PASAR wisata yang dunia yang didominasi generasi Z dan milenial melahirkan kecenderungan baru dalam promosi dan pemasaran pariwisata. Digitalisasi sektor pariwisata kini menjadi keniscayaan, sekaligus tantangan.
Wisatawan kelompok muda sangat internet minded. Mereka sangat tergantung pada internet dan media digital, baik dalam perencanaan perjalanan wisata, mencari sumber informasi wisata, maupun dalam transaksi wisata.
Selain itu, persaingan yang ketat dalam industri pariwisata Tanah Air membuat semua daerah berpacu untuk melakukan promosi wisatanya. Selain promosi wisata secara konvensional melalui biro perjalanan, pameran wisata, maupun media konvensional, promosi juga dilakukan secara kekinian melalui media sosial.
Sesungguhnya digitalisasi pariwisata bukan semata berkaitan dengan promosi dan pemasaran. Menjadikan satu objek dan daya tarik wisata dikenal wisatawan secara cepat dan masif juga merupakan upaya digitalisasi pariwisata.
Selain itu, digitalisasi dapat diamaknai juga sebagai membuat satu destinasi memiliki daya tarik bagi wisatawan secara digital. Daya tarik bisa berkaitan dengan aspek visual destinasi, sehingga wisatawan akan mengunggahnya di akun media sosial.
Destinasi Digital
Destinasi wisata dapat disebut sebagai destinasi digital apabila mempunyai nilai informatif dan estetis saat diunggah di media digital. Destinasi ini tidak harus merupakan objek dan daya tarik wisata yang sudah populer dan padat pengunjung.
Paling tidak ada lima hal yang dapat menjadikan satu destinasi dapat memenuhi unsur digital. Pertama, objek dan daya tarik wisata yang baru. Banyak wisatawan yang penasaran pada destinasi yang baru, sehingga akan menarik untuk diunggah di media sosial.
Kedua, destinasi wisata yang viral. Kini banyak ditemukan destinasi wisata yang viral di media sosial. Viralitas itu bisa disebabkan oleh alamnya maupun destinasi hidden gem yang mengundang kekaguman wisatawan. Banyak pula wisata kuliner yang diburu pengunjung lantaran viral.
Ketiga, destinasi yang penuh tantangan akan mengundang wisatawan untuk berkunjung dan mengunggahnya di media sosial. Destinasi ini biasanya berupa objek wisata alam maupun wahana wisata yang memacu adrenalin.
Keempat, destinasi digital sering berupa tempat yang memiliki keunikan. Pasar tradisional di banyak tempat sering dijadikan destinasi belanja dan kuliner, karena faktor keunikannya. Pasar terapung Lok Baintan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan sering dijadikan destinasi wisata serta memiliki nilai estetis ketika diunggah di media sosial.
Kelima, destinasi yang memiliki nilai historis dan budaya. Candi, bangunan kuno, museum, dan beberapa tradisi di daerah menarik untuk diunggah di media sosial. Candi Borobudur, bangunan di Kota Lama Semarang, serta tradisi potong rambut gimbal anak-anak di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah menarik untuk dijadikan destinasi digital.
Tantangan
Digitalisasi sektor pariwisata saat ini memang sudah menjadi keniscayaan. Hampir semua rangkaian perjalanan wisata bersentuhan dengan teknologi digital. Mulai dari pemesanan tiket pesawat dan kereta api, akomodasi, serta tiket masuk objek wisata; aplikasi pemesanan telah tersedia.
Meski sudah menjadi tuntutan dalam industri pariwisata, digitalisasi masih menghadapi banyak tantangan. Hal ini patut menjadi catatan bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor pariwisata. Tantangan terbesar dalam pemanfaatkan teknologi digital dalam pariwisata meliputi dua hal.
Pertama, terkait dengan infrastruktur teknologi yang mendukung penerapan teknologi digital. Masih banyak destinasi wisata di daerah yang tidak memiliki aksesibilitas jaringan internet yang baik. Padahal wisatawan selalu ingin mengunggah aktivitas wisata mereka secara langsung melalui media sosial.
Kedua, berkaitan dengan kemampuan SDM pariwisata di daerah yang belum familiar dengan dunia digital. Masih banyak destinasi wisata di daerah yang belum memiliki akun media sosial untuk melakukan promosi wisata.
Oleh sebab itu perlu pemberdayaan dan peningkatan kapasitas SDM pariwisata di daerah agar mampu menguasai digitalisasi pariwisata. Kemampuan bukan hanya secara teknis, namun juga menarasikan destinasi wisata di daerah. Banyak objek wisata di daerah yang dipromosikan secara digital, namun narasinya kurang menarik dan kurang informatif.
Infrastruktur yang belum terbangun secara merata dapat menjadi kendala digitalisasi pariwisata di Indonesia. Padahal secara ekonomis digitalisasi pariwisata lebih efisien dan efektif dalam menarik minat kunjungan wisata.
Perlu upaya yang serius dari pemerintah untuk memacu digitalisasi pariwisata, termasuk digitalisasi di bidang seni budaya daerah dan lingkungan. Dengan demikian wisatawan mendapat informasi lengkap tentang potensi budaya dan upaya pelestarian ekosistem pada destinasi wisata.[T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU