30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Daya Juang Siswa Belajar Bermakna di Luar Kelas : [Refleksi Metoda Belajar di Negeri Sakura]

Luh Putu SendrataribyLuh Putu Sendratari
November 14, 2024
inTualang
Daya Juang Siswa Belajar Bermakna di Luar Kelas : [Refleksi Metoda Belajar di Negeri Sakura]

Melajah Sambilang Megae ala Jepang Tampak di Kastil Osaka | Foto: Sendratari, Nopember 2024

MENYOROTI persoalan di dunia pendidikan tidak akan pernah ada habisnya. Mungkin ini disebabkan karena adanya harapan yang besar dengan aksioma pendidikan adalah wahana pembentukan kualitas sumberdaya manusia, sehingga harapan tentangnya tidak pernah surut dari masa ke masa.

Demikian besarnya imajinasi tentang pendidikan, tidak mengherankan isu-isu di seputar pendidikan, baik yang bersinggungan dengan persoalan struktural maupun instrumental pendidikan akan mudah viral. Misalnya, adanya pergantian struktur di Kementerian, para pemburu berita akan mengorek keterangan tentang harapan para guru tentang sosok menterinya yang baru.

Guru pun seolah-olah merasa terwadahi aspirasinya tatkala didatangi para wartawan. Alhasil, segala uneg-uneg guru yang kebetulan didatangi keluar berupa keluhan beban adiministrasi, ketentuan tidak boleh tidak meluluskan murid, gap kesempatan pelatihan antar guru, gap kemampuan teknologi antara guru yang muda dengan seniornya.

Ujung-ujungnya mereka menilai proses dan hasil pembelajaran menjadi tidak maksimal. Dalam dinamika perubahan pro dan kontra atasnya senantiasa mengiringi suatu gagasan. Inilah yang umumnya dijadikan landasan untuk melakukan evaluasi atas gagasan yang lama menuju gagasan baru.

Demikian pula yang terjadi atas perubahan kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa babakan perubahan kurikulum. Sejarah mencatat perubahan kurikulum yang terjadi telah dimulai dari kurikulum 1947 sampai kurikulum 2022/2023 dan 2023/2024 yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Merdeka.

Di saat Kurikulum Merdeka telah berjalan, terjadi pergantian menteri dan bergulir pula gagasan kurikulum baru. Kurikulum baru yang digagas yaitu kurikulum ful-ful yang mulai ramai dibicarakan. Sebenarnya konsep kurikulum ini berfokus pada tiga filar utama yakni, mindfull learning; meaningfull learning; dan joyfull learning.

Harapannya, rancangan ketiga pilar ini akan tercipta situasi belajar mengajar yang interaktif dan menyenangkan. Ini bukanlah gagasan baru, sebagai istilah bisa jadi ya, namun tidak demikian halnya jika dilihat dari ide dasarnya. Misalnya, dalam kultur budaya Bali tentang strategi pembelajaran secara tradisional dikenal strategi : “Melajah sambilang Megending; Melajah sambilang Megae; Melajah sambilang Mesatua; Melajah sambilang Melali”.

Dikenalnya model pendidikan pasraman melalui gagasan Mpu Kuturan yang tiba di pada tahun 1001 Masehi (Saka 923) sebenarnya dijiwai dengan ke empat strategi tersebut mengingat pendidikan model pasraman akan menyasar pada tujuan membekali para sisya bukan hanya kemampuan intelektual, namun pembentukan karakter dan keterampilan.

Hal ikhwal menyoal tentang gagasan filar utama pendidikan yang digulirkan melalui menteri Pendidikan Dasar dan Menengah – Prof. Abdul Mu’ti tidaklah jauh dari strategi pendidikan yang sama-sama berorientasi atas pentingnya memberikan pengalaman yang luas kepada para siswa.

