11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pertunjukan “Wanita Dalam Lukisan”: Ekspresi Perempuan dan Imajinasi yang Lain

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
July 24, 2024
inPanggung
Pertunjukan “Wanita Dalam Lukisan”: Ekspresi Perempuan dan Imajinasi yang Lain

Vio dalam pertunjukan "Wanita Dalam Lukisan" | Foto: Son

GURATAN tak beraturan, abstrak, dengan warna hitam dan merah, membentuk figur perempuan pada kanvas putih yang ditempel di pohon mangga itu, menarik perhatian saya. Pola-pola tak berbentuk dan garis-garis aneh itu diciptakan oleh seorang perempuan muda di depan saya secara langsung—dan spontan, improvisasi.

Pola-pola abstrak tersebut mempresentasikan bagaimana kehidupan telah mendera perempuan sejak ia dilahirkan—bahkan seperti tak ada hentinya. Perempuan itu, dengan gerak tubuhnya yang teatrikal, terus mengoleskan kuasnya pada empat kanvas putih berukuran besar itu.

Perempuan tersebut bernama Vincentia Tunjung Sari, seniman muda asal Yogyakarta yang kini bekerja di kantor Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng. Saat itu ia sedang melakukan pertunjukan dengan tajuk “Wanita Dalam Lukisan” dalam acara Festival Kebyar Kasih Pertiwi: Pagelaran dan Eksebisi Budaya Buleleng yang diselenggarakan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XV Bali-NTB selama dua hari, 20-21 Juli 2024 di Taman Bung Karno, Singaraja.

Vincentia Tunjung Sari bersama lukisannya | Foto: Son

Vincent tak sendiri. Dalam performace art itu ia ditemani dua perempuan penari muda yang merespon secara langsung pola-pola ciptaannya. Dua penari itu meliuk-liuk, menguji diri sampai pada batas tubuh. Tubuh keduanya lentur dan liat.

Seorang penonton ikut serta dalam pertunjukan. Penonton itu mencoret lengan si penari dengan tinta hitam. Ia membentuk garis panjang yang tak putus. Ya, dalam pertunjukan ini, penonton bisa langsung terlibat. Ini memang sudah direncanakan. Penonton dapat langsung merespon apa yang Vincent tawarkan.

Walaupun tak semua isi pikiran dapat tertuang dalam kanvas tersebut, tetapi konsep yang sederhana itu telah membuat banyak mata menafsir, menduga-duga, apa makna yang hendak Vincent sampaikan? Atau yang lebih lugu dan mendasar, apa yang ia gambar?

Melalui bentuk titik yang menjadi satu garis utuh bergelombang, Vincent sedang membentuk tubuh perempuan. Itu juga merupakan simbol bahwa perempuan selalu berada dalam bayang-bayang (tantangan) yang kompleks.

Selama dua hari itu, katanya, ia ingin mengisahkan bagaimana perempuan bisa bertahan dari peluru-peluru masalah yang menghujaninya sejak ia lahir.

Dua perempuan yang menari di hari pertama, misalnya, hanya bisa pasrah ketika penonton melukis di tubuh mereka secara langsung dengan kuas—secara bebas. Hal ini menandakan bahwa tubuh perempuan atau perempuan secara sosial dihujam guratan hidup tak beraturan yang bengis—dan tak jarang mereka memilih pasrah daripada melawan.

Dua penari dalam pertunjukan “Wanita Dalam Lukisan” hari pertama | Foto: Son

“Perempuan selalu didera kehidupan, walaupun di dalamnya ada rahim yang selalu melahirkan kehidupan,” ucap Vincent setelah mengangkat kuasnya dari kanvas, Minggu (21/7/2024) sore.

Ya, rahim perempuan memang melahirkan banyak kehidupan. Tetapi tubuh yang dieksploitasi dan penilaian yang didominasi sudut pandang sosial-kultur patriarki, seperti menjebloskan perempuan ke dalam penjara tanpa pintu. Pengap. Dan jika perempuan babak belur, ke mana biasanya ia pergi menangis?

