30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nyoman Sujena, Bima yang Nyakcak Sekuni itu Kini Nyujur Sunialoka

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
July 15, 2024
inKhas
Nyoman Sujena, Bima yang Nyakcak Sekuni itu Kini Nyujur Sunialoka 

In Memoriam Nyoman Sujena

SETELAH ditutupnya Pesta Kesenian Bali (PKB) 2024, kita mendapat kabar duka. Salah seorang seniman legendaris yang punya peran besar “menghidupkan” PKB pada era tahun 1980 hingga 1990-an, telah tutup usia, nyujur sunialoka. Ia adalah I Nyoman Sujena.

Nyoman Sujena, kelahiran Tabanan, 31 Desember 1949 itu, itu berpulang Minggu, 14 Juli 2024.

“Bapak mandi sekitar pukul 9 malam, dan kami baru ngeh pukul 12.00 malam, Bapak  sudah tak bernafas di kamar mandi,” kata Ni Ketut Ayu Sekariati, istri Nyoman Sujena, saat dihubungi Senin, 15 Juli.

Ayu Sekariati mengatakan, suaminya selama ini tidak mengalami sakit apa pun. Keadaannya sehat-sehat saja, dan biasa melakukan akvitas kesehariannya.

Masyarakat Bali yang setia menonton PKB sekira tahun 1980 hingga 1990-an pastilah kenal Nyoman Sujena. Atau jika tak kenal orangnya, masyarakat Bali saat itu pasti kenal tokoh Bima dalam garapan sendratari Pemerintah Daerah (Pemda) Bali dan Kokar saat itu, yang selalu mengguncang panggung terbuka Ardha Candra saat PKB di Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar. Nyoman Sujena-lah yang berperan sebagai tokoh Bima itu.

Nyoman Sujena (kanan) berperan sebagai Bima bersama Made Mundra berperan sebagai Sekuni | Foto: Ist

Adegan yang paling diingat pada sendratari itu adalah adegan “Sekuni cakcak Bima” atau tokoh Sekuni yang dipukul habis oleh Bima. Dua tokoh itu, Sekuni yang diperankan I Made Mundra dan Bima yang diperankan Nyoman Sujena, adalah tokoh yang terkenal dan menjadi primadona di masa itu.  

Saking terkenalnya sendratari dengan dua tokoh ikonik itu, PKB saat itu seperti identik dengan sendratari. Jika tak ada sendratari, PKB bisa dianggap “tak punya nyawa” saat itu.

Nyoman Sujena, Menari Sejak Kanak-kanak

I Nyoman Sujena merupakan seniman tari asal Banjar Gulingan, Desa Antosari, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan. Pada PKB ke-43 tahun 2021, ia dianugrahi penghargaan “Adi Sewaka Nugraha” oleh Pemerintah Provinsi Bali.

Penghargaan itu dianugrahkan atas pengabdian, kegigihan, dan semangatnya dalam membina, melestarikan dan mengembangkan seni tari. Selain sebagai guru, ia bersama istri dan anaknya juga mengelola sanggar seni.

Semasa kecilnya, Nyoman Sujena tidak pernah membayangkan menjadi seorang seniman. Hanya saja, saat duduk di kelas V SD 1 Antosari, ia kerap bermain barong-barongan bersama teman-temannya. Barong itu dibuatkan oleh I Regug yang bentuk dan rupanya sangat sederhana, namun dapat membuat mereka senang.

Regug merupakan seniman otodidak yang piawai menggambar, membuat tapel, dan membuat grantang (gamelan rindik). Karena multi talenta itu, Sujena sangat mengagumi Regug sebagai seniman otodidak.

“Tokoh I Regog itulah yang memberikan saya “lawat” (inspirasi) dalam berkesenian,” kata Sujena ketika sempat diwawancarai beberapa tahun lalu.

Barong yang dibuat I Regug itu begitu sederhana dengan bahan dari ambu (daun enau muda), namun banyak yang menanggapnya atau mengupahnya untuk pentas. Masyarakat menyebutnya dengan Barong Jengki, karena bentuknya kecil namun menarik.

Sujena dan teman-temannya sering pentas dengan barong yang tidak terlalu mewah itu. Bahkan, sampai keluar areal desanya. Walau banyak yang menanggap, namun ia tetap memilih pentas pada saat libur sekolah.

Sebagai penari barong cilik, saat itu Nyoman Sujena banyak mendapatkan pujian. Sekaa ini memanfatkan gamelan tingklik (gamelan bahan bambu) sebagai iringan. Sekaa itu biasa mengangkat cerita Tuwung Kuning yang diakhiri dengan pertempuran barong dan rangda jelmaan Pan Tuwung Kuning dan Dadong Tuwung Kuning.

Nyoman Sujena | Foto: Ist

Setelah melanjutkan pendidikan ke SMP 1 Antosari, anak ketiga dari lima saudara dari pasangan I Wayan Sadra dan Wayan Sitiarsi ini justru menyukai seni menggambar. Ia rajin menggambar tokoh-tokoh pejuang, seperti Bung Karno, Sudirman, maupun tempat suci, seperti Pura Tanah Lot.

Walau menggunakan media kertas dan pensil, hasil goresannya biasa dipajang di kelas. Setelah dilihat oleh Kepala SMP 1 Antosari, ia kemudian diarahkan agar melanjutkan ke Konservatori Karawitan Indonesia (Kokar) Bali (kini SMKN 3 Sukawati) untuk memupuk bakat seni menggambar itu.

Saat itu, Nyoman Sujena menanggapi dingin. Ide dari kepala sekolah itu tidak pernah ia pikirkan untuk memilih sekolah seni itu. Hanya saja, menjelang tamat SMP, Nyoman Sujena sempat kagum menyaksikan pentas Sendratari Kokar di desanya. Hal itulah yang mendorongnya untuk menimbang kembali saran kepala sekolahnya masu sekolah seni.

Setamat SMP, ia kemudian nekat ke Denpasar. Ia mendaftar ke sekolah seni milik masyarakat Bali itu. Ia bertanya kepada kusir dokar di mana lokasi sekolah seni itu, lalu meminta untuk diantarkan ke sekolah itu. Ia sempat bingung, karena diajak ke pura.

Sekolah Kokar itu mirip seperti pura, karena lebih banyak menggunakan ukiran dan simbol-simbol dalam arsitektur Bali. Ia langsung diterima tanpa melalui tes. Kata Sujena saat itu, ia diterima bukan karena ia pintar menari, tetapi karena memang sekolah itu sedang membutuhkan siswa.

Ketika kelas dimulai, ia tercengang melihat guru-guru yang jago menari Bali. Termasuk teman-temannya yang sebagain besar sudah menguasai tari. Sementara ia sendiri, hanya bermodal niat dan semangat saja, sehingga merasa minder, dan sempat hendak memutuskan untuk pindah.

Untung saja, ada temannya, Alit Susandi, menahan Sujena untuk melangkah keluar sekolah. Bahkan, temannya itu menyatakan bersedia mengajari Sujena menari Baris. Sejak itulah Sujena mengisi dirinya dengan belajar menari di luar sekolah, dan melakukan latihan secara terus-menerus hingga menguasai dasar-dasar tari.

Sujena dalah putra pemilik Sekolah Penjahit Harmonis di Bajera. Ia memang tak begitu lihai menari, tetapi dalam urusan pelajaran ia tergolong pintar, sehingga selalu terpilih sebagai Juara umum I. Seriring dengan prestasi itu, ia kemudian didapuk sebagai Ketua OSIS yang sering memimpin teman-temannya dalam pageleran.

Ia sendiri tidak ikut menari, namun ia sangat telaten mengkoordinasi teman-temannya. Pada 1969, ia memimpin teman-temannya saat Kokar melakukan pagelaran keliling Indonesia Timur bersama PT Pelayaran Nusa Tenggara, seperti ke Sulawesi, Lombok, Sumbawa, Sumba, Alor, Aru, Timor, dan Makasar.

Meskipun tak piawai menari, Sujena beberapa kali mengalami kejadian yang memaksanya untuk ikut menari. Pengalaman-pengalaman itu justru menjadi pelajaran berharga baginya. Sebut saja saat pementasan Sendratari “Rajapala” di Makasar.

Sujena dipaksa ikut menari dan memerankan tokoh pedagang ayam. Tanpa disadari, ayam itu lepas, sehingga ia harus berjuang dengan segala upaya untuk bisa menangkap ayam itu. Adegan menangkap ayam itu tanpa skenario, namun penonton senang dan tertawa saking lucunya. Pertunjukan itu menjadi lebih hidup.

Pengalaman lain yang menjadi pelajaran lagi bagi Sujena, yakni ketika diminta tolong merias Alit Susandi yang diundang pentas pada salah satu sekolah. Sampai di lokasi, Sujena bukannya lantas merias Ali Susandi, justru disuruh menari. Sementara Alit Susandi yang meriasnya.

Walau saat itu tahu paileh Tari Jauk, tetapi ia belum menguasai tenaga. Maka wajar, rasa tegang, degdegan mewarnai pementasannya. Diakhir pentas ia jatuh tersungkur. Menariknya, pengalaman itu bukannya membuatnya kapok, justru menjadi lebih semangat berlatih.

Sujena kemudian belajar tari dengan I Nyoman Kakul dari Desa Batuan Gianyar, juga belajar pada Ida Bagus Raka dari Bongkasa, Badung dan Ruwit, seniman Jauk di kampungnya. Ia rela naik sepeda gayung berpuluh kilometer untuk bisa mendapatkan ilmu seni itu. Sujena berkali-kali mengaku bahwa ia senang mempelajari stil tari yang berbeda-beda.

Sujena sempat pula belajar pada seniman topeng, Repet, di Kediri, Tabanan. Ketika I Wayan Beratha membuat Sendratari Mahabrata dengan kisah Arjuna Tapa, ia dilatih sebagai penari Bima. Ia mampu memerankan tokoh Bima dengan baik.