Prinsip dasar keempat strategi tersebut adalah pembelajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga pembelajaran aktif, kreatif dan produktif dengan sendirinya akan melekat dalam strategi tersebut. Tentunya juga strategi tersebut akan memberikan pengalaman yang padat kepada para siswa selama proses belajar berlangsung.

Experiential learning (Pembelajaran Berbasis Pengalaman) dalam implementasinya haruslah memperhitungkan beberapa aspek mendasar yakni memperhitungkan proses dalam belajar; berkelanjutan; adanya relasi siswa dengan lingkungan; adanya proses penciptaan pengetahuan sebagai hasil pengetahuan sosial dan pengatahuan pribadi.

Menurut Athurrohman (2015: 130) menyatakan “Experiental learning itu sendiri berisi tiga aspek, yaitu pengetahuan (konsep, fakta dan informasi), aktivitas (penerapan dalam kegiatan), dan refleksi (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu). Ketiganya merupakan kontribusi penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran”

Wajah pendidikan Indonesia yang akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa menimba pengetahuan dengan konsentrasi yang sungguh dan menemukan pembelajaran yang bermakna melalui situasi belajar  menyenangkan salah satunya dapat dilakukan melalui ke empat strategi pembelajaran (belajar sembari bernyanyi, bercerita, bekerja dan piknik).

Ibarat paket lengkap, keempatnya akan memberikan pengalaman yang jauh lebih luas untuk sampai kepada tujuan pembelajaran bermakna. Menciptakan kondisi belajar bermakna memang pelibat harus mengalami secara langsung objek yang sedang dipelajari. Diawali dengan merumuskan tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk memastikan kompetensi apa yang akan dilatihkan kepada peserta didik/siswa, dilanjutkan dengan penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Tujuan pembelajaran menjadi point utama yang menjadi titik orientasi, karena semua orang pasti sangat paham bahwa kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang terencana. Dilanjutkan dengan langkah perencanaan yang harus betul-betul memperhitungkan dukungan regulasi sekolah, kemampuan peserta didik, keterjangkuan dan keamanan.

Pelaksanaan pun memerlukan komitmen dan kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua. Pelibatan orang tua dalam pelaksanaan pembelajaran yang bermakna sangatlah penting, dalam artian orang tua tetap berposisi sebagai poros sentral secara psikososial atas keberadaan anak-anak mereka di dunia sekolah.

Demikian pula pada tahap evaluasi yang akan memastikan tingkat keberhasilan atas tujuan pembelajaran yang direncanakan. Hal penting yang harus diperhatikan dalam tahap evaluasi dalam konteks pembelajaran bermakna adalah aspek penilaian proses dari suatu aktivitas.

Cara klasik dalam evaluasi yang masih dilakukan sampai saat ini dalam pembelajaran lebih pada evaluasi hasil yang dilakukan dengan cara memberikan tes tulis maupun lisan, dilanjutkan dengan pemberian nilai – selesai sudah. Pembelajaran yang bermakna kiranya sangat jauh dari cara semacam ini. Untuk mendapatkan nilai yang objektif dalam penilaian terhadap peserta didik, penilaian proses menjadi komponen yang tidak bisa diabaikan karena yang terjaring bukan hanya sisi kognitif yang dimiliki peserta didik, namun sekaligus akan dapat menyentuh sisi afektif dan psikomotoriknya. Maka dari itu, seorang guru tatkala melakukan penilaian perlu juga dibekali kemampuan kualitatif.

Seiring bergulirnya gagasan kurikulum ful-ful yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan di negeri ini, tanpa sengaja penulis menyaksikan pemandangan metode belajar siswa Sekolah dasar di Kastil Osaka yang berjarak dua kilometer dari pusat kota Osaka. Menara Kastil yang berdiri megah menjadi benteng bersejarah masyarakat Jepang yang dibangun tahun 1583 oleh Toyotomi Hideyoshi, kini telah menjadi ikon kota Osaka.