Tabula Rasa dan Imajinasi yang Lain

Seniman perempuan kelahiran Yogyakarta, 30 Maret 1996, itu memandang bahwa, secara tidak sadar, kenyataan di masyarakat perempuan itu bias bahkan nyaris tak dilihat. “Tapi semakin kita gak dilihat, ternyata banyak hal yang menguatkan kita sebagai perempuan. Karena kita perempuan, misalnya, menjadi seorang ibu dan kemudian kita punya anak, dan anak itulah yang menguatkan kita, begitupun sebaliknya,” ujar Vincent.

Dalam pertunjukannya kali ini, pada hari pertama, Vincent mengaku sekadar membuat pola tanpa konsep, mengalir, tak berbentuk. Sebab, Vinsent menganalogikan perempuan pasca lahir layaknya kertas yang masih kosong.

Dian Ujiana, seniman komik “Beluluk”, ikut menggoreskan karya di kanvas Vincent | Foto: Son

“Kita sebagai manusia, sebagai perempuan, dilahirkan seperti kertas putih. Terus kemudian warna seperti hitam, abu-abu, dan garis kompleks, itu seperti alur kehidupan kita yang macam-macam yang kemudian membentuk kehidupan kita seperti apa di masa yang akan datang,” tuturnya.

Orang-orang berkumpul menonton dirinya melukis, seperti tak ada yang berat di kepalanya. Kuas terus mengalir dari satu kanvas ke kanvas lain, menggoreskan tafsiran cukup pelik. Warna-warna tercecer di kakinya tak beraturan. Dua penari itu, di sela-sela menari, penonton lain mencoret-coret tubuhnya, memberi kesan visual lukisan Vincent menjadi tambah hidup. Musik instrumental mengiringi mereka.

Benar-benar pertunjukan yang hidup. Perempuan tamatan ISI Jogja itu seakan melempar dadu rahasia pada satu arena kecil tempatnya melukis melalui gambar. Orang-orang dibuatnya beradu perkiraan sore hari di sana.

Pikiran Vincent berbeda dengan imajinasi laki-laki dalam melukis, yang klise ketika menggambarkan tubuh perempuan—yang nyaris (hanya) mengeksplorasi tubuh perempuan secara indah, mudah ditebak karena eksotis, misalnya.

Sepertu Salvador Dali yang tergila-gila dengan kemolekan—keindahan tubuh istrinya, Gala. Lantas ia melukis istrinya yang cantik itu. Juga sama dengan Picasso yang demikian, entah berapa banyak tubuh perempuan cantik ia penjarakan dalam kanvasnya.

Seorang anak perempuan sedang mencoret canvas | Foto: Son

Hardiman melalui esainya Perkara Tubuh Perempuan dalam buku berjudul “Eksplorasi Tubuh” (2015) memandang bahwa cara berpikir dalam seni—seperti Salvador Dali dan Picasso—adalah salah satu cerminan dari pada ideologi patriarki, yang disadari atau tidak, hal demikian (masih) dipelihara atas nama kebudayaan.

Dan Vincent seolah ingin mengejek cara pandang konvensional seperti itu jika masih ada. Dia berkata, karena hal demikian hanya membawa ke satu ranah seksualitas yang kering, menjatuhkan perempuan pada nilai yang rendah. Perempuan bukan objek seksual semata—juga bukan objek pariwisata tubuh barangkali. “Ada ranah sosial yang lebih berperan yang membentuk perempuan seperti apa, dan itu bukanlah kebebasan,” katanya.

Keselarasan Intuisi Pelukis dan Penari

Secara sosiologis, Vincent ingin mengisahkan sesuatu melalui caranya melukis yang teatrikal. Pula melalui gambarnya yang tak beraturan tetapi dengan warna-warna penuh simbolik, misalnya, ia benar-benar menyatakan sikapnya sebagai perempuan bahwa di balik keindahan seorang perempuan ada seribu penjara baginya.

