SENIN, 25 November 2024, penulis menerima sebuah buku dari kepala sekolah, SMKN 1 Manggis, Bapak I Nyoman Wage, S.Pd., M.Pd. yang diserahkan di hadapan dewan guru, komite, dan peserta didik. Ada rasa bangga dan bersyukur karena di usia PGRI ke-79 dan Hari Guru Nasional 2024 ada satuan Pendidikan yang giat menggemakan literasi di satuan pendidikannya. Perayaan HUT PGRI dan HGN 2024 memberi warna tersendiri dalam dunia pendidikan. SMKN 1 Manggis terus berupaya meningkatkan literasi di satuan pendidikannya.
Buku ini juga memiliki kekhasan karena terjadi kolaborasi antarguru dan peserta didik dalam satu kumpulan Lagu dari Senja yang dicetak dan diterbitkan oleh Klik Media, Lumajang, Jawa Timur., 2024.
Pertanyaan muncul saat membaca kumpulan puisi ini. Mengapa kumpulan puisi ini diberi judul Lagu dari Senja? Jika ditilik dari kata senja bisa menyiratkan ketuaan, harapan akan masa depan yang disiapkan sedari awal, bisa juga dimaknai hidup dan kehidupan akan berakhir pada senja. Judulnya memang indah seindah manusia menyiapkan senjanya.
Kumpulan ini dibuka dengan puisi Senja Menghanyutkan karya Putu Ayu Naomi Sella. Puisi ini melukiskan suasana hati yang lagi gundah dengan harapan ada tempat berlabuh, makanya si aku lirik menuliskan seperti ini:
Di ujung langit, senja berlabuh/ Menyapaku dengan jingga yang teduh/ Hari berlalu dalam diam/ Meninggalkan jejak kenangan yang kelam// Langit perlahan memudar kelam/ Bersama sang angin yang berlalu pelan/ Waktu pergi tanpa kata/ Meninggalkan rindu yang tiada reda// Di ujung hari, kutemukan sepi/ Mengenang langkah yang pergi/ Namun senja selalu kembali/ Menyinari hati yang sunyi//
Puisi ini kaya dengan metafora dan majas personifikasi hingga menjadi sebuah puisi yang kuat dari diksinya, meskipun bentuknya masih konvensional dengan rima akhir aabb/aabb/aaaa/ Diksi yang dibangun memberi ruang kontemplasi bagi pembaca untuk memahami senja yang diharapkan bisa menyinari hati yang sunyi.
Kehidupan itu penuh misteri. Manusia hanya bisa berharap agar kehidupan menjadi lebih baik. Rasa bersyukur patutlah dipanjatkan karena masih bisa mengisi ruang waktu kehidupan. Pradnya dalam puisi Kita Tidak Abadi mengugkapkan bahwa hanya waktu yang kekal dan manusia bagai dedaunan yang ada batas waktunya, ia akan luruh menunggu waktunya.
Puisi ini mengingatkan manusia yang tidak boleh jumawa dalam menjalani kehidupan yang pada akhirnya akan kembali pada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Suci:
Yang kekal adalah waktu/Takdir sang penenun kisah/ di dalam kanvas abadi, yang dihiasi jejak langkah/Melukiskan kisah,tentang datang dan pergi/ meninggalkan jejak di samudera pasir waktu// Manusia, seperti dedaunan yang gugur/ menari Bersama angin lalu terjatuh/ Dalam sekejap raib, menjad abu yang terbang ke langit/ menari-nai dalam cahaya senja/ menyatu dengan pencipta// Perpisahan adalah teman sejati, menyapa setiap jiwa yang lemah/Kesempurnaan adalah fana, hidup hanya sementara/ Suatu hari kita akan sama, lahir dan hilang/Yang tersisa hanyalah kenangan lama-lama terkikis oleh waktu dan zaman//
Jalan kehidupan manusia dengan nada yang sama juga diuangkapkan oleh Ni Putu Desny Yanti dalam puisi Musim Berubah. Kehidupan tidak akan abadi. Manusia perlu menyadari makna kehidupan dan mengisinya dengan cinta dan kasih sayang:
Daun-daun gugur,tanda musim berganti/ Senyum mentari, menyapa pagi baru/ Dalam setiap angin, kisah terpendam/ Tentang cinta yang tak lekang oleh waktu// Rembulan tersenyum di ujung malam/ Membawa harapan dalam peluknya/ Kita berjalan di jalan yang berliku/ Menemukan arti di antara bintang// Setiap musim, kita bertumbuh/ Merangkul perubahan dengan lapang/ Seperti bunga yang mekar di kala hujan/ Kita hidup, meski dalam ketidakpastian//
Kumpulan puisi Lagu dari Senja melukiskan kehidupan dengan beragam warna. Kehidupan mesti dijalani dengan segala tantangan dan harapan. Cinta, kasih sayang perlu terus ditumbuhkan. Manusia perlu menyadari kehidupan yang fana dan mengisinya dengan ketulusan hati nurani. Kumpulan puisi ini memperkaya literasi di dunia pendidikan khususnya di SMKN 1 Manggis, Karangasem. {T]
BACA tulisan lain dari penulis IBW WIDIASA KENITEN