SUASANA LANGIT MALAMMU
Suasana langit malam tergambar di depan mata
Kau akan mencoba membingkainya dengan puisi
Orang-orang dapat memandanginya dari kata
Yang kau bentuk dari lensa matamu
Di sana bergelantung kabel-kabel listrik
Di antara tiang-tiang dan atap-atap rumah
Dan bulan meludahinya dengan bercak-bercak
Sepasang burung tertegun memandang
Balutan sepi di atas reranting
Kau ingin mengabadikan pandanganmu itu
Pada dinding-dinding kertas yang putih bersih
Tempat kau menaruh seluruh gambar
Jatisela, 2024
POTRET HITAM PUTIH
- Kepada: S.D
Kau menangkap dunia ini
Menjadi hitam dan putih
Pada bidikan mata
Dan jarimu
Segalanya
Kau samarkan
Dan samakan
Untuk orang lain
Supaya warna
Tak merusak makna
Yang kau berikan
Dalam cerita-cerita
Di potretmu.
Jatisela, 2024
SAJAK-SAJAK RINGKAS
1.
bait-bait puisi
berdenting di lembaran
bisu,
di sana ada suaramu
yang tidak kau sadari
pelan-pelan kau kenali
2.
burung yang terbang
dengan liar menerobos angin
sampai bulunya gugur
adalah kata
yang hinggap pada dahanmu
dahan yang sedikit lagi akan jatuh
ke tangan api
3.
burung yang merdu kicaunya
di waktu sepi dan rindu
terbang meninggalkan sangkar
mencari ranum buah ke seberang
harapan-harapan telah menunggunya
kembali memecah sepi meretas rindu
saat sangkar kosong lama murung
meninggalkan bunyi seperti puisi
4.
– kepada: Lailatul Kiptiyah
telah kembali
seekor burung
pada ranting kata dan batu
yang tetap bersiul merdu
di tiap bacaan pagi
lalu di kepala
ia membuat sarang
menelurkan puisi-puisi
menetas jadi burung api
yang terbang
menyampai pesan-pesan
kembali
5.
Empat biji benih kata
Kau tanam dalam diriku
Yang akan tumbuh
Menjadi pohon kata
Yang besar dan rindang
Di ladang sajak kita
Untuk meneduhkan orang-orang
Yang singgah dari kecewa
Dan menyelamatkan orang-orang
Yang akan kehilangan hidupnya.
6.
Engkau ciptakan malam
Dari remang cahaya
Pada ranum bulan
Mataku menyala
Menuliskan kata
Yang sudah redup
Dilenyapkan mata hari
7.
Malam ini puisi melelehkan diri
Di dalam kopi yang aku seruput
Membiarkan dirinya tertelan
Supaya menyatu dengan tubuhku
Supaya terjaga di malam
Di mana segala kata
Masuk secara diam-diam.
8.
Setelah kata bekerja keras
Ia tidur pulas dalam buku
Nanti ia akan terbangun di kepalamu
Membentuk semesta lagi.
9.
Jangan kau berpaling padanya
Di saat ia sudah nyaman dekat padamu
Ia bisa saja pergi meninggalkanmu
Atau kembali dalam paras lain
Yang tidak bisa kau kenali lagi.
Jatisela, 2024
APA KANDUNGAN PUISIMU?
Bubuk apa yang kau tabur pada puisimu itu?
Mataku perih sekali ketika aku membacanya.
Cairan apa yang kau tuang pada puisimu itu?
Hatiku terasa mengental seketika aku membacanya.
Apa yang kau sisakan pada puisimu itu?
Jantungku berdebar kembali lagi menemukan rasa cinta
Yang sudah lama mati.
Jatisela, 2024
AWAS, IBUKU TAK MENGERTI PUISI
Ibuku tak mengerti puisi
Ia hanya tahu
Buku tergeletak
Kertas tertulis banyak
Walupun puisi banyak
Menulisnya
Ia hanya memperhatikan
Apa-apa yang terlihat
Di luar puisi
Yang bisa membuatnya
Berubah menjadi selain ibu.
Jatisela, 2024
BATU
Aku yang sekeras batu
Menerimamu seperti air
Yang menjatuhkan tetes-tetes
Sampai melubangi dadaku
Agar sinar menembus ke dalam
Aku terus memandangmu
Di ketinggian itu
Melihat binar keindahanmu bergelantung
Di ranting kering
Sedangkan aku di bawah selalu merasa hitam dan measa keras
Jatisela, 2024
DRAMA MONOLOGMU
Kau terkurung di sangkar itu
Seperti binatang yang histeris
Panggung pertunjukan ini
Panggung penyiksaan
Bagi semua mata
Mengucapkan
Kata “tolong” berulang kali
Kau menyisakan semua rasa sakit padaku
Di akhir adegan
Dengan lampu-lampu yang sudah dipadamkan.
Mataram, 2024