30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

𝗖𝗘𝗖𝗘𝗞 𝗝𝗔𝗝𝗔 𝗦𝗔𝗠𝗨𝗔𝗡 𝗕𝗔𝗡𝗧𝗘𝗡 𝗦𝗔𝗥𝗔𝗦𝗪𝗔𝗧𝗜

Sugi LanusbySugi Lanus
July 14, 2024
inEsai
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

– 𝗦𝘂𝗴𝗶 𝗟𝗮𝗻𝘂𝘀 [Salah satu lembar catatan harian yang ditulis ketika kuliah S1 tahun 1992-1997, untuk mengenang Mpu Lutuk].

(I)

Bila ibu saya membicarakan perihal leluhur, ida batara, dan hal-hal spiritual lainnya, atau sedang sembayang — dan bersamaan dengan itu cecak berbunyi, ibu biasanya menanggapi atau menyahuti suara cecak itu dengan jawaban: “patut”.

Kebiasaan ini konon turun-temurun didapatkan, dan memberikan semacam kelegaan bila mengungkapkannya. Semacam keyakinan atau kepercayaan ini pun menurun kepada saya. Lalu saya pun biasanya menyahuti cecak bila membicarakan perihal spiritual-mistis, walaupun suara “parut ” itu tidak saya ucapkan seperti yang ibu saya lakukan; saya biasanya menyahuti suara cecak itu dengan ungkapan: “patut”, dalam hati saja.

Kalau dengan kata “patut” saja adalah ungkapan ibu saya dalam menanggapi suara cecak itu, selanjutnya saya mengenal ada orang lain yang menanggapi cecak seperti ibu saya, namun dengan ungkapan yang lebih panjang: “Singgih Saraswati”.

Setelah saya mengenal ungkapan yang lebih panjang dan mengkaitkan suara cecak dengan keberadaan Sang Hyang Aji Saraswati, terasa lebih menarik secara spiritual di benak saya. Terlebih setelah saya mengetahui dalam banten Sarawati terdapat jaja samuan berupa dua ekor cecak dengan telur dan sarangnya, maka lengkaplah kait-mengkait cecak dengan Sang Hyang Saraswati.

Belakangan, saya mendengar sebuah kupasan menarik tentang arti keberadaan makna jajan samuan yang berupa cecek dalam banten Saraswati ini.

Dikatakan, cecak dalam bahasa Bali adalah cecek. ‘Cecek’ sama dengan carik: satu carik sama dengan tanda koma, dua carik sama dengan titik. Dalam aksara Bali cecek juga memberikan suara ‘ng’ dalam peranannya sebagai busana aksara.

Demikianlah, cecek dalam aksara Bali menjadikan aksara lain berdengung, sebagai dengung bijah mantra, sebagai dengung suara kumbang hitam. Konon, merupakan dengung suara semesta.

(II)

Terlihat di sini ada tiga runutan peristiwa:

Pertama, adanya kepercayaan akan suara cecak sebagai ukuran kebenaran keadaan yang diwariskan secara turun-temurun dengan lisan dalam masyarakat Bali.

Kedua, bertemunya kepercayaan yang turun-temurun masyarakat Bali ini dengan pengaruh keyakinan teologis India pada Dewi Saraswati. Dan kepercayaan yang diwariskan turun-temurun dalam masyarakat Bali tentang cecak ini, selanjutnya direkam dalam bentuk sajen atau perangkat ritual; dalam bentuk jaja saman berupa dua ekor cecak dengan telur dan sarangnya sebagai simbol atau lambang dalam banten Saraswati.

Ketiga, adanya pengetahuan aksara atau keberaksargan memberikan peluang dikupasnya kembali makna simbol atau lambang yang bersumber dari tradisi lisan ini. Pengetahuan tulis atau aksara memberikan kemungkinan untuk membahasakan kembali secara spiritual-filosifis simbol dan lambang yang terdapat cecak dalam banten Saraswati.

(III)

Tidak semua teman-teman sebaya saya yang terlahir era 70-an secara langsung tahu adanya kepercayaan dan kebiasaan menyahuti cecak ini dari orang tuanya, apalagi generasi 80-an atau 90-an. Dan hampir selalu ada semacam yang ‘path’ dari ketiga runutan peristiwa yang terjadi.

