SELASA, 17 September 2024, bertepatan dengan Purnama Katiga, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kabupaten Badung melaksanakan persembahyangan bersama di Pura Luhur Uluwatu. Persembahyangan itu dirangkaikan dengan perpisahan dua orang kepala sekolah yang memasuki masa purnabakti, yaitu Drs. I Made Murdia, M.Pd. (Kepala SMA Negeri 2 Kuta) dan Drs. I Ketut Sumandiartha, M.Pd.(Kepala SMA Negeri 1 Kuta). Keduanya sudah berhasil lulus menyelesaikan masa tugasnya dengan selamat dan sehat lahir batin.
Mengapa sembahyang bersama di Pura Luhur Uluwatu dipilih? Pertama, dalam tradisi masa Ujian Nasional masa silam, Kabupaten Badung selalu mapekeling di dua pura besar, yaitu Pura Puncak Mangu di ujung utara dan Pura Uluwatu di ujung selatan. Keduanya merepresentasikan segara–giri dalam perspektif Hindu Bali. Itu untuk memuliakan kearifan lokal yang sampai saat ini masih diimani bersama, tidak saja masyarakat umum tetapi juga masyrakat pendidikan (sekolah). Kepada-Nya yang berstana di kedua pura itu, masyarakat Badung berserah diri setelah berusaha belajar keras.
Kedua, Pura Luhur Uluwatu adalah satu-satunya Pura Sad Kahyangan yang ada di Kabupaten Badung, di posisi barat daya Bali, yang dipercaya sebagai stana Dewa Rudra. Uluwatu juga dipercaya sebagai tempat moksa Dang Mahaguru, Dang Hyang Dwijendra yang sampai kini ajaran-Nya diwariskan di Bali. Kedatangan-Nya ke Bali memperkaya budaya-agama dengan kehadiran pelinggih Padmasana.
Rumah Makan Malini Uluwatu dengan view laut lepas latar tebing kokoh | Foto: I Nyoman Tingkat
Akan tetapi, di Pura Luhur Uluwatu tidak ditemukan pelinggih Padmasana. Di bagian utama mandala, pelinggih utama berbentuk meru tumpang tiga. Dari tradisi lisan yang berkembang di masyarakat lokal, diyakini tempat payogan Beliau di Goa Batu Matandal, di tebing Pantai Uluwatu yang dapat dijangkau bila air laut surut, dengan medan yang cukup berat untuk mencapainya.
Ketiga, sebagian terbesar Kepala SMA di Kabupaten Badung berasal dari wilayah Badung Utara, mereka memufakati arah selatan agar lebih dekat melihat laut, apalagi posisi Pura Luhur Uluwatu pada puncak ketinggian Gumi Delod Ceking dengan bebukitan yang memukau.
Kombinasi ngampan dengan tebing-tebing yang berhadapan dengan laut mencitrakan perpaduan segara-giri sekaligus. Ibarat pertemuan cinta Hyang Ibu Pertiwi dengan Bapa Akasa. Percintaan yang merepresentasikan pertemuan kama bang–kama petak yang melahirkan energi cinta kasih, yang dilambangkan dengan warna pink. Itulah sebabnya setiap 14 Februari hari Valintine biasanya dirayakan dengan coklat beraksesoris dominan warna pink.
Keempat, salah satu pengurus MKKS SMA Kabupaten Badung terkesima dengan postingan di media sosial terkait dengan keberadaan Malini sebagai restoran yang eksotik-antik di tebing pantai cocok untuk bersantai.
Rumah MakanMalini Uluwatu di wilayah Desa Adat Pecatu menawarkan harga terjangkau mulai Rp 150.000,00/orang. Rumah Makan Malini juga menawarkan view yang berbeda dengan rumah makan-rumah makan lain yang selama ini dikenal. Keistimewaannya tebing dengan laut lepas ombak memecah berbuih putih ibarat bidadari yang mencuci busana di samudera luas. Kala sore tiba sunset sangatlah indah. Pagi Sunrise bikin surprais. Meneduhkan bin menyejukkan di tengah terik matahari sasih katiga.
