CATATAN BIRU
Para malaikat akan datang
Menjemput tugas yang belum usai
Ketika datang para pahlawan dari abad kesiangan
Sejarah mualai gusar, catatan-catatan di atasnya
Mulai berantakan
Akan datang para pemilik sah segala gelar kehormatan
medan-medan perseteruan pun beraksi atas segala
kejadian di atas belati para penggagas kebenaran
Jarum jam akan menulis kembali catatan yang hilang
Data-data yang belum pernah dipublikasikan
Kelak akan dibentangkan di atas tanah para penjelajah
Ketika seluruh tiket untuk pulang telah dihanguskan
Ribuan jalan yang telah terbentang akan dirobohkan
Percayalah bisikan di telingamu
Memanggilmu atas nama kebenaran
Masjid Jami’, 01 Juli 2024
DARIMU, 2000 TAHUN YANG LALU
Di duniamu orang-orang terperangah melihat isi pesanmu
berdiri di antara bilah pisau sendiri
dan tombakmu yang terhunus
raksasa memang tak pernah datang ke rumahku
tapi mata-mata orang di sini menatapmu penuh kebingungan
skenario yang kau buat merupakan sebuah pertentangan
bahkan terlalu bodoh untuk dinyatakan sebagai alasan
apa yang tertulis di atas surat hidanganmu?
telalu banyak bumbu yang kau masukkan
merobek lidah semua orang
Untukmu 2000 tahun yang lalu
pertanyaanmu telah terjawab
tapi terlalu banyak yang kau renggut
bahkan sebuah akhir kisah yang didambakan
setiap orang
Masjid Jami’, 02 Juli 2024
KARAM
Hasratku terjerat dalam karatan
Tertahan di atas arus melangkah maju
Bukan karena rasa lumpuh,
Tapi dinding ragu telah mengguru
Nurani kekal, bisa terbawa arah
Takut pada noda setetes darah
Memilih tenggelam pada arus yang tenang
Padahal mekanismenya seakan berperang
Terkekang di atas jalan yang telah usang
Segala yang buram adalah terkadang
Bukan pada lurus yang berangsur terang
Kucoba peruntungan baru dengan angin yang kutangkap
Uang koin sudah tak dapat kudekap
Biar sekali, kali ini kugantungkan pada harap
Belum habis asa di lambung kapal
Selama jarum jam tetap merapal
Selama belum putus rajutan akal
selama masih mengalir lautan amal
Sumenep, 2024
RAMBU JALAN
Kau hanya butuh beberapa putaran jam lagi
Untuk menata kembali pondasi dan lubang-lubang pelarian
Kau terlalu memaksa untuk menggali lebih dalam
Tanah yang kau pijak mulai retak di mana-mana
Sedang kakimu tertimbun di bawah tumpukan beton
Menjadi beban pelarianmu, bahkan membuatmu hilang keseimbangan
Apa yang membuatmu terlalu gigih meniti
Jalan yang penuh nestapa?
Padahal kau hanya perlu memutar kemudimu
Rambu-rambu jalan di atas tiang-tiang peristiwa
Selalu menuntunmu dengan perlahan
Masih banyak yang belum kau lihat
Tapi berbagai jalan di benakmu, mulai menusuk isi kepala
Saat sadar, kau harus segera meninggalkan yang tersisa
Kau bahkan tak akan percaya, bahwa nurani kecilmu meronta-ronta
Meminta dengan paksa dan segera
Maka segeralah, kau hanya memilki sebuah kunci untuk setiap pintu yang kau temui
Tidakkah kau muak dengan latar-latar yang tak kunjung berubah
Kaset-kaset yang menumpuk kau hasilkan dari duplikat bekas kakimu
Maka pergilah, jalan ini sudah lelah menyaksikanmu
Sumenep, 30 Juni 2024
SURAT USANG
Kau hanya ingin berbaring di atas hijaunya permadani
Sementara ekor matamu melekat pada hingar-bingar keramaian
Orang-orang sibuk dengan berkas di tangannya
Mereka datang membawa berbagai macam persoalan silih berganti
Kau sudah lelah melihat burung-burung terbang di atas jendela, padahal seekor pun
Tak pernah datang untuk bertengger di dadamu
Maka pergilah, orang-orang tak lagi peduli
Dengan surat-surat yang kau kirimkan, apalagi
Dengan halaman rumah yang kau tinggalkan
Kau hanya terlalu larut memikirkan nasib
Para tetanggamu, nasib orang-orang yang hilang
Saat rumahmu hangus terbakar
Kelak, orang-orang akan membuka kembali
surat-suratmu yang sudah usang
Ketika pondasi rumah mereka mulai runtuh
Dan bunga-bunga tak lagi mekar di pekarangannya
Mereka mencoba menulis di atas secarik kertas
Berharap kau yang sedang berbaring di sana
Terbaca hamparan rumput
Tugasmu telah usai, bibit-bibit yang kau semai
Telah bermekaran
Masjid Jami’, 02 Juli 2024