PENDIDIKAN pertanian adalah pondasi yang tidak boleh dilupakan dalam perjalanan pembangunan Bali. Di tengah gemerlap sektor pariwisata, pendidikan pertanian yang relevan dan inovatif dapat menjadi solusi untuk menciptakan harmoni antara manusia, alam, dan budaya. Sinergi antara pendidikan pertanian dan pariwisata melalui kurikulum berbasis agrowisata adalah langkah maju yang harus segera diwujudkan.
Sebagai pulau yang kerap disebut sebagai surga dunia, Bali dikenal dengan keindahan alamnya yang menawan dan kekayaan budaya yang memikat. Untuk itu, ada dua sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat Bali yakni pertanian dan pariwisata. Namun, di tengah gencarnya pembangunan sektor pariwisata, sektor pertanian justru semakin terpinggirkan. Banyak anak muda yang enggan melanjutkan tradisi bertani karena dianggap tidak menguntungkan. Pendidikan pertanian pun tidak lagi menjadi prioritas sejak beberapa dekade silam.
Pariwisata Bali, khususnya yang berbasis kuliner dan pengalaman lokal, sangat membutuhkan hasil pertanian yang berkualitas. Ironisnya, pemenuhan kebutuhan tersebut banyak didatangkan dari luar Bali. Sebenarnya, sinergi antara pertanian dan pariwisata sebenarnya merupakan peluang besar untuk memajukan kedua sektor ini secara bersamaan. Untuk itu, seyogianya semua pihak perlu mengeksplorasi pentingnya menghidupkan kembali pendidikan pertanian melalui kurikulum yang relevan dengan konsep agrowisata, organik, dan keberlanjutan lingkungan demi masa depan Bali yang lebih baik.
Pariwisata sebagai Katalis untuk Pertanian
Di sisi lain, sektor pariwisata di Bali terus berkembang pesat. Wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, kini lebih tertarik pada pengalaman unik yang menawarkan kedekatan dengan alam dan budaya lokal. Agrowisata menjadi salah satu tren baru yang sangat potensial, di mana wisatawan dapat merasakan langsung aktivitas pertanian seperti menanam padi, memetik buah, atau belajar membuat produk organik.
Siswa PKL di Apurva kempinsky Bali | Dok. SMKN 1 Petang
Selain itu, industri Horeka (hotel, restoran, kafe) di Bali sangat membutuhkan pasokan bahan pangan segar, berkualitas, dan organik. Banyak hotel berbintang dan restoran mewah kini mulai mengutamakan konsep farm-to-table, yang artinya bahan pangan yang mereka gunakan berasal langsung dari petani lokal. Hubungan antara pertanian lokal dan pariwisata tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga ekologis, karena keduanya dapat saling mendukung untuk keberlanjutan Bali di masa depan.
Kurikulum Agrowisata dan Pertanian Berkelanjutan
Salah satu langkah strategis untuk mengatasi tantangan di atas adalah melalui pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan konsep agrowisata, pertanian organik, dan keberlanjutan. Pertama, melalui program agrowisata, siswa diajarkan untuk mengelola kebun wisata, mulai dari desain hingga pengelolaan operasional. Mereka juga dilatih menjadi pemandu wisata, menjelaskan proses bertani kepada wisatawan, dan mempromosikan produk hasil kebun mereka. Kedua, pertanian organik, siswa diperkenalkan tentang teknik pertanian organik, seperti penggunaan pupuk alami, pengelolaan hama dengan pestisida nabati, dan rotasi tanaman untuk menjaga kesuburan tanah. Di sini ditekankan agar siswa semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan lingkungan. Ketiga, pertanian berkelanjutan, yang mengajarkan siswa untuk memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana, mengelola limbah hasil pertanian, dan memastikan bahwa praktik mereka mendukung keberlanjutan ekosistem.
Untuk memastikan implementasi kurikulum ini berjalan dengan baik, diperlukan kolaborasi antara sekolah, pelaku industri pariwisata, dan pemerintah. Praktik lapangan juga dapat dilakukan di kawasan agrowisata terdekat atau lahan sekolah yang dikelola secara profesional.
