SALAH satu kunci sukses siswa dalam belajar adalah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya. Masuk ke jenjang pendidikan baru yang lebih tinggi merupakan pengalaman dan tantangan baru bagi seorang siswa. Tak terkecuali bagi siswa TK/PAUD yang baru memasuki jenjang SD.
Memasuki jenjang SD tidak hanya soal persiapan kemampuan akademis. Namun lebih dari pada itu banyak factor lain yang harus dipersiapkan oleh seorang siswa. Tidak jarang banyak kasus siswa yang sebenarnya “cerdas” sempat down ketika awal masuk ke SD. Beberapa factor penyebabnya diantaranya belum siap menghadapi lingkungan baru.
Lingkungan baru yang dimaksud sangatlah kompleks mulai dari teman, guru, ruang kelas dan cara belajar. Siswa TK atau PAUD yang tidak diperkenalkan lebih dulu dengan lingkungan baru yang ada di SD tersebut cenderung tidak siap di awal memasuki sekolah.
Siswa pada jenjang PAUD sudah terlanjur terbiasa dengan lingkungan sekolah yang selama ini mereka rasakan, mulai dari guru dan teman yang biasa ditemui, ruang kelas yang “meriah” dan cara belajar yang masih dilakukan sembari bermain.
Pemerintahpun tak tinggal diam akan hal ini. Program transisi dari PAUD ke SD yang menyenangkan mulai gencar di sosialisasikan. Beberapa poin dari program tersebut diantaranya:
(1) Kegiatan bermain terstruktur yang berisi Integrasi kegiatan bermain yang dirancang untuk mengajak anak-anak berinteraksi dan berkolaborasi satu sama lain.
(2) Penggunaan cerita dan lagu yang berisi cerita-cerita dan lagu-lagu yang menyenangkan untuk membantu anak-anak memahami proses transisi mereka.
(3) Kunjungan ke sekolah yang berisi rencanakan kunjungan ke sekolah baru sebelum tahun ajaran dimulai.
(4) Kegiatan orientasi yang berisi kegiatan orientasi khusus untuk anak-anak dan orang tua di mana mereka dapat belajar tentang kegiatan sehari-hari di SD, seperti jadwal pelajaran, peraturan sekolah, dan sarana yang tersedia.
(5) Membuat teman baru yang berisi facilitasi interaksi antara anak-anak yang akan masuk SD dengan rekan-rekan seumur mereka.
(6) Pembiasaan dengan rutinitas yang berisi bantuan anak-anak untuk memahami dan membiasakan diri dengan rutinitas baru yang akan mereka hadapi di sekolah.
(7) Mendukung kemandirian yang berisi pengembangkan kemandirian dengan memberi mereka tanggung jawab kecil, seperti merapikan mainan mereka atau mempersiapkan perlengkapan sekolah mereka sendiri.
(8) Pendekatan berbasis permainan yang berisi pembelajaran berbasis permainan di mana konsep-konsep akademis disampaikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik.
(9) Dukungan emosional yang berisi dukungan emosional yang tersedia bagi anak-anak yang mungkin merasa cemas atau khawatir tentang transisi mereka. Poin-poin program tersebut membutuhkan perlibatan dan dukungan aktif dari berbagai pihak seperti pemerintah, guru, sekolah dan orangtua. Tanpa adanya dukungan aktif maka program tersebut tidak bisa dijalankan.[T]