai pupuk. Mengingat, di tinja hewan tersebut ulat yang bagi sebagian orang menggelikan itu berhabitat. Tapi sejauh ini belum ada penelitian pasti mengenai hal tersebut.

Syahdan, ulah ulat tanah yang membabibuta ini tampaknya menyebabkan produksi jagung di Tuban tahun ini hasilnya bakal kurang meyakinkan. Ada ancaman gagal panen. Sebagaimana dikatakan Tari, selain hama lain, ulat tanah menjelma musuh yang nyaris sulit dibasmi. Seolah mati satu lahir seribu. Ini sangat mengkhawatirkan. Mengingat, baru berumur 70 hari, tanaman jagung sudah pada tumbang.

“Musim lalu ulat grayak. Sekarang bengkelo,” Tari menegaskan betapa tidak mujurnya hidup petani jagung akhir-akhir ini.

Berbagai upaya telah dilakukan Tari dan petani jagung lain untuk menanggulangi hama bengkelo, termasuk melakukan penyemprotan dengan pestisida pengendali hama, akan tetapi hal ini tak cukup memuaskan. Maka dari itu, untuk sekadar meminimalisir kerusakan dan kerugian serangan ulat tanah, banyak petani jagung terpaksa memburu bengkelo secara manual dengan menggali tanah di bawah akar tanaman jagung yang telah layu menggunakan tangan kosong atau sekadar sebatang ranting. “Mungkin dengan diburu begini bisa sedikit mengurangi hama bengkelo dan meminimalisir kerusakan tanaman,” ujar Tari.

Dalam sebuah jurnal ilmiah yang terbit di Stigma, Vol. 06, No.02. 2012:23-26, A. Maghfiroh dan D.K. Binawati mengungkapkan pengujian aktivitas bioinsektisida ekstrak daun kersen (Muntingia calabura) terhadap mortalitas ulat tanah dan ulat grayak. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa penyemprotan ekstrak daun kersen signifikan (P<0,05) dapat membunuh ulat grayak dan ulat tanah. Namun, Tari dan petani jagung lain di Tuban sepertinya tak pernah mencobanya—atau barangkali memang tak tahu mengenai hal tersebut.

Berburu ulat tanah (bengkelo) di kebun jagung | Foto: tatkala. co/Jaswanto

Tetapi, terlepas dari bagaimana cara ampuh membasmi ulat tanah, sebagai petani Tari berharap pemerintah—khususnya yang berkaitan dengan pertanian—segera mencarikan solusi agar serangan hama bengkelo sedikit teratasi. Minimal petani tidak merugi akibat hama tersebut. “Kami sudah susah akibat pupuk yang sulit, ditambah lagi hama bengkelo. Semoga saja hasil panen besok tidak rugi banyak dan harga jagung bisa stabil,” katanya.

Ancaman Lain

Jagung termasuk bahan makanan penting selain padi. Sebagian besar produksi jagung terkonsentrasi di Tuban, Jawa Timur. Dengan topografi wilayah dan rata-rata curah hujan yang tak terlalu tinggi dalam setahun, usaha pertanian jagung sangat mendukung di sini.

Tak ayal, di musim seperti sekarang, saat Anda memasuki daerah Mandang di Kecamatan Merakurak sampai hampir di seluruh kawasan Kecamatan Kerek, Tuban, Jawa Timur, sejauh mata mengedar, hanya terlihat tumbuhan jagung yang baru berbunga di ladang-ladang luas di pinggir jalan raya hingga di lereng-lereng bukit kapur di utara dan selatan pedalaman. Jagung merupakan salah satu andalan petani di Tuban, selain padi, singkong, kacang tanah, dan tanaman tani lain yang cocok di dataran rendah.

Ulat tanah (bengkelo), hama jagung | Foto: tatkala.co/Jaswanto

Sejak dulu Tuban memang dikenal sebagai kabupaten penghasil jagung di Jawa Timur, bahkan Indonesia. Sebagaimana Tabanan dianggap sebagai “lumbung padi” Bali, Tuban merupakan wilayah penting di Jawa Timur dengan produktivitas jagung dalam skala besar. Untuk itulah, pada awal 2024, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengatakan bahwa Kabupaten Tuban, Jawa Timur, bisa menjadi sentra jagung nasional.

