Sis, siap-siap duduk manis sambil pegang teh hangat karena kita bakal terjun langsung ke dalam semesta batin yang penuh desir ingatan, seperti percakapan samar yang datang dari sudut tak terlihat dalam puisi “Percakapan Invisible” karya MbakYou Emi Suy.
PERCAKAPAN INVISIBLE
ada yang berdesir
tapi bukan angin pesisir
sebuah ingatan
menyapu butir-butir pasir
membelai jejak peristiwa
getir di bibir
waktu bergemuruh
riuh di kepala
aku berbincang dengan bayang
yang menyaru malaikat
dengan wangi bunga kasturi
Ini bukan sekadar puisi tentang kenangan yang ringan, tapi tentang dialog batin yang intim, percakapan yang halus tapi menusuk, antara si aku lirik dan bayangan- bayangan tak terlihat. Melalui suasana yang dibangun dengan bahasa puitis yang halus tapi kuat, puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang bagaimana ingatan, waktu, dan masa lalu bisa begitu dekat, bahkan saat kita merasa mereka sudah jauh berlalu.
Bait 1: Desir yang Bukan Angin
ada yang berdesir
tapi bukan angin pesisir
Ciiin, di awal bait ini, kita langsung disuguhkan dengan desir yang bukan berasal dari angin pesisir. Nah, ini nih yang udah menarik dari awal, karena desir di sini merupakan sebuah metafora untuk sesuatu yang lebih halus dari sekadar hembusan angin fisik. Desir ini adalah sensasi batin, sebuah getaran emosi yang muncul dalam pikiran si aku lirik. Angin pesisir yang biasanya identik dengan kehangatan, ketenangan, atau kesegaran malah dihadirkan sebagai sesuatu yang dihindari, menandakan bahwa yang hadir adalah sesuatu yang lain—mungkin ingatan atau kenangan yang lebih dalam dan menggugah.
Dalam teori puisi, ini termasuk teknik enjambment yang membawa nuansa alur yang gak terputus, karena satu frasa bergulir ke frasa berikutnya tanpa titik, bikin pembaca terus bergerak bersama kalimatnya. Di sini, enjambment dipakai buat menjaga misteri dan bikin kita penasaran dengan “ada yang berdesir”, tapi apa? Kita gak
langsung dikasih jawabannya, jadi ada sensasi anticipation yang terjaga sepanjang baris pertama ini.
Bait 2: Ingatan yang Menyapu
sebuah ingatan
menyapu butir-butir pasir
Sis, ini dia jawabannya—desir itu bukan angin, melainkan ingatan. “Menyapu butir-butir pasir” jadi gambaran yang lembut tapi intens tentang bagaimana ingatan bekerja. Pasir di sini bisa kita anggap sebagai simbol waktu atau kenangan yang tersebar tak teratur di pantai kehidupan si aku lirik. Tapi lihat deh, ingatan yang menyapu ini bukan sekadar “hadir” begitu aja, tapi punya sifat menggerakkan, mengubah, mungkin bahkan menghapus jejak-jejak yang tadinya jelas. Ini menarik banget karena Emi Suy pinter pake metafora pasir buat menunjukkan betapa rapuh dan cepat hilangnya kenangan, meskipun kita berusaha keras untuk mengingatnya.
Teknik ini bikin ingatan dalam puisi ini punya dimensi yang lebih kompleks— ingatan itu gak cuma hadir sebagai sesuatu yang diam di tempat, tapi aktif, bergerak, mengintervensi kesadaran kita. Jadi, si aku lirik gak cuma diam pasif di sini, tapi terseret dalam gelombang ingatannya sendiri yang tak bisa dikendalikan.
Bait 3: Membelai Jejak Peristiwa
membelai jejak peristiwa
getir di bibir
Wuh, ini bait bikin kita makin tenggelam dalam permainan imaji yang luar biasa. “Membelai jejak peristiwa”—ini kaya gimana si aku lirik berusaha menyentuh, menghidupkan kembali kenangan yang sudah berlalu. Istilah “membelai” ngasih kesan yang lembut dan penuh kasih, tapi diiringi dengan “getir di bibir”, langsung berubah jadi sesuatu yang lebih perih. Jejak peristiwa di sini bukan cuma soal memori manis, tapi juga ada pahitnya—seolah-olah peristiwa masa lalu membawa luka yang tak sembuh- sembuh.
Getir di bibir adalah frasa yang penuh simbol—ini bukan cuma tentang rasa fisik, tapi lebih ke metafora rasa batin. Si aku lirik tampaknya mencoba berdamai dengan masa lalunya, tapi ingatan itu tetap punya bekas yang tajam di dalam dirinya. Jadi, meskipun membelai dengan lembut, tetap ada kesan rasa pahit yang tertinggal. Ini adalah contoh antitesis emosi—di mana kelembutan dan rasa sakit berjalan beriringan, menciptakan ketegangan emosional yang dalam.