“Belum lagi di tengah masyarakat perempuan kerap passif secara eksistensinya—tetapi secara kerja-kerja ritual atau sosial, seakan perempuan harus paling terdepan. Dogma-dogma memenjarakan kehidupan perempuan seutuhnya. Tak ada celah,” kata Vincent. “Lukisan ini satu wacana untuk mewakili perempuan dengan lingkungannya,” lanjutnya.

Dari garis-garis yang abstrak, pendek, atau panjang dan melengkung atau lurus ini, mencipta simbol seringkali ada batasan-batasan yang seolah harus diterima seorang perempuan. Perempuan itu harus begini, atau perempuan itu harus begitu. “Dogma dari orang-orang sekitar adalah sesutu yang terus dikonsumsi oleh perempuan, karena hanya itulah yang tersedia barangkali,” ucapnya lirih.

Vio saat menari dalam pertunjukan “Wanita Dalam Lukisan” hari kedua | Foto: Son

Di sudut kanvas di hari ke dua, penari muda bernama Vio (16) asal Denpasar, melempar wajah dingin tanpa senyum. Menatap sayu kehidupan di depannya, meraba kanvas, mendekap tangan yang kemudian tertunduk, ia menutup geraknya. Napasnya terengah seperti hendak menangis.

Tetapi wajah sedihnya itu, wajah dinginnya, ia lempar bersamaan dengan warna-warna tercecer di kaki sang pelukis. Ia menari begitu kincah, tubuhnya yang lentur menghidupkan simbol yang tergurat di kanvas.

Vio menari-nari dengan indah. Mengisyaratkan bahwa dirinya sebagai perempuan sangat kuat, “Apalagi ada seorang ibu yang menyayangi saya, saya semakin kuat walaupun kadangkala hidup ada gak asyiknya,” ucap Vio setelah menari, Minggu (21/7/2024) sore.

Vincent, pelukis asal Jogja itu, mengakui jika Vio telah menjadi vibes positif bagi dirinya dalam melukis di hari itu. Awalnya Vincent akan menggambar begitu kompleks permasalahan hidup perempuan. Cacian warna merah akan mendominasi guratan garis, pula warna hitam itu. Tetapi ia terbawa permainan Vio, gadis SMA asal Denpasar itu, dalam menari.

“Saya baru sadar, walaupun masalah perempuan itu datang bertubi-tubi, ternyata ada cinta sebenarnya. Vio membawa alasan saya untuk mengakhiri pertunjukan ini dengan cinta. Simbol untuk keluarga, anak, suami, ibu, dan lainnya yang memberi dukungan agar perempuan menjadi semakin kuat. Jadi, saya tambahkan warna pink—untuk cinta,” tutup Vincent.[T]

Editor: Jaswanto

Ayu Laksmi dan Nyanyian-nyanyian Pemuja Semesta
Gong Mebarung Wahana Santhi dan Santhi Budaya di Singaraja: Wiranjaya yang Masih Tetap Memberi Pertanyaan
Festival Kebyar Kasih Pertiwi: Ajang Kolaborasi, Ekspresi, dan Apresiasi Kebudayaan
Tags: Balai Pelestarian KebudayaanBPK Wilayah XV Bali-NTBFestival Kebyar Kasih Pertiwi
Previous Post

Menepis Simplifikasi MBKM di Perguruan Tinggi

Next Post

Jangan Lihat Sajak Angga Wijaya dari Sisi Dia Penyintas Skizofrenia! — Dari Peluncuran Buku “[Bukan] Anjing Malam”

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Jangan Lihat Sajak Angga Wijaya dari Sisi Dia Penyintas Skizofrenia! — Dari Peluncuran Buku “[Bukan] Anjing Malam”

Jangan Lihat Sajak Angga Wijaya dari Sisi Dia Penyintas Skizofrenia! -- Dari Peluncuran Buku “[Bukan] Anjing Malam”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co