Kalau mereka tahu adanya peristiwa pertama: kepercayaan akan suara cecak sebagai ukuran kebenaran keadaan dan kebiasaan menyahutinya, mereka ada yang tidak tahu adanya peristiwa kedua: jajan saman yang berupa cecak dalam benten Saraswati. Sehingga bagaimana mungkin mereka berpikir bahwa peristiwa kedua: sebagai kelanjutan adanya jajan samuan yang berupa cecak sebagai lanjutan dari peristiwa pertama.

Kalau mereka tahu peristiwa pertama dan peristiwa kedua, kadang mereka tidak berpikir untuk mengkaitkannya.

Ditambah dengan pengetahuan bahasa dan aksara Bali di kalangan generasi yang terlahir tahun 70-an dan tahun 80-an semakin merosot, maka peristiwa pertama akan berhenti sampai peristiwa kedua.

Akibat pengetahuan yang tidak mendalam pada bahasa dan aksara Bali, kecil kemungkinan mendapat mengupas kembali makna peristiwa kedua: Apa makna dan arti simbol atau lambang jajan samuan yang berupa dua ekor cecak dalam banten Saraswati?

Mereka tidak dapat memasuki peristiwa ketiga, yaitu: mengupas dan membahasakan makna dan arti simbol dan lambang yang merupakan rekaman kepercayaan masyarakat yang turun-temurun dan bertemu dengan keyakinan teologis tentang Dewi Saraswati yang merupakan pengaruh pre-modern India.

Bila terjadi hal seperti ini, proses budaya mengalami stagnanasi atau berhenti mengambang sampai di sini.

Jaja samuan berupa cecak dalam banten Saraswati nasibnya akan memperihatinkan, makna simbol dan lambangnya menjadi tak lebih sebagai hiasan atau pernik-pernik sesajen yang harus dilaksanakan karena mula keto.

Ungkapan mula keto memang lahir dari situasi seperti ini. Ketika masyarakat tak lagi bisa membahasakan atau mengupas nilai-nilai dari sajen-sajen dan perangkat-perangkat ritual lainnya merupakan simbol dan lambang dari suatu kepercayaan, dan atau kristalisasi makna tatwa atau nilai-nilai religious-filosofis — setidaknya dalam keyakinan saya!

Jajan samuan yang berupa cecak dalam banten Saraswati hanyalah sebuah contoh saja dari kekayaan perangkat-perangkat ritual masyarakat Bali yang melimpah ruah.

Tantangan kita selanjutnya adalah bagaimana agar sajen, banten dan simbol atau lambang yang terdapat dalam perangkat-perangkat ritual masyarakat Bali tidak hanya berhenti sebagai mula keto saja. Untuk itu, mungkin semestinya kita secara bersama berupaya mengembangkan semacam “hermeneutik cara Bali” untuk mengupas dan membahasakan simbol-simbol dan lambang-lambang in kembali secara religious-filosofis.

Kupasan-kipasan inilah yang perlu kita wariskan sebagai pendamping pewarisan bebantenan, canang, sajen-sajen, dan perangkat-perangkat ritual yang ada. Sungguh bahan-bahan, rupa dan bentuk, isi, dan nama dari sajen, banten, dan perangkat-perangkat ritual masyarakat Bali adalah lautan luas pengkristalan nilai-nilai religious-filosofis yang tak habis-habis untuk kita renungi. [T]

BACA artikel lain dari penulisSUGI LANUS

MEDITASI TENGKORAK
SEBARIS DOA | Catatan Harian Sugi Lanus
GORIS PUN PERNAH SALAH MENULIS BESAKIH
Tags: Dewi SaraswatiHari Raya SaraswatiHari Saraswati
Previous Post

Guru, Ojol, dan Cerita Tentang Pekerjaan Sampingan

Next Post

Nyoman Sujena, Bima yang Nyakcak Sekuni itu Kini Nyujur Sunialoka

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
Nyoman Sujena, Bima yang Nyakcak Sekuni itu Kini Nyujur Sunialoka 

Nyoman Sujena, Bima yang Nyakcak Sekuni itu Kini Nyujur Sunialoka

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co