Selain pemandangan yang supercantik, Rumah Makan Malini juga menyediakan spot foto boot alami yang tertata artistik dengan bebatuan unik dari Gumi Delod Ceking langsung berhadapan dengan laut. Batu-batu alam bukit ditata membuatnya indah diabadikan dan muliakan. Setiap bagiannya menjadi spot foto yang menjanjikan kenangan indah.
Lebih-lebih sambil menikmati minuman yang bahannya juga dipetik dari budi daya petani setempat yang terintegrasi dengan manajemen restoran. Maka tidaklah salah, MKKS SMA Kabupaten Badung memilih Rumah Makan Malini sebagai tempat perpisahan bagi dua Kepala Sekolah yang purnabakti.
Indahnya dapat. Pembelajarannya dapat. Inspirasinya pun dapat. Bagi Kepala Sekolah yang kreatif, Rumah Makan Malini adalah tempat berguru yang ideal. Bagaimana mengelola lahan kering menjadi produktif, ilmunya dapat diperoleh di Malini. Jadi, Malini bukan sekadar menjanjikan view supercantik dengan hidangan superlezat, melainkan juga menyajikan pembelajaran super inovatif berguru kepada ahlinya. Sambutan karyawan pun ramah.
Demikianlah, selesai persembahyangan di Pura Uluwatu, rombongan Kepala SMA se-Kabupaten Badung disambut hangat di Rumah Makan Malini oleh pemiliknya, I Nyoman Sudama yang guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Kuta Selatan. Menurutnya, Rumah Makan Malini menyajikan paket makan siang (lunch) dan makan malam (dinner) selain menyajikan pemandangan eksotik, juga menjual paket Kecak bila sunset tiba.
Sementara minumannya dibuat dari hasil panen di Malini. Ini istimewa karena dengan kegersangan wilayahnya, tangan terampil karyawan Malini membuahkan hasil panen yang menjanjikan dan dinikmati tetamu yang berkunjung.
Rumah Makan Malini Uluwatu dengan view laut lepas latar tebing kokoh | Foto: I Nyoman Tingkat
Acara perpisahan yang dilaksanakan secara kekeluargaan itu dirancang secara nonformal, penuh kehangatan dihadiri oleh kepala SMA se- Badung. Pada arahannya, Ketua MKKS SMA Kabupaten Badung I Nyoman Tingkat mengajak para kepala SMA se-Badung terus meningkatkan kerja sama dan selalu berkolaborasi sesuai dengan slogan SMA: Maju bersama hebat semua. Acara yang berlangsung sambil minum kopi itu jauh dari kesan serius. Namun penuh dengan gelak tawa dan sesekali cletukan nakal muncul.
Selanjutnya, kepada kepala sekolah yang purna bakti, ia menyampaikan terima kasih atas kerja samanya selama menjabat sembari berharap selalu menjaga hati bisa terhubung dan sehat senantiasa. “Jauh di mata, dekat di hati,” seperti dikatakan I Made Murdia.
Sementara itu, I Ketut Sumandiartha mendorong para Kepala Sekolah untuk berbagi praktik baik melalui komunitas belajar. “Kepala Sekolah jangan sampai kalah dengan komunitas guru penggerak. Malu kita,” kata mantan Kepala SMA Negeri 1 Kuta itu.
Acara perpisahan diakhiri dengan penyerahan cendera mata dari Ketua MKKS SMA Kabupaten Badung dilanjutkan makan siang bersama, diselingi karaoke oleh mantan Kepala SMA Negeri 1 Kuta dan Kepala SMA hebat lainnya. Lagu yang dinyanyikan pun berbenturan dengan suara ombak di samudera disaksikan tebing-tebing kokoh membisu.
Menyatunya keriangan dengan kesepian. Menyepi dalam keramaian. Sementara itu, para kepala sekolah yang lain tampak senyum-senyum tanda bahagia tak tersembunyikan. Paling akhir, mereka berfoto dengan aneka gaya. “Aku bergaya, maka aku ada,” celetuk di antara mereka.
Libur Galungan, Rumah Makan Malini bisa dijadikan referensi berlibur sambil bersembahyang ke Pura Luhur Uluwatu. Bersujud di Pura Uluwatu menenangkan batin, makan di Malini menyenangkan fisik. Sehat jasmani rohani, rahayu sekala niskala.[T]
BACA artikel lain dari penulisNYOMAN TINGKAT