SETELAH menempatkan sepeda motor di parkiran, saya bergegas menuju tempat pementasan, menerobos hujan menggunakan jas hujan 15 ribuan. Saya berjalan pelan-pelan, perhatian saya fokus di jalan. Bukan karena saya takut air yang menggenang, atau kubangan-kubangan yang beberapa kali saya temukan. Saya takut ada clegongan yang samar-samar tak kelihatan. Jika saya jatuh dan terjerembab, pastilah rasanya sangat menyakitkan.
Malam itu, Rabu, 3 Juli 2024 saya merapat ke Panggung Terbuka Ardha Chandra, Taman Budaya Provinsi Bali, untuk menyaksikan penampilan Gong Kebyar Dewasa Yayasan Lilanjani Kerta Bumi, Banjar Belumbang Kaja, Desa Belumbang, Kecamatan Kerambitan sebagai Duta Kabupaten Tabanan.
Duta Tabanan itu tampil bersama alias mebarung dengan gong kebyar duta dari Kabupaten Jembrana, yakni Paguyuban Seniman Muda (PSM) Jembrana, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo.
Pementasan Gong Kebyar Dewasa Yayasan Lilanjani Kerta Bumi yang saya jagokan itu sangat mengagumkan. Ulasan pementasan gong kebyar duta Tabanan itu sudah saya tulis di tatkala. Baca saja:
Namun penampilan Paguyuban Seniman Muda (PSM) Jembrana juga tak kalah. Seniman-seniman muda dari Bali Barat itu menampilkan tabuh kreasi pepanggulan dengan judul “Sikut Oton”, lalu tabuh kreasi kekebyaran dengan tajuk “Ceburan Mesehe” dan terakhir menampilkan Fragmentari Wiweka Ala yang mendapat tepuk tangan meriah dari ribuan penonton.
Tabuh Sikut Oton dimainkan secara atraktif dengan susunan melodi yang memanjakan telinga. Sementara itu, Tari Kreasi Kekebyaran “Ceburan Mesehe” terdengar unik karena terinspirasi dari suara Air Terjun Mesehe di Banjar Pasatan, Desa Pohsanten, Jembrana. Karya ini mempertunjukkan gerakan tari dan musik yang dinamis untuk menggambarkan keeksotisan dan keanggunan dari Air terjun Ceburan Mesehe.
Fragmentari Wiweka Ala yang ditampilkan duta dari Kabupaten Jembrana ini juga memikat. Ini sebuah karya yang menggambarkan karakter Pan Balang Tamak dalam cerita tradisional Bali. Karya ini menyoroti kecerdikan dan strategi yang diambil untuk menghadapi tantangan, memberikan pesan moral dalam kesusastraan Bali.
Saya yakin sudah banyak yang mengulas tentang pementasan yang mereka sajikan. Namun dalam tulisan ini saya mengulas hal lain. Saya cukup terkesan dengan warna pakaian yang mereka kenakan.
Di dalam benak saya, warna atasan mereka malam itu menimbulkan keraguan dan perdebatan. Apakah itu warna perak atau warna biru, atau jangan-jangan warna perak kebiru-biruan atau biru keperak-perakan? Sampai akhirnya saya berujung pada sebuah kesimpulan. Silvery blue menjadi jawaban dan perdebatan saya dengan diri saya sendiri pun dapat diselesaikan.
Jika jawaban itu salah, mohon maaf sebelumnya dan mohon dibenarkan. Namun, yang jelas, warna pakaian mereka memancarkan keindahan. Warna tersebut tidak hanya memperindah penampilan, namun juga membawa kesan magis yang menenangkan.
Sekaa gong kebyar dewasa dari Paguuban Seniman Muda Jembrana saat tampil di PKB 2024 | Foto: Dok Peguyuban
Saya merasa warna pakaian mereka menyerupai kilauan batu biduri bulan, atau cahaya bulan di malam hari yang memancarkan keindahan. Saat berada di bawah pencahayaan, ada efek reflektif yang muncul dari pakaian yang mereka kenakan. Efek tersebut cukup menarik perhatian, menciptakan tampilan yang dinamis dalam kehidupan.
Kombinasi warna abu kebiru-biruan atau biru keabua-abuan tersebut juga menghadirkan kesan elegan. Warna tersebut sering diaktikan dengan sophistication dan kemewahan, membuatnya sangat cocok untuk dijadikan pakian yang ingin menonjolkan kewibawaan, atau kesan tampan dan rupawan.
Warna silvery blue tersebut dipadukan dengan warna-warna lain yang saling menghidupkan, seperti udeng berwana coklat muda, atau bawahan berwarna kuning keemasan. Mereka memadukan kontras yang menarik dan memperkaya tampilan secara keseluruhan. Daya tarik tentu saja mengalami peningkatan. Visual dari pakaian yang mereka kenakan pun tampak lebih mencolok namun tetap mempesona penuh kewibawaan.
Di samping itu, unsur biru pada warna pakaian yang mereka kenakan juga memberi kesan ketenangan, kedamaian, dan kestabilan, sementara warna perak menghadirkan melahirkan kesan kebijaksanaan dan kemurnian. Kombinasi dua warna tersebut memberi kesan positif dan menyenangkan, yang secara psikologis menarik bagi orang-orang kebanyakan. Tak heran, mereka dapat tampil dengan sangat menakjubkan, memukau sekian banyak penonton yang jumalhnya bisa jadi ratusan bahkan ribuan.
Pada akhirnya, kehadiran Paguyuban Seniman Muda Jembrana tidak hanya sebagai sebuah pertunjukan atau pementasan., tapi juga sebuah perayaan terhadap kegantengan, kegagahan, dan keelokan dalam berpenampilan.
Sekaa gong kebyar dewasa dari Paguuban Seniman Muda Jembrana saat tampil di PKB 2024 | Foto: Dok Peguyuban
Setiap kilauan yang muncul dari pakaian yang mereka kenakan, meninggalkan kesan tersendiri pada pementasan yang mereka bawakan penuh kebanggaan. Mereka juga menjadi pengingat bahwa warna-warna yang akan dihadirkan dalam berkesenian harus saling menghidupkan, harus sangat diperhitungan, tidak bisa sembarang diputuskan, atau seenaknya ditentukan tanpa adanya pertimbangan.
Hari itu, hujan-hujan yang turun dari pagi meinggalkan genangan, sementara pakaian yang Paguyuban Seniman Muda Jembrana meinggalkan kesan dan kenangan. [T]
Editor: Adnyana Ole
Baca artikel lain dari penulisJULIO SAPUTRA