Keunggulan Kurikulum Baru untuk Bali
Siswa PKL di PT Natural pangan Indonesia (Nature Cakes) | Dok. SMKN 1 Petang
Kurikulum berbasis agrowisata dan pertanian berkelanjutan memiliki banyak keunggulan. Pertama, kurikulum ini mampu menjawab kebutuhan pasar lokal dan internasional akan produk-produk organik dan layanan berbasis pengalaman. Kedua, lulusan SMK bidang agribisnis dapat lebih mudah mendapatkan pekerjaan, baik di sektor pariwisata maupun di sektor agribisnis modern. Ketiga, kurikulum ini berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan budaya Bali yang selama ini menjadi daya tarik utama pariwisata.
Contoh Implementasi di SMK
Sebagai salah satu contoh, SMKN 1 Petang, Badung, Bali telah mulai mengintegrasikan konsep agrowisata dalam kegiatan belajar mengajarnya. Siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga terlibat langsung dalam pengelolaan kebun wisata, penyajian makanan hasil pertanian di food court sekolah, serta menjadi pemandu untuk wisata edukasi.
Siswa Pemandu Wisata di PT. Bagus Agro Plaga | Dok.SMKN 1 Petang
Khusus untuk program pemandu wisata edukasi, SMKN 1 Petang telah bekerja sama dengan PT Bagus Agro Plaga, Pelaga Eco Park, De Sila’s, Bali Beans dan Strawberry Stop. Program ini tidak hanya meningkatkan keterampilan siswa, tetapi juga mendatangkan manfaat lebih bagi sekolah dan masyarakat sekitar.
Memperkenalkan Pertanian di Semua Jenjang Pendidikan
Untuk mempercepat keberhasilan bidang pangan dan pertanian berkelanjutan, pendidikan pertanian tidak seharusnya terbatas pada SMK bidang agribisnis semata. Untuk membangun generasi yang peduli terhadap sektor pertanian, pengenalan dasar tentang pertanian idealnya dimulai sejak dini. Mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA dapat menyisipkan muatan pendidikan pertanian sebagai bagian dari pelajaran tematik atau kegiatan ekstrakurikuler.
Anak-anak dapat diperkenalkan pada berbagai jenis tanaman, mulai dari tanaman hias yang mendukung estetika lingkungan hingga tanaman produksi seperti sayuran dan buah-buahan. Mereka juga bisa diajak memahami teknologi pertanian semi modern yang ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik, metode hidroponik, dan sistem irigasi sederhana. Pengalaman praktis seperti menanam, merawat, dan memanen tanaman di lahan kecil sekolah dapat memberikan pemahaman langsung tentang pentingnya sektor ini dalam kehidupan sehari-hari.
Pengenalan ini tidak hanya menanamkan nilai kecintaan terhadap alam, tetapi juga membangun rasa hormat pada petani sebagai tulang punggung ketahanan pangan bangsa. Dalam jangka panjang, pendekatan ini bisa menjadi strategi efektif untuk memupuk minat anak terhadap bidang agribisnis sehingga saat mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, sektor pertanian tidak lagi dianggap sebagai pilihan karir yang tidak menarik.
Selain itu, dengan memasukkan konsep pertanian sejak dini, generasi muda juga dapat lebih memahami hubungan antara pertanian dan kebutuhan global, termasuk pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan. Siswa yang memiliki dasar pendidikan pertanian akan lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi, seperti penerapan IoT (Internet of Things) dalam sistem pertanian cerdas, atau inovasi agribisnis berbasis digital.
Langkah integrasi pendidikan pertanian ini akan semakin kuat jika didukung oleh kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sekolah dapat menyusun program kegiatan, seperti hari menanam bersama di sekolah. Selanjutnya pemerintah daerah dapat menyediakan fasilitas kebun edukasi di setiap wilayah. Dengan begitu, kesadaran akan pentingnya pertanian dapat menjadi bagian dari budaya belajar yang berkelanjutan di seluruh satuan pendidikan. [T]