Penataan lingkungan yang rapi, dibarengi dengan padatnya pepohonan di sana sininya, fasilitas transportasi yang nyaman dari parkiran ke pusat kastil menjadikannya sebagai pilihan wisata kota yang menarik. Keunggulan yang ditawarkan sebagai objek wisata kota adalah pengunjung dapat melihat pemandangan kota Osaka dari lantai 8.

Agar bisa mendapatkan kesempatan tersebut, pengunjung harus rela antre cukup lama untuk menunggu pengunjung yang turun dari lantai 8. Fasilitas rehat berupa cafe yang nyaman dan modern ada di dekat kastil pun menjadi pertanda bahwa tempat ini menawarkan gaya hidup high class bagi pengunjung.

Bukan hanya itu, keberadaan kastil yang dikelilingi parit ditawarkan untuk wisata mengililingi parit. Belum lagi di sekeliling kastil dipadati pohon sakura yang bermekaran pada saat bulan Maret hingga bula Mei bagi kebanyakan orang akan menambah eksotiknya Kastil Osaka.

Daya tarik di Kastil Osaka sebagai objek wisata kota dan dijadikan sport photo bisa jadi telah menghasilkan jutaan foto yang di simpan oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia. Namun, tidak berhenti sampai di situ, wisata kota di Jepang masuk pula sebagai program pembelajaran sekolah formal. Pada hari aktif sekolah, tidak jarang akan dijumpai serombongan siswa beserta guru pendampingnya ikut serta memadati halaman kastil, sehingga menyisakan pemandangan unik lainnya.

Guru dan Murid datang ke Kastil Osaka untuk Belajar | Foto: Sendratari, Nopember 2024

Dalam konteks pembelajaran, pemandangan semacam ini bukanlah hal yang baru di negara kita – Indonesia. Hanya saja, pembelajaran di luar kelas yang memakai label karyawisata dengan beramai-ramai datang ke tempat wisata bahkan jauh sampai menyeberang pulau tampak lebih dominan wisatanya ketimbang karya yang dihasilkan dari suatu aktivitas berwisata. Pengutamaan wisata ketimbang menghasilkan karya sebenarnya sudah menyalahi hakekat karya wisata.

Belum lama ini, penulis berkunjung ke luar Bali dan bertemu dengan serombongan murid yang kebetulan kami menginap satu hotel. Pada saat tengah malam, beberapa kamar yang bersebelah dengan penulis terdengar gaduh. Rupanya, beberapa anak saling berkunjung ke beberapa kamar temannnya, saling bercanda dan ramai.

Pertanyaannya, mengapa karyawisata tampil dengan model semacam itu, ketidakjelasanan agenda kah atau eforia anak-anak saat kumpul dengan sesama temannya. Apa pun itu, dapat dikatakaan masih ada persoalan yang serius atas pilihan metoda belajar karyawisata.

Dalam kaitan ini, di tingkat perencanaan bukan hanya perlu kepastian tentang objek wisata namun tetap harus berorientasi dengan tujuan pembelajaran yang gayut dengan tuntutan kurikulum. Perencanaan yang kurang matang, tujuan yang tidak jelas, pengawasan yang kurang optimal akan membuka ruang atas penyimpangan atas pelaksanaan metode karyawisata.

Padahal Indonesia masih sangat banyak memiliki stok wisata perkotaan yang dapat dijadikan sumber belajar. Kelebihan wisata kota sebagai metode belajar di antaranya: 1) Dekat dengan keseharian siswa; dan 2) Terjangkau.

Umumnya, sumber belajar yang ada di sekitaran kota tergolong jarang dipilih untuk dijadikan media belajar. Faktor penyebabnya kemungkinan karena sering dilalui sehingga ada prakiraan sudah tidak ada lagi yang perlu dipelajari. Padahal, dalam konteks belajar, justru merawat kecurigaan terhadap hal yang terlihat biasa adalah pintu gerbang untuk mendalami pengetahuan.