Bait 4: Waktu yang Bergemuruh
waktu bergemuruh
riuh di kepala
Gurlll, bait ini langsung kasih kita visualisasi tentang waktu yang gak lagi hadir sebagai sesuatu yang lembut atau tenang, tapi “bergemuruh”. Waktu di sini jadi sesuatu yang aktif, bahkan destruktif, karena ia riuh di kepala. Ini bikin kita ngelihat waktu bukan sebagai aliran yang mengalir lancar, tapi sebagai sesuatu yang mengganggu, menyerbu pikiran si aku lirik tanpa ampun. Waktu ini penuh gejolak, bikin kesan bahwa kenangan yang datang dari masa lalu gak pernah benar-benar damai atau selesai.
Baris ini memperlihatkan betapa besar tekanan waktu dalam hidup si aku lirik, di mana kenangan, rasa sakit, dan peristiwa masa lalu terus hadir, bersaing untuk mendapat tempat di pikiran yang sudah penuh sesak. Penggunaan “bergemuruh” ini juga menciptakan sonic imagery, di mana kita bisa bayangin suara keras dan kacau yang hadir di pikiran si aku lirik. Sangat efektif untuk menggambarkan suasana batin yang penuh dengan konflik dan kecemasan.
Bait 5: Berbincang dengan Bayang
aku berbincang dengan bayang
yang menyaru malaikat
Nah, ini nih bagian yang paling misterius dan bikin kita mikir keras. “Berbincang dengan bayang” adalah simbol dialog batin dengan bagian dari diri kita yang mungkin kita coba hindari. Bayang di sini bisa diartikan sebagai kenangan, trauma, atau bahkan bagian dari diri si aku lirik yang terabaikan. Tapi, yang menarik adalah bagaimana bayang ini “menyaru malaikat”—ini adalah pergeseran yang sangat halus tapi penuh makna. Bayang yang tadinya mungkin menakutkan atau gelap sekarang mengambil bentuk yang lebih ilahi, seperti malaikat.
Frasa ini bisa diartikan bahwa apa yang tampaknya menakutkan atau menghantui si aku lirik—yakni bayang-bayang masa lalu—sebenarnya membawa pesan atau pencerahan. Bayang-bayang ini mungkin adalah representasi dari bagian diri yang paling dalam, yang membawa jawaban atau kedamaian, meskipun pada awalnya hadir sebagai sesuatu yang sulit dihadapi. Ini teknik personifikasi yang brilian, di mana bayang-bayang mendapatkan karakteristik manusiawi dan bahkan suci.
Bait 6: Wangi Kasturi
dengan wangi bunga kasturi
Penutup puisi ini hadir dengan sensasi indrawi yang kuat: “wangi bunga kasturi.” Wangi kasturi, yang sering diasosiasikan dengan aroma yang eksotis dan suci, menambah elemen mistis pada percakapan si aku lirik dengan bayang-bayang. Ini adalah sentuhan yang memberikan dimensi baru pada puisi—seolah percakapan batin ini tidak hanya terjadi dalam pikiran, tapi juga dalam alam spiritual yang lebih luas, dengan elemen-elemen yang suci dan transenden.
Penggunaan kasturi sebagai simbol aroma ilahi memberikan kesan bahwa meskipun bayangan dan kenangan si aku lirik mungkin penuh kesakitan atau trauma, ada sesuatu yang suci dan murni di dalamnya. Kasturi di sini menjadi simbol kehadiran spiritual yang menenangkan, melengkapi perjalanan batin si aku lirik menuju penerimaan.
Percakapan yang Tak Terlihat, tapi Begitu Nyata
Ciiiinn, “Percakapan Invisible” karya Emi Suy adalah contoh puisi yang bener- bener deep dan kompleks, tapi tetap dibalut dalam bahasa yang halus dan mengalir. Melalui deskripsi ingatan, waktu, dan bayang-bayang yang menyaru malaikat, Emi berhasil menciptakan dialog batin yang mengungkapkan kerapuhan, kesedihan, dan penerimaan. Penggunaan metafora seperti pasir, angin, dan kasturi bikin puisi ini terasa kaya dengan lapisan-lapisan makna, di mana setiap bait menyiratkan nuansa spiritual dan emosional yang dalam.
Dengan enjambment yang lembut tapi tetap membawa ketegangan emosi, puisi ini mengalir dengan natural tapi memukul kita tepat di hati. Kenangan di sini bukan sekadar kenangan biasa, melainkan sebuah percakapan batin yang tak bisa dihindari— menghadirkan bayang-bayang yang pada akhirnya membawa pencerahan. Dialog ini mungkin tidak terlihat (invisible), tapi kehadirannya terasa nyata, membekas dalam sanubari si aku lirik, dan tentu juga dalam hati pembaca.
Jadi, say, ini bukan puisi yang sekadar bicara soal masa lalu. Ini adalah meditasi batin tentang bagaimana kita berdamai dengan kenangan dan menemukan spiritualitas di dalam bayangan yang kita pikir menghantui, tapi sebenarnya memberkati. Fab banget, kan? [T]
IRZI Oktober, 2024