5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Han Kang, Penulis Perempuan Korea Selatan, Peraih Nobel Sastra 2024

JaswantobyJaswanto
October 11, 2024
inPersona
Han Kang, Penulis Perempuan Korea Selatan, Peraih Nobel Sastra 2024

Han Kang | Foto: EL PAÍS

“SAYA sempat berbicara dengan Han Kang lewat telepon,” kata sekretaris Swedish Academy Mats Malm setelah mengumumkan pemenang Nobel Sastra 2024, sebagaimana dikutip The Guardian, Jumat (10/10/2024). “Dia tampak menjalani hari yang biasa saja—baru saja selesai makan malam dengan putranya,” lanjutnya.

Hadiah Nobel dalam bidang sastra telah diberikan kepada novelis Korea Selatan berusia 53 tahun bernama Han Kang, sebagaimana banyak diberitakan di media massa di internet, atas “prosa puitisnya yang intens” yang menghadapi trauma historis dan mengungkap kerapuhan kehidupan manusia yang kompeks. Karya-karyanya meliputi The Vegetarian, The White Book, Human Acts, dan Greek Lessons.

Tetapi, bisa jadi, Han dikenal luas berkat novel pertamanya yang berjudul The Vegetarian (2007), yang memenangkan Man Booker International Prize—walaupun ia memulai debut sastranya pada tahun 1993, dengan serangkaian lima puisi yang diterbitkan di majalah Korea Literature and Society.

Pada 1994, ia memenangkan kontes sastra musim semi Seoul Shinmun dengan sebuah cerita, Red Anchor. Dan tahun berikutnya Han menerbitkan kumpulan cerita pendek pertamanya, Love of Yeosu. Pada tahun 1998, ia berpartisipasi dalam Program Penulisan Internasional Universitas Iowa selama tiga bulan, yang didukung oleh Dewan Kesenian Korea.

Han lahir di Gwangju, sebuah kota di barat daya Korea Selatan, pada tahun 1970. Saat berusia 10 tahun, keluarganya pindah ke daerah Suyu-dong di Seoul. Ia belajar sastra Korea di Universitas Yonsei di ibu kota tersebut.

Tapi ia memang lahir dari “rahim” sastra. Ayahnya, Han Seung-won, merupakan novelis Korea Selatan yang sering menulis tentang orang-orang yang berjuang melawan nasib di Jangheung—sebuah daerah yang terletak di lepas pantai selatan semenanjung Korea, tanah kelahirannya.

Sama seperti ayahnya, Han Kang menganggap menulis tentang pembantaian adalah sebuah perjuangan. “Saya adalah orang yang merasakan sakit saat melemparkan daging ke api,” katanya.

Han, sebagaimana Claire Armitstead mendeskripsikannya, adalah wanita yang sangat bijaksana dan karismatik, yang menulis sendiri bagian akhir Human Acts untuk menjelaskan mengapa ia merasa terdorong untuk menceritakan kisah tersebut. “Saya berusia sembilan tahun pada saat Pemberontakan Gwangju,” begitulah awalnya.

Gwangju, sebuah kota di bagian selatan negara itu, telah menjadi rumahnya hingga empat bulan sebelum pembantaian, ketika ayahnya berhenti dari pekerjaannya sebagai guru dan memutuskan memilih menjadi penulis penuh waktu dan memindahkan keluarganya ke ibu kota Seoul.

Dia menemukan pembantaian itu saat berusia 12 tahun. Di rak paling atas—rak buku keluarganya—tersimpan album kenangan yang diedarkan secara rahasia, yang berisi foto-foto yang diambil oleh jurnalis asing. Album itu ditumpuk dengan bagian punggung menempel ke dinding untuk mencegah Han dan saudara-saudaranya menemukannya. Penemuan yang mengejutkan itu mengubah trauma publik menjadi trauma yang sangat pribadi.

“Saya ingat momen ketika pandangan saya tertuju pada wajah seorang wanita muda yang dimutilasi, wajahnya diiris dengan bayonet,” tulis Han. “Secara diam-diam, dan tanpa keributan, sesuatu yang lembut di dalam diri saya hancur. Sesuatu yang, sampai saat itu, bahkan tidak saya sadari keberadaannya.”

Claire menuilis, tiga dekade kemudian, ia menyadari bahwa foto-foto itu telah melemparkannya ke dalam krisis eksistensial yang akan terus menghantuinya. “Jika saya berusia 20 tahun saat melihat foto-foto itu, mungkin saya bisa memfokuskan kebencian saya pada rezim militer, tetapi saya masih sangat muda dan saya merasa manusia itu menakutkan—dan saya salah satunya,” kata Han sebagaimana Claire mengutipnya.

Pemberontakan Gwangju—dan rentetan peristiwanya—adalah episode yang jarang diceritakan di Korea Selatan. Dan peristiwa tersebut membuat Han merasa bersalah karena selamat, yang ia bagikan kepada seluruh keluarganya, ditambah dengan “dua teka-teki yang tidak terpecahkan: bagaimana manusia bisa begitu kejam dan bengis, dan apa yang dapat dilakukan orang untuk melawan kekerasan ekstrem seperti itu?”

Alih-alih mencari jawaban dari orang lain, ia beralih ke buku, tulis Claire lagi. “Saat remaja, saya dihinggapi pertanyaan-pertanyaan umum: mengapa sakit, mengapa mati? Saya pikir buku menyimpan jawabannya, tetapi anehnya saya menyadari bahwa buku hanya berisi pertanyaan. Penulisnya lemah dan rentan seperti kita,” ujar Han.