Apa yang dikatakan Suwandi bisa jadi kenyataan asal pemerintah dan swasta sama-sama berkomitmen membangun pertanian jagung di Tuban dari hulu hingga hilir—komitmen yang membantu meringankan beban petani jagung. Namun, kenyataannya di lapangan petani jagung di Tuban sedang mengalami persoalan yang kompleks. Bukan saja soal menurunnya jumlah petani dan lahan produktif, pula modal, persediaan pupuk, persoalan harga jagung pasca panen, hama, ketidakpastian musim, harga bibit, pestisida, dan seambrek masalah lainnya.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa beberapa persen sawah dan ladang pertanian di Tuban beralihfungsi menjadi tambang bahan baku pabrik semen dan minyak Pertamina. Industri ini merupakan ancaman nyata terhadap keberlangsungan petani jagung. Penelitian Harizatuz Zikayah (2023) dari ilmu lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan bahwa terjadi perubahan komponen lingkungan akibat kegiatan produksi semen PT. Semen Indonesia Persero (Tbk) berupa penggunaan lahan, tutupan vegetasi, konflik sosial, persepsi masyarakat terhadap pabrik, getaran, dan kebisingan.

Kegiatan operasional pabrik semen pada wilayah tambangnya masuk dalam kategori merusak lingkungan secara berat. Bukan saja soal pabrik semen, pun penggunaan pestisida yang tidak terkontrol jelas bentuk ancaman yang lain.

Lanskap persawahan yang akan ditambang pabrik semen di Desa Gaji, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban | Foto: tatkala.co/Jaswanto

Sekira sepuluh tahun terakhir, petani jagung di Tuban diserbu dengan berbagai produk kimia untuk membasmi bermacam-macam mahkluk hidup atau apa pun yang dianggap “pengganggu” tanaman. Dari mulai gulma, rumput, serangga, larva, atau apa pun dilibas dengan semprotan pestisida berbagai jenis tanpa pengetahuan akan keberlangsungan ekosistem biodiversitas.

“Banyak sekali obat-obatan yang kami pakai. Kami terpaksa memakainya, sebab lingkungan di sini sudah rusak,” ujar Tari. Untuk memperjelas, yang dimaksud Tari dengan “lingkungan sudah rusak” adalah kenyataan bahwa di beberapa daerah di Tuban, termasuk Desa Gaji, ekosistem alamnya sudah rumpang. Sebut saja beberapa burung pemakan ulat, misalnya, yang sudah nyaris lenyap. Padahal, alam telah mengajarkan, untuk mengendalikan hama, cukup dekatkan saja dengan predator alaminya.

Burung cendet (Lanius ludovicianus) yang notabene pengendali alami koloni ulat—termasuk ulat grayak hama jagung—habis ditangkap dan diperdagangkan. Akibatnya, populasi ulat menjadi tidak terkendali.

Ini adalah lingkaran setan. Karena peningkatan penggunaan pestisida pula, hama predator dan mangsa tidak seimbang, dan karenanya ada kelebihan populasi satu jenis hama yang akan menyerang tanaman tertentu, jagung misalnya. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam produksi tanaman pangan tersebut. Oleh karena itu, tanaman jagung memerlukan pestisida yang lebih kuat atau pestisida jenis baru untuk mengatasi hama yang menyerang tanaman pangan tersebut. Hal ini juga menyebabkan terganggunya rantai makanan.

Berburu ulat tanah (bengkelo) di kebun jagang | Foto: tatkala.co/Jaswanto

Selain itu, penggunaan pestisida pun pupuk kimia yang berlebihan juga dapat merusak pH tanah. Ini yang pernah disinggung Jonathan Foley dalam majalah National Gographic edisi Mei 2014, saat membicarakan ancaman lingkungan, kita membayangkan mobil dan cerobong asap. Sebenarnya, problem pangan adalah salah satu bahaya terbesar di bumi.

Pertanian termasuk penyumbang terbesar bagi pemanasan global, tulis Foley, menghasilkan gas rumah kaca lebih banyak daripada gabungan mobil, truk, kereta api, dan pesawat terbang. Sebagian besar berasal dari metana yang dilepaskan oleh ternak dan sawah, dinitrogen oksida dari ladang yang dipupuki, dan karbon dioksida dari penebangan hutan hujan untuk bertani atau beternak. Pertanian juga mempercepat hilangnya keanekaragaman hayati kita.

Tantangan lingkungan yang menyertai pertanian sangatlah besar, lanjut Foley, dan akan semakin mendesak saat kita berusaha memenuhi kebutuhan pangan yang kian tinggi di seluruh dunia. Sebelum pertengahan abad ini, jumlah mulut yang perlu diberi makan mungkin akan bertambah dua miliar lagi—seluruhnya sembilan miliar orang lebih.

