24 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Memaknai Foto sebagai Narasi Identitas, Sosial, dan Budaya

Petrus Imam Prawoto JatibyPetrus Imam Prawoto Jati
December 2, 2024
inEsai
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

Petrus Imam Prawoto Jati

BERFOTO, difoto, dan memfoto kini merupakan pemandangan yang lumrah dan jamak di sekitar kita. Ada berita orang terjungkal sampai celaka di tempat wisata karena melakukan selfie tapi kurang hati-hati, anak hilang di tempat umum karena orang tuanya sibuk selfie, di rumah makan mewah sampai warung tenda, orang bukannya berdoa sebelum makan, malah justru sibuk memfoto makanannya.

Biasanya semua itu buat diunggah ke medsos atau status.  Apapun itu momennya semua buru-buru difoto.Memang dewasa ini foto bukan lagi sekadar seni atau alat dokumentasi, ia kini telah menjadi bahasa global. Dengan foto, kita bisa menyampaikan pesan tanpa perlu berbicara, berbagi emosi tanpa perlu tunjuk muka langsung untuk berekspresi, dan menyebarkan informasi secepat kilat tanpa perlu menulis panjang lebar.

Media sosial telah menjadikan foto sebagai bentuk komunikasi utama, dari unggahan Instagram hingga status WhatsApp yang penuh dengan visual instan. Foto telah menjadi “bahasa” sehari-hari bagi masyarakat lintas generasi dan kalangan. Di era kini, ketika kamera ponsel dan aplikasi pengolah gambar menjadi aksesori wajib, bertukar pesan lewat foto kini menjadi budaya.

Foto, di satu sisi, kita sadari merupakan cermin dari kehidupan kita. Namun, di sisi lain, ia juga bisa menjadi jendela yang menunjukkan bagaimana kita sedang dikendalikan oleh narasi besar budaya digital. Ludwig Wittgenstein, seorang filsuf yang menyoroti soal bahasa dan logika, pernah mengatakan bahwa bahasa membentuk cara berpikir manusia. Dalam konteks ini, penulis melihat foto adalah “bahasa” yang membentuk cara kita melihat dunia.

Saat kita memproduksi foto dan mengkonsumsi foto, seringkali hal itu kita lakukan sebagai suatu sarana hiburan. Tapi, apakah foto memang hanya sebatas sarana hiburan ataukah ada narasi yang lebih dalam yang terbentuk di balik jutaan jepretan itu?

Ketika kita mengunggah gambar secangkir kopi pagi, perjalanan liburan, atau bahkan suatu momen ibadah, apakah itu murni ekspresi diri atau justru hasil dari struktur sosial yang membentuk cara kita berpikir dan berperilaku? Pierre Bourdieu, seorang filsuf dan sosiolog ternama, mengingatkan kita bahwa apa yang sudah kita anggap sebagai “selera pribadi” seringkali merupakan hasil dari struktur sosial dan budaya yang kita internalisasi tanpa sadar. Jika kita refleksikan ke diri kita dalam era digital ini, bolehlah kita curiga, jangan-jangan habitus ini kini diatur oleh algoritma dan tren media sosial?

Seberapa Jujur Foto sebagai Representasi Realitas?

Foto sering dianggap sebagai representasi realitas yang murni dan obyektif. Sebagai medium visual, foto dianggap memiliki kredibilitas tinggi dalam merepresentasikan realitas. Memang secara logika tidak ada yang lebih meyakinkan daripada gambar nyata. Namun, di era digital, kenyataannya lebih kompleks dan tidaklah sesederhana itu, karena realitas itu sendiri sering kali direkayasa.

Saat kita mengambil gambar, kita memilih sudut pandang, pencahayaan, dan objek tertentu. Lalu, aplikasi pengeditan mengambil alih dengan ganas, memoles warna dan menambah filter, menjadikan realitas lebih “indah” atau “berarti” daripada aslinya. Efek filter, sudut pengambilan gambar, hingga pencahayaan yang dramatis membuat foto lebih mirip narasi yang disengaja daripada suatu representasi yang jujur.

Di media sosial, foto-foto ini diunggah dengan mengandalkan kredibilitasnya sebagai suatu realita karena sifat visualnya. Tetapi saat ini konstruksi realitas di media sosial seakan-akan menuntut suatu standar yang telah disepakati bersama. Ada semacam keseragaman atau homogenitas dalam konstruksi makna dalam produksi foto-foto yang diunggah.

 Selera visual seperti tren warna pastel, gaya minimalis, atau framing tertentu telah menjadi norma dan mendominasi platform seperti Instagram. Hal ini menciptakan homogenitas yang mengkhawatirkan. Dalam istilah Lyotard, kita sedang terjebak dalam “narasi besar” yang menghapus keragaman lokal atau petit récits yang lebih autentik.

Akibatnya, foto-foto kita mulai kehilangan otentisitas dan menjadi bagian dari siklus reproduksi tanpa akhir. Apa yang kita anggap bagus bukan lagi soal selera pribadi, tetapi hasil dari struktur sosial yang mengarahkan produksi dan konsumsi visual kita.

Stuart Hall, melalui teori representasinya, menyoroti bahwa makna sebuah pesan tidak pernah bersifat mutlak. Makna itu dibentuk oleh interaksi antara pembuat foto, visual yang dihasilkan, dan interpretasi penontonnya. Maka, apa yang kita lihat di media sosial tidak sekadar estetika, melainkan simbol budaya yang terus berubah.

