SIANG hari setelah pukul dua belas, Minggu, 10 November 2024, Rumah Belajar Komunitas Mahima di Jalan Pantai Indah Singaraja yang sekaligus sebagai markas redaksi tatkala.co, tampak ramai. Ada sejumlah anak-anak komunitas dan tim redaksi tatkala.co sedang ngobrol, ada juga yang sedang ngopi.
Empat mahasiswa dari Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI Bali) datang dari Denpasar, masuk ke rumah belajar itu, lalu, terjadilah obrolan saling-silang, kadang serius, dan lebih banyak santai. Suasananya rileks.
Empat mahasiswa itu terlihat mengenakan jas almamater kuning yang mencirikan kampus UPMI Bali. Mereka didampingi oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Dr. I Made Sujaya, S.S., M.Hum. dan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID), Gede Sidi Artajaya, S,Pd., M.Hum.
Empat mahasiswa itu, yakni I Komang Deni Arsa Permana, Ni Putu Vira Astri Agustini, Yohana Krisusanti Daiman, dan Agnes Enes. Para mahasiswa semester lima, Prodi PBID, FBS itu akan melaksanakan magang di tatkala.co selama tiga bulan, sedari November 2024 sampai Januari 2025.
Nah, Minggu, 10 November itu, adalah acara seremonial penyerahan mahasiswa UPMI kepada tatkala.co. Acara seremonialnya hanya sebentar saja, tapi acara diskusi santai dan penuh canda tentang jurnalistik dan penulisan kreatif berlangsung santai hingga sekitar tiga jam.
Apalagi, secara kebetulan di markas redaksi tatkala.co saat itu juga ada jurnalis dri media lain, seperti Yahya Umar (mantan wartawan Denpost yang kini mengelola media online balisharing.com), Dian Suryantini (wartawan Bali Express grup Jawa Pos) dan Kardian Narayana (wartawan Kompas TV)
Suasana di Rumah Belajar Komunitas Mahima saat itu menjadi begitu guyub. Pembicaraan dengan tema serius, seperti pers dan politik, pun menjadi begitu cair. Empat mahasiswa UPMI yang bakal magang di tatkala.co itu hanya bisa bengong-bengong mendengarkannya.
Mahasiswa UPMI itu akan magang menjadi jurnalis. Selama tiga bulan ke depan, mereka akan menjadi bagian dari Tatkala.co, tulisan mereka akan terpampang di beranda situs Tatkala.co bersama penulis-penulis lain.
“Kini, mereka dilepas agar bisa mengaplikasikan teori serta ilmu-ilmu yang telah dipelajari di kelas. Mereka akan dilatih menjadi wartawan profesional dan merasakan sensasi menjadi jurnalis yang sesungguhnya,” ucap Made Sujaya.
Made Adnyana Ole dan Kadek Sonia Piscayanti selaku founder Tatkala.co dan Mahima Institute menyambut baik kerja sama tersebut. Mereka juga berharap seterusnya kerja sama semacam ini bisa ditingkatkan lagi, serta senantiasa melibatkan Tatkala dan Mahima.
Adnyana Ole menerangkan sistem magang di Tatkala.co | Foto: tatkala.co/Dede
Acara penyerahan pada 10 November 2024 itu berlangsung dengan hangat dan akrab. Kegiatan yang seharusnya formal, menjadi begitu santai dan cair lewat senda gurau dari Sonia dan Ole. Mereka juga tampak menandatangani beberapa lembar kerja sama. Bagi mereka, berbagai kerja sama yang ditawarkan adalah hal yang bagus dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Mengingat, Mahima arahnya memang akan menuju ke pengembangan akademik, alias menjadi tempat belajar yang lebih luas jangkauannya.
Mahima Institute baru-baru ini juga menerima program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dari PT. PLN (Persero) berupa bantuan Literasi Digital. Kadek Sonia Piscayanti mengatakan, bantuan yang diberikan oleh PT. PLN amat berguna bagi Mahima, mulai dari kamera, lighting, dan komputer untuk peningkatan literasi digital di Komunitas Mahima. Bahkan, kini Mahima mempunyai studio podcast yang akan digunakan sebagai wadah untuk menyebarkan virus-virus literasi, jurnalistik, sastra, dan seni budaya kepada masyarakat melalui konten-konten digital.