Namun, pertumbuhan penduduk yang pesat bukan satu-satunya penyebab kita perlu makanan lebih banyak kelak. Penyebarluasan kemakmuran di seluruh dunia, terutama di Tiongkok dan India, mendorong kenaikan permintaan daging, telur, dan produk susu. Hal ini memperbesar tekanan untuk menanam lebih banyak jagung dan kedelai guna memberi makan lebih banyak ternak, babi, dan ayam. Begitu kurang lebih Jonathan Foley menulis.

Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), sekitar 30 persen lahan di dunia dianggap terdegradasai—terkikis atau kehilangan nutrisinya karena pengelolaan lahan yang buruk dan dengan cepat kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan makanan yang cukup.

Sementara itu, perubahan iklim—yang sebagian didorong oleh gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pertanian—memperparah kerusakan tanah dan membuat sistem pertanian global semakin rapuh. Faktanya, National Academy of Sciences (NAS) memperkirakan bahwa jika suhu rata-rata global naik hanya 2 derajat Fahrenheit, hasil panen jagung akan turun sebesar 7,4 persen. Secara global, pertanian berada pada jalur yang tidak berkelanjutan dan kini memiliki jejak ekologis yang tinggi.

Kembali pada masalah lain petani jagung di Tuban. Ini soal pupuk bersubsidi. Tahun lalu, dan tahun-tahun sebelumnya, petani jagung di Tuban selalu kesulitan mendapat pupuk bersubsidi. Fenomena pupuk langka memang masalah klasik pertanian di Tuban. Sedangkan para petani sudah kadung kecanduan pupuk kimia.

Pertanian di Tuban selalu terjadi pengulangan siklus tanam untuk meningkatkan produksi tanaman dan mengurangi gagal panen, yang menguras nutrisi tanah. Demikian pula, karena tidak ada pengembalian sisa tanaman dan bahan organik ke tanah, sistem tanam intensif mengakibatkan hilangnya bahan organik tanah. Untuk memenuhi kebutuhan benih jenis baru, petani menggunakan pupuk yang semakin banyak saat kualitas tanah memburuk.

“Sekarang, pupuk bersubdisi didistribusikan pemerintah desa dengan paket pupuk non subsidi. Misal pupuk subsidinya satu, pupuk non subsidinya dua,” terang Tari. Itu soal pupuk, belum lagi masalah alam yang berubah, anjloknya harga jagung saat panen, dan ihwal lain yang cukup mengkhawatirkan dan mengganggu produksi jagung di Tuban.

Jagung, yang nenek moyangnya tumbuh liar di lereng bukit Meksiko, tepatnya di lembah Sungai Balsas di Meksiko Selatan itu, adalah emas dalam bentuk lain bagi masyarakat Tuban, khususnya Desa Gaji, Kecamatan Kerek. Jagung merupakan nadi kehidupan masyarakat. Berkat ia mereka bisa sekolah, membangun, dan bertahan hidup. Namun, jika kondisinya terus demikian, rasanya tak berlebihan untuk mengatakan bahwa nasib petani jagung di Tuban sedang menghadapi ancaman serius. Menurunnya produksi jagung dapat memengaruhi kesetabilan pangan nasional—bahkan dunia.[T]

Reporter/Penulis: Jaswanto
Editor: Adnyana Ole

Jagung Bakar
Olahan Tepung Ikan, Tepung Kedelai atau Jagung, Dedak dan Tepung Tapioca untuk Pakan Lele
Seraya Popcorn, Usaha Kreatif Agus Tripayana Membangkitkan Jagung Desa Seraya

Tags: Jawa TimurKabupaten Tubanpertanianpertanian jagungTuban
Previous Post

Tentang Menjadi Guru Besar

Next Post

Cegah Munculnya Masalah Gizi Sejak Dini

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Cegah Munculnya Masalah Gizi Sejak Dini

Cegah Munculnya Masalah Gizi Sejak Dini

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

by Hartanto
May 15, 2025
0
‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

SELANJUTNYA, adalah lukisan “Dunia Ikan”karya Made Gunawan, dengan penggayaan ekspresionisme figurative menarik untuk dinikmati. Ia, menggabungkan teknik seni rupa tradisi...

Read more

Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

by Gede Maha Putra
May 15, 2025
0
Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

SIANG terik, sembari menunggu anak yang sedang latihan menari tradisional untuk pentas sekolahnya, saya mampir di Graha Yowana Suci. Ini...

Read more

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co