Saat berusia 14 tahun, ia tahu bahwa ia ingin menjadi seorang penulis—seperti ayahnya. Maka ia menempuh pendidikan dari sekolah ke universitas, di mana ia belajar sastra Korea kontemporer. Saat itu, kediktatoran yang bertanggung jawab atas pembantaian tersebut telah digulingkan, dan Korea Selatan telah menjadi negara demokrasi. “Saya sangat beruntung menjadi bagian dari generasi bebas—generasi yang tidak harus berfokus pada isu-isu sosial,” katanya.

Kini, Han menjadi penulis perempuan pertama yang meraih Novel Sastra sejak 2022, saat penghargaan tersebut diberikan kepada penulis Prancis, Annie Ernaux. Dan ia juga menjadi penerima Nobel perempuan pertama tahun ini.

Euforia, Pujian-Pujian

“Saya sangat terkejut dan benar-benar merasa terhormat,” kata Han, dalam wawancara telepon yang dibagikan oleh Swedish Academy—yang juga banyak dikutip oleh media. “Saya tumbuh besar dengan sastra Korea, yang sangat dekat dengan saya. Jadi saya harap berita ini baik bagi para pembaca sastra Korea, dan teman-teman saya serta para penulis,” Han melanjutkan.

Menurut laporan beberapa media di Korea Selatan, saat Han ditetapkan sebagai pemenang hadiah Nobel Sastra, beberapa toko buku daring ditutup karena lonjakan pengunjung, dan beberapa sidang dengar pendapat pemerintah bahkan dihentikan sementara karena para pejabat bersorak gembira atas berita tersebut.

Dalam sebuah wawancara, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengucapkan selamat kepada Han. “Anda mengubah luka menyakitkan dari sejarah modern kita menjadi karya sastra yang hebat,” katanya. “Saya menyampaikan rasa hormat kepada Anda karena telah mengangkat nilai sastra Korea.”

Novel, novela, esai, dan kumpulan cerita pendek karya Han telah mengeksplorasi berbagai tema patriarki, kekerasan, kesedihan, dan kemanusiaan. “Empatinya terhadap kehidupan yang rentan, yang sering kali dialami oleh perempuan, sangat terasa, dan diperkuat oleh prosa yang sarat dengan metafora,” kata Anders Olsson, Ketua Komite Nobel. Menurut Olsson, Han memiliki kesadaran unik akan hubungan antara tubuh dan jiwa, yang hidup dan yang mati, dan dengan gaya puitis dan eksperimental telah menjadi inovator dalam prosa kontemporer.

Selain Olsson, pujian juga datang dari seorang novelis, Deborah Levy. “Saya sudah lama tahu bahwa Han Kang adalah salah satu penulis paling hebat dan terampil yang berkarya di panggung dunia kontemporer,” katanya. “Bagus sekali, Han Kang tersayang, saya sangat senang Anda menjadi penerima Nobel 2024 kami,” sambungnya, sebagaimana dikutip dari The Guardian.

Novelis Max Porter, yang menyunting terjemahan Smith dari The Vegetarian, mengatakan Han adalah “suara yang hidup dan penulis dengan kemanusiaan yang luar biasa. Karyanya adalah anugerah bagi kita semua. Saya sangat gembira dia telah diakui oleh komite Nobel. Pembaca baru akan menemukan—dan diubah oleh—karyanya yang menakjubkan.”

“Ini adalah pencapaian yang sangat pantas” dari Han, kata penulis dan penerjemah Bora Chung, yang kumpulan cerita pendeknya berjudul Cursed Bunny diterjemahkan dari bahasa Korea oleh Anton Hur, masuk dalam daftar pendek untuk penghargaan International Booker tahun 2022. “Kami sangat bangga padanya!” ujar Bora.

Pujian juga datang dari Simon Prosser, direktur penerbitan di Hamish Hamilton—penerbit Han di Inggris. “Dalam tulisan yang sangat indah dan jelas, ia menghadapi pertanyaan menyakitkan tentang apa artinya menjadi manusia – menjadi spesies yang mampu melakukan tindakan kejam dan cinta secara bersamaan. Ia melihat, berpikir, dan merasakan sesuatu yang tidak dimiliki penulis lain,” ujar Simon.

Sedangkan menurut novelis Eimear McBride, Han adalah salah satu penulis terhebat yang masih hidup. “Ia adalah suara bagi kaum perempuan, bagi kebenaran dan, yang terpenting, bagi kekuatan sastra. Ini adalah kemenangan yang sangat pantas,” lanjut Eimear.

Kini, Han telah menerbitkan karya-karyanya dalam lebih dari 30 bahasa, dan saat ini ia mengajar penulisan kreatif di Seoul Institute of the Arts sembari menulis novel keenamnya.[T]

NB: artikel ini diolah dari berbagai sumber

Jon Fosse, Nobel Sastra, dan Karya Minimalismenya
Perempuan Peraih Nobel Sastra itu adalah Annie Ernaux
Hadiah Nobel Sastra 2021, Apresiasi Terhadap Sastra Kontekstual
Tags: apresiasi sastraHan KangKorea SelatanNobelNobel Sastra
Previous Post

Tukad Itu Bernama Sekumpul, Sebuah Alasan untuk Kembali

Next Post

Pembaharuan Hukum Agraria di Era 4.0, Mengantisipasi Perkembangan Ekonomi Globalisasi

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Perjanjian Pengalihan dan Komersialisasi Paten dalam Teori dan Praktek

Pembaharuan Hukum Agraria di Era 4.0, Mengantisipasi Perkembangan Ekonomi Globalisasi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co