Kita kemudian mulai memotret makanan yang sebenarnya tidak kita nikmati, latar belakang yang hanya ingin kita pamerkan, atau bahkan momen kebersamaan yang sebenarnya kosong dari makna. Apakah ini cerminan realitas, atau kita sedang membiarkan diri direduksi menjadi sekadar aktor dalam panggung budaya digital?

Foto sebagai Narasi Sosial: Antara Identitas dan Manipulasi

Foto di media sosial tidak hanya menceritakan kisah individu, tetapi juga menjadi narasi kolektif masyarakat. Identitas budaya dan sosial kita, kini semakin dipengaruhi oleh bagaimana kita mempresentasikan diri di dunia digital.

 Foto-foto di Instagram atau status WhatsApp bukan hanya dokumentasi, tetapi juga ruang bagi perubahan identitas, dialog antarbudaya, dan bahkan ketegangan dalam masyarakat multikultural. Tetapi apakah narasi ini benar-benar “otentik kita,” atau sekadar hasil manipulasi teknologi dan tekanan sosial?

Homi K. Bhabha mengingatkan bahwa setiap narasi budaya mengandung proses identifikasi dan negosiasi. Dalam konteks ini, foto tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga arena di mana identitas sosial, budaya, dan bahkan personal terus dipertarungkan. Ketika seseorang memposting foto di Instagram, apakah mereka benar-benar menunjukkan diri mereka, atau justru sedang membangun identitas yang diinginkan oleh masyarakat digital?

 Kembali pada Jean-François Lyotard memberikan kritik tajam terhadap narasi besar yang mencoba menyeragamkan cara kita melihat dunia. Ia menganjurkan agar kita lebih fokus pada narasi lokal yang beragam dan kaya. Di dunia fotografi, ini berarti memberi ruang bagi keunikan cerita-cerita personal, bukan hanya mengikuti tren visual yang sedang viral.

Renungan: Foto dan Makna dalam Budaya Modern

Makna dalam sebuah foto muncul dari hubungan antara visual itu sendiri, konteks pembuatannya, dan cara orang menafsirkannya. Sebenarnya ada keunikan dalam sebuah foto. Tetapi di tengah derasnya arus foto-foto digital, apakah kita masih bisa melihat keunikan itu?

Ketika kita mengambil foto dan membagikannya di media sosial, ada pertanyaan penting yang perlu direnungkan: Apakah ini ekspresi diri, atau hanya respon otomatis terhadap budaya digital? Bisa jadi kita seolah merasa sedang menciptakan dan membagikan suatu narasi baru yang segar, namun sebenarnya malah meneguhkan narasi lama, yang membatasi cara kita memaknai dunia sekitar kita.

 Sebagai penutup, mari kita kembali pada Albert Camus, yang menyebut hidup sebagai absurditas di mana manusia sesungguhnya membutuhkan makna. Dalam dunia yang dibanjiri gambar, mungkin tugas kita bukan hanya untuk memotret, tetapi juga untuk bertanya: makna apa yang sebenarnya kita telah, sedang dan hendak kita ciptakan?

Apakah kita hanya terjebak dalam ilusi visual, ataukah kita mampu menjadikan foto untuk menciptakan narasi baru yang lebih inklusif, jujur, dan bermakna? Jadi, selamat berfoto dan berselfie ria. Semoga hari Anda menyenangkan. [T]

BACA artikel lain dari penulis PETRUS IMAM PRAWOTO JATI

Candu Media Sosial dan Kesehatan Mental
Merandai Cakrawala Sinema: Membangun Karakter Generasi Milenial hingga Alpha
ASMR: Hiburan, Manipulasi, dan Refleksi atas Kehidupan Modern
Transformasi Radio: Menolak Mati dalam Gelombang Digitalisasi
Media Sosial : Arena Perlawanan Rakyat Indonesia
Tags: fotofotografiLiterasimedia sosial
Previous Post

Desa Sanding Berdayakan Loloh Daun Piduh untuk Kuatkan Ekosistem Budaya di Desa Kawasan Warisan Dunia Subak

Next Post

Bali Widya Kahuripan: Institut Seni Indonesia Denpasar “Merajut” Nusantara | Catatan dari Lampung Selatan

Petrus Imam Prawoto Jati

Petrus Imam Prawoto Jati

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah

Next Post
Bali Widya Kahuripan: Institut Seni Indonesia Denpasar “Merajut” Nusantara | Catatan dari Lampung Selatan

Bali Widya Kahuripan: Institut Seni Indonesia Denpasar “Merajut” Nusantara | Catatan dari Lampung Selatan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Storynomics Tourism”: Tutur Cerita dalam Wisata

by Chusmeru
May 24, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

BANYAK pertimbangan wisatawan berkunjung ke satu destinasi wisata. Selain potensi alam dan budayanya, daya tarik destinasi wisata terletak pada kelengkapan...

Read more

Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

by Stebby Julionatan
May 23, 2025
0
Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

DALAM dunia pendidikan, kemampuan berbicara bukan hanya tentang menyampaikan kata-kata, melainkan juga menyangkut kepercayaan diri, daya pikir kritis, dan keterampilan...

Read more

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia
Tualang

Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia

PERTENGAHAN April 2025 lalu untuk pertama kalinya saya mendarat di Formosa, nama lain dari Taiwan. Selasa (15/04/25), Bandara Taoyuan menyambut...

by Arif Wibowo
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co