Di samping itu, mendatangi objek belajar diseputaran kota akan mampu menciptakan sensasi lain dalam belajar, asalkan dilakukan dengan perencanaan matang oleh guru. Setidaknya, dalam perencanaan tersebut akan ada tujuan, prosedur pelaksanaan, jenis aktivitas, luaran dan evaluasi. Lokasi yang dipilih, tujuan belajar, dukungan regulasi pihak sekolah, pemilihan waktu, hasil yang akan dicapai merupakan aspek yang akan menentukan keberhasilan metode karya wisata.

Aktivitas yang dilakukan oleh para siswa di Kastil Osaka menunjukkan adanya persiapan yang matang, karena ditunjukkan dari aktivitas secara berkelompok yang dilakukan oleh siswa. Kehadiran kakak kelasnya menjadi pemandu. Dengan bekal peta dan suruhan yang harus dikerjakan, sang pemandu menjadi pengarah untuk para seniornya menyelesaikan tugas terdapat dari pedoman yang diberikan.

Pemandu mendampingi Adik Kelas dalam Menuntaskan Suruhan | Foto : Sendratari, Nopember 2024

Pola belajar kolaboratif antara senior – yunior diharapkan akan berujung pada penanaman makna tentang apa artinya belajar bersama-sama, saling menghargai satu sama lain. Dalam kaitan ini, masing-masing kelompok akan tumbuh jiwa kompetitif satu sama lainnya agar dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, dalam kerja kelompok diharpak tumbuh sikap pengendalian diri atau sikap saling mengendalikan ego.masing-masing.

Tentunya ini memerlukan daya juang dari masing-masing siswa untuk tetap ada di real panduang kegiatan. Ini bisa tercipta manakala ada kepercayaan guru-murid dan murid-murid satu sama lainnya. Setiap siswa akan dihadapkan pada tuntutan daya juang untuk memerangi kebosanan, kecurigaan sehingga setiap kelompok bisa solid dalam mencapai tujuan. Dari pihak guru pun punya kewajiban untuk dapat memberikan kepastian kepada siswa bahwa mengajak belajar keluar kelas akan memberikan “sesuatu” yang membuat mereka terdorong senang belajar.

Dalam kaitan ini seorang guru harus punya kesanggupan untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar yang dimiliki para siswa. Gaya belajar visual, auditori dan gaya belajar kinestetik harus bisa diramu untuk dapat mencapai tujuan pembejalaran di luar kelas secara maksimal.

Potret menarik lainnya saat siswa diajak belajar di Kastil Osaka adalah para siswa secara bergiliran diminta untuk menirukan gerakan yang tampak pada gambar yang ditunjukkan oleh guru dengan disaksikan oleh teman-temannya yang lain. Hal ini pun bisa dikatagorikan sebagai cara penanaman kognitif, afektif dan sekaligus psikomotorik siswa melalui cara menirukan/memperagakan sesuatu yang menjadi bagian dari tujuan pembelajaran.  

Melajah Sambilang Megae ala Jepang Tampak di Kastil Osaka | Foto: Sendratari, Nopember 2024

Filosofis melajah sambilang megae  (belajar sembari bekerja) merupakan filosofis belajar yang bisa di lakukan lintas negara, karena dimanapun aktivitas belajar itu dipraktikkan memang seharusnya memperhitungkan aspek motorik, kinestetik, maupun aktivitas otak.

Meniru sesuatu di depan orang banyak untuk tujuan pembelajaran perlu daya juang karena secara personal siswa dituntut (1) menunjukkan kemampuannya agar sanggup meniru suruhan gurunya; (2) memiliki mental yang bagus, karena disaat memperagakan suruhan dilihat langsung oleh teman-temannya; (3) memiliki pengetahuan awal tentang materi yang sedang dipelajari agar mendapatkan nilai maksimal. Ketiadaan atas ketiganya tersebut dapat saja menimbulkan kecemasan, sehingga perlu daya juang.

Hasil pengamatan di Kastil Osaka diperoleh adanya situasi pembelajaran bermakna yang memberikan pengalaman kepada siswa atas beberapa aspek, yakni : 1) Aspek pengetahuan, yang berkaitan dengan topik yang sedang dipelajari; 2) Aspek Sikap berupa toleransi antar anggota kelompok, kedisiplinan kelompok, ketekunan mengikuti suruhan dan petunjuk selama kegiatan pembelajaran; 3) Aspek keterampilan berkaitan dengan terampil mengerjakan tugas sesuai TOR yang ada di tangan masing-masing kelompok, terampil melaporkan secara lisan maupun terampil membaca peta yang dilengkapi gambar/simbol yang ada di tangan masing-masing kelompok.

Penggunaan media gambar bergerak maupun gambar diam dalam aktivitas belajar bukanlah hal yang baru. Misalnya riset yang dilakukan Indriani dan Trika (2024) tentang Pengembangan Cerita Anak dalam Bentuk Flipbook Interaktif untuk Penguatan Kemampuan Literasi Siswa Kls V SDN Les. Flipbook merupakan buku digital tiga dimensi yang bisa memuat teks, gambar, video, musik atau lagu dan animasi bergerak. Dilihat dari komponen dari buku digital dapat dijadikan media untuk meningkatkan literasi siswa.

Sesuai kebutuhan siswa cerita yang diperlukan adalah cerita berwarna, lucu, ending yang bahagia yang dibuat dengan cerita bergambar yang menarik. Dinamika belajar dalam penggunaan flipbook tampak pada kuis yang harus dikerjakan oleh siswa. Berbeda halnya dengan penggunaan gambar yang difungsikan bukan hanya untuk meningkatkan budaya baca, namun dijadikan medium untuk meningkatkan keterampilan kinestetik siswa, sehingga ada proses peniruan dari pesan yang ada dalam gambar melalui arahan dan pendampingan guru. Namun apapun media yang digunakan guru, sangatlah tergantung dari tujuan pembelajaran.

Pengamatan atas kegiatan belajar siswa di Kastil Osaka memiliki daya tarik tersendiri dalam konteks pembelajaran bermakna. Harus diakui, Indonesia pun tidak sulit menggiatkan model belajar di luar kelas untuk sebuah pembelajaran bernakna.

Setiap kota, desa memiliki potensi keunikan masing-masing yang mudah dijangkau untuk berlatih membangun kecerdasan siswa. Tinggal menjaga komitmen dan regulasi pihak sekolah. Jika ingin mewujudkan motto My Country is The Best masih banyak hal yang harus dilakukan oleh insan pendidikan, sehingga tidak hanya terus menerus dibayangi kekhawatiran pandangan ganti menteri, ganti kurikulum. [T]

BACA artikel lain dari penulis LUH PUTU SENDRATARI

Saat Muda Berkelana, Ketika Tua Bercerita: [Aksioma Gen Z di Negeri Sakura]
Tags: JepangKastil OsakaNegeri SakuraPendidikan
Previous Post

Diskusi Terpumpun “Tradisi Lisan dan Ritus”: Bahas Upaya Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali

Next Post

Ketika Olah Raga Tradisional dan Permainan Rakyat Anak-anak Kehilangan Ruang, Apa Upaya Kita?

Luh Putu Sendratari

Luh Putu Sendratari

Prof. Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum., guru besar bidang kajian budaya Undiksha Singaraja

Next Post
Ketika Olah Raga Tradisional dan Permainan Rakyat Anak-anak Kehilangan Ruang, Apa Upaya Kita?

Ketika Olah Raga Tradisional dan Permainan Rakyat Anak-anak Kehilangan Ruang, Apa Upaya Kita?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co