“Kak, untuk wawancaranya nanti jam delapan lebih ya, Kunti ada kelas mendadak soalnya. Maaf nggih.”
ITU jawaban Kunti Afrida Maharani saat dihubungi lewat WA, beberapa hari lalu. Sebelumnya, kami sepakat bertemu di Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Singaraja, untuk membicarakan prestasi yang baru saja diraihnya.
Dan, sebagai orang yang mempunyai kepentingan dengannya, tentu saya sudah berada di rumah yang beralamat di JL. Abimanyu, Banjar Tegal, Buleleng, Bali itu lebih awal dari jam yang sudah ditentukan.
Di Sekret HMI—begitu orang-orang menyebutnya—malam itu, tak seperti biasanya. Sepi dan sunyi. orang-orang berlalu-lalang, lewat begitu saja. Saling bertegur bila bertemu, tapi lewat senyuman. Di kejauhan, selain suara-suara malam, lamat-lamat terdengar lolongan anjing, seakan ditujukan kepada bintang-bintang yang hendak memberanikan diri untuk muncul.
Tapi tak berselang lama, perempuan muda itu muncul. Senyumnya merekah seiring langkah kakinya yang gemulai. Di tangannya, sebungkus makanan dan beberapa botol minuman ringan dibawanya. Semakin dekat ia, semakin terasa pula udara meraba dinding-dinding yang mulai retak.
Kunti Afrida Maharani, Pemenang Putri Hijabfluencer Bali 2024 | Foto: Dok. Kunti
“Ini, Kak, dimakan. Maaf sudah menunggu,” ucapnya dengan malu-malu.
Kunti, begitu ia akrab dipanggil. Gadis cantik kelahiran Banyuwangi, 3 Juni 2005 itu, baru saja sukses menyematkan “Putri Hijabfluencer Bali” ke dalam namanya. Meskipun gelar tersebut tak mungkin dapat disematkan pada nama di KTP-nya, tetapi, prestasi itu patutulah dibanggakan.
Ia bercerita, pada awalnya tidak mengetahui apa itu Putri Hijabfluencer Bali. Perkenalannya dengan ajang perlombaan perempuan muslimah itu berawal dari ajakan seorang teman. Kata temannya itu, Putri Hijabfluencer Bali merupakan sebuah wadah bagi perempuan muslimah yang akan dididik menjadi seorang penggerak perubahan.
Sekadar informasi, Putri Hijabfluencer Bali merupakan cabang regional dari Putri Hijabfluencer Indonesia yang didirikan oleh Lidya Agustin pada tahun 2015 yang lalu. Kontes kecantikan itu merupakan wadah untuk mencetak perempuan-perempuan muslimah yang melek akan informasi dan tekhnologi, wawasan pengetahuan, serta trend fashion dengan tetap berada dalam koridor syariat agama Islam.
Ya, siapa sangka. Di Bali, selain Jegeg Bagus Balidan Putra-Putri Kampus—sebagai ajang perlombaan muda-mudi Bali—ternyata juga ada Putri Hijabfluencer sebagai perlombaan khusus untuk perempuan-perempuan muslimah di Bali.
Meski namanya tidak setenar Jegeg Bagus Bali, adanya Putri Hijabfluencer Bali patutlah mendapat apresiasi. Sebab, dari wadah itulah, nantinya akan lahir perempuan-perempuan muslim yang mampu mengikuti perkembangan zaman. Dengan kata lain, menyelaraskan perkembangan zaman tanpa meninggalkan syariat agama.
“Pas disuruh ikut lomba itu, awalnya sempat ragu. Tapi, karena dukungan orang tua dan teman-teman sangat kuat, jadinya saya mau ikut join lomba Putri Hijab itu,” jelasnya, Senin, 3 Juni 2024, malam.
Benar. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, perempuan yang kini menetap di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, itu, sebelumnya tidak mengetahui tentang adanya perlombaan yang dikhususkan untuk perempuan-perempuan muslimah, khususnya di Bali.
“Setelah belasan tahun hidup di Bali, awalnya, setahu saya cuma ada jegeg bagus dan putra-putri kampus saja. Ternyata ada juga yang khusus buat seorang muslimah,” jelasnya.
Dengan tekad dan niat yang begitu kuat, setelah melewati tahapan demi tahapan, akhirnya ia ditetapkan menjadi pemenang dari Putri Hijabfluencer Bali tahun 2024, beberapa waktu yang lalu.
Namun, ia bercerita, pada awal proses pendaftarannya, dia tidak mengetahui jika pada ajang perlombaan itu, ada beberapa program yang dapat diikuti oleh peserta. “Sebenarnya, ada kelas Putri Hijab Akademinya,” tuturnya.
Karena telat mendaftar kelas Putri Hijab Akademi tersebut, membuat Kunti tidak mempunyai pengetahuan tambahan tentang lomba yang ia ikuti tersebut. Namun, meski tidak mengikuti kelas itu, siapa sangka dia lah yang ditetapkan menjadi pemenangnya.
“Meskipun gak ikut kelas akademinya, qadarullah, Kunti yang menjadi pemenangnya. Ya ini rezeki Kunti, alhamdulillah,” ucapnya penuh rasa syukur.
Pada kontes kecantikan itu, terdapat beberapa tahapan seleksi, di antarannya catwalk, QnA, tes bakat serta pemahaman tentang seorang muslimah dalam syariat agama Islam. Dengan begitu, pantaslah Putri Hijabfluencer sebagai wadah seorang muslimah untuk menjadi penggerak perubahan, sesuai dengan tagline-nya “Cantik, Sehat, Cerdas, Kreatif, Muslimah Inspirasi”.
Namun, meski begitu, menurut penejalasan Kunti, Putri Hijabfluencer Bali yang merupakan cabang regional dari Putri Hijabfluencer Indonesia, tidak seperti pada provinsi-provinsi lain. Di Bali, Putri Hijabfluencer—meminjam istilah Kunti—masih ngragati. Maksudnya masih banyak hal yang harus dibenahi dan dipersiapkan.
“Putri Hijab di Bali beda sama di provinsi-provinsi lain. Di sini—di Bali maksudnya—masih kesusahan mendapat sponsor besar yang mau support pada kegiatan kemarin,” jelasnya.
Meski begitu, dengan keterbatasan yang dimiliknya, ia tetap optimis untuk terus melangkah pada perhelatan Putri Hijabfluencer Indonesia, pada bulan Agustus mendatang.
“Sekarang sih fokus ke nasional dulu. Bulan Agustus lombanya di Jakarta. Semoga goals lagi,” ucapnya penuh harap.
Lantas, apa yang menjadi motivasinya mengikuti perlombaan itu?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, setelah meneguk minumannya, disenderkan begitu saja tubuhnya pada punggung kursi yang ia duduki. Matanya menerawang jauh, seakan peristiwa-peristiwa di masa lalu sedang bergelayut di udara malam itu. Sesekali, diputar-putarnya handphone dengan jari-jarinya.
“Motivasinya karena pada saat itu, saya baru saja putus,” ucapnya dengan pelan.
Ya, malam itu, luka seperti mengucur dari mana saja, tatkala ia mencoba mengingat tentang masalalunya. Mungkin, itu yang dirasakan oleh perempuan yang sedang duduk di semester dua jurusan Ilmu Hukum itu.
Benar. Setiap patah hati, sebagian orang—barangkali Kunti salah satunya—malam akan bergerak dengan lambat. Setiap sedih, mungkin akan menggerakkan waktu dengan lambat. Bahkan menggerakkan segala sesuatu dengan lambat, bukan hanya sekadar waktu.
Namun, alih-alih sesenggukan—sebagaimana kisah kandasnya asmara anak muda—ia lebih memilih untuk mengupgrade diri dengan cara mencoba hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah ia lakukan.
“Karena gak mau lama-lama larut dalam kesedihan, jadinya saya eksplore diri untuk mengalihkan rasa sedih itu,” jelasnya menggebu.
Sebagai seseorang yang sangat terinspirasi dari novel berjudul Laut Bercerita—novel karya Leila S. Chudori itu, yang membuatnya memiliki keinginan untuk terus mengasah diri, tampaknya bukan hal yang sia-sia.
Proses penyematan Pemenang Putri Hijabfluencer Bali 2024 | Foto: Dok. Kunti
“Dari novel itu saya jadi punya keinginan menjadi seorang aktivis dan pingin suatu saat di wanwancarai oleh wartawan,” jelasnya. Sesaat setelah memberi jeda, ia menambahkan, “Ternyata sekarang kesampaian juga, jadi aktivis dan diwawancarai,” ucapnya sembari tertawa.
Benar saja, dari proses sakit hati itulah yang membuatnya tumbuh menjadi perempuan yang aktif berorganisasi. Tercatat ia beberapa kali terlibat di berbagai organisiasi, seperti, menjabat sebagai anggota Osis ketika SMA, Pembina Pramuka, dan ketika masuk di perguruan tinggi, ia tergabung ke dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam serta menjabat sebagai anggota BEM di kampusnya.
Perempuan jebolan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Satu