Demikian pula saat I Wayan Beratha membuat sendratari Ramayana, Sujena didapuk menjadi penari Rahwana. Semenjak itu, ia terkenal sebagai penari Rahwana, hingga sering diminta untuk ngayah di banjar-banjar, hotel serta di Kokar. Ia akhirnya tamat Kokar pada 1970.

Sujena lalu melanjutkan ke Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar–kini ISI Denpasar. Di kampus seni itu, ia lebih banyak mendapatkan teori tentang penciptaan seni tari, termasuk pengenalan seni kontemporer dan modern.

Ia banyak mendapat ilmu dari Prof. I Made Bandem dan Prof. I Wayan Dibia. Ilmu menganalisis tari semakin dikuasainya, bahkan ia menemukan kunci ngunda bayu dalam menari Bali. Hal itu ia temukan setelah menari barong di desanya hingga karauhan. Ia merasakan seberapa tenaga yang dikeluarkan pada saat karauhan, lalu itu dipratikannya di atas panggung.

Nyoman Sujena mempergakan gerakan tokoh Bima | Foto: Ist

Saat masih menjadi mahasiswa. Ia dipercaya sebagai duta seni untuk mempromosikan Bali di India, Jerman, Italia, Roma, dan New Kali Dunia. Ia dipercaya mengisi acara Bina Tari TVRI sekitar 1972 bersama seniman senior lainnya.

Perkenalannya dengan Sardono dan Zal Murgianto memberinya tambahan ilmu, khususnya dalam dunia seni kontemporer. Bahkan, Sujena sempat dipilih sebagai penari kontemprer bersama Sardono yang mendapatkan kesempatan pentas di Amtersdam, Roterdam, Perancis, dan Iran sekitar tahun 1973.

Setelah tamat ASTI pada 1975, ia lebih banyak melakukan pagelaran dan melatih tari di banjar. Pada 1977, ia kembali dipercaya Sardono menari kontemporer di Jepang. Selanjutnya, Sujena diangkat menjadi guru Kokar pada 1976, khusus mengajar teknik tari laki, seperti tari Baris, Topeng, Jauk dan lainnya.

Pada tahun 1980-an, Kokar kemudian mempercayainya menampilkan sendratari dalam ajang PKB. Selain sebagai penggarap tari bersama, ia juga didapuk sebagai penari yang memerankan tokoh Bima. Tugas itu ia lakukan setiap tahun, sehingga telah mengumpulkan segudang penghargaan seni.

Bersamaan dengan itu pula, ia menyelesaikan pendidikan di ISI Yogyakarta pada 1987 dengan menyandang gelar Sarjana Seni Tari (SST). Setelah Kokar pindah lokasi ke Batubulan, Sukawati, Gianyar, Sujena lalu dipercaya mengajar koreografi.

Aktivitas menggarap sendratari secara berkelompok masih dilakukannya setiap tahun. Ia juga mendirikan Sanggar Tari Bali yang dilanjutkan dengan membuka usaha penyewaan busana tari. Ruang kosong di rumahnya, yakni di Jalan Gadung Gang 11 No 4 Denpasar sebagai studio latihan. Sanggar itu memiliki jadwal pentas ke Jepang setiap empat kali dalam setahun.

Sebagai seniman berpengalaman, ia telah mengumpulkan segudang penghargaan, mulai dari Himpunan Seniman Remaja, Bupati Badung, Bupati Gianyar, penghargaan sebagai Pembina Pawai PKB, penghargaan dari hotel, sponsor Jepang, penari dan penghargaan sebagai pembina tari.

Menjelang masa pensiun pada 2009, ia sempat melakukan lawatan ke Australia untuk menampilkan tari Bali. Masa pensiun dimanfaatkan untuk melatih anak-anak menari Bali. Namun, setelah pandemi Covid-19, kegiatan itu terhenti. Ia hanya merawat kostum busana tari miliknya.

Kini, kita kehilangan sosok seniman besar yang rendah hati itu. Selamat jalan, Pak Man Sujena, tarikanlah Bima hingga ke sorga. [T]

Reporter: Pan Amri
Penulis/Editor: Adnyana Ole

Ia Blencong, Ia Kelir Wayang yang Penuh Getar — In Memoriam Dalang Bapa Sija
In Memoriam I Made Subandi : Dia Tidak Benar-benar Meninggalkan Kita


Tags: in memoriamKokar BaliPesta Kesenian Balisendratariseni pertunjukan
Previous Post

𝗖𝗘𝗖𝗘𝗞 𝗝𝗔𝗝𝗔 𝗦𝗔𝗠𝗨𝗔𝗡 𝗕𝗔𝗡𝗧𝗘𝗡 𝗦𝗔𝗥𝗔𝗦𝗪𝗔𝗧𝗜

Next Post

Dalang Bali: Manipulator dengan Keahlian dan Misteri “Makebang-kebang”

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Kepopuleran Pengundang Leak Dalam Wayang Calonarang

Dalang Bali: Manipulator dengan Keahlian dan Misteri “Makebang-kebang”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co