Foto bersama setelah penandatangan kerja sama. Dari kini ke kanan, Made Sujaya, Sidi Artajaya, Adnyana Ole, Sonia Piscayanti | Foto: tatkala.co/Dede
Foto bersama setelah acara penyerahan mahasiswa magang | Foto: tatkala.co/Dede
Seusai penyerahan, Adnyana Ole mengajak para mahasiswa magang untuk berdiskusi. Ole menerangkan sistem kerja dan menjelaskan berbagai rubrik yang ada di tatkala.co. Ia juga memberikan berbagai tips dan trik menulis berita yang menarik, khususnya bagaimana menyusun berita ala tatkala.co, berita yang berbeda dengan media arus utama lainnya.
Hujan deras disertai kilat mengiringi diskusi mereka. Para mahasiswa melontarkan berbagai pertanyaan, walaupun banyak pula keraguan dalam menyampaikan. Saat itu, Sonia Piscayanti dan Made Sujaya sedang melakukan podcast di ruang siniar Mahima yang baru. Jadi, diskusi di luar agenda utama itu hanya dilakukan oleh Adnyana Ole, Sidi Artajaya, dan empat mahasiswa magang.
“Tulislah berita-berita dari narasumber yang kita kenal terlebih dahulu. Misalnya Vira dari Blahkiuh, bisa tulis tentang kuliner atau warung legendaris yang ada di sana. Tulis yang ringan-ringan, belajar wawancara orang terdekat dulu, baru belajar mendekati orang lain,” ujar Ole.
Menurut Adnyana Ole, cara mengasah kemampuan menulis khususnya berita kisah adalah dengan menulis hal-hal sederhana dan ringan yang ada di lingkungan sekitar terlebih dahulu. Meskipun terkesan remeh-temeh, tetapi tulisan seperti itu jarang bisa ditemui di media arus utama. Tulisan semacam itu bisa menjadi menarik apabila diceritakan dari sudut pandang yang berbeda.
Sonia Piscayanti menjelaskan tentang Mahima Institute kepada mahasiswa magang | Foto: tatkala.co/Dede
“Pertama itu, semua yang ringan-ringan. Bisa tentang kuliner, tempat, orang, upacara tertentu, dan lain sebagainya. Misalnya, orang yang jago megambel di kampung, bisa ditulis. Walaupun dia ga terkenal, tidak apa-apa, carilah hal-hal unik yang bisa diceritakan. Mungkin kiprahnya di dunia karawitan di kampung atau latar belakang kehidupannya,” jelas Ole.
“Menurut tatkala.co, itu tulisan ringan. Tetapi bagi wartawan media lain itu berat, hahaha,” sambung Ole dengan nada bercanda.
Adnyana Ole memberikan para mahasiswa magang itu batasan tugas. Bulan pertama, mereka diarahkan untuk menulis hal-hal ringan yang ada disekitar mereka, bisa dari daerah asal, ataupun di lingkungan pergaulan. Setelah itu, pada bulan kedua barulah mereka bisa melakukan liputan ke luar domisili, bisa ke festival-festival ataupun diskusi-diskusi publik. Kemudian pada bulan ketiga, mereka akan membuat liputan fenomena khusus, arahnya bisa menjadi esai, opini, ataupun tulisan lainnya.
“Tatkala dan Mahima ini adalah tempat belajar. Jadi jangan pernah takut salah, kita di sini belajar bersama, dari tidak bisa menjadi bisa, dan dari bisa menjadi terbiasa,” tandas Ole.
Ketika hujan mulai mereda, diskusi juga telah berakhir. Waktu pun menunjukkan pukul lima sore, menandakan pertemuan di hari pahlawan itu telah usai. Sebelum beranjak kembali ke Denpasar, tak lupa hal yang paling penting adalah melakukan foto bersama. Selain untuk bukti pelaksanaan kegiatan, tetapi juga untuk makanan media sosial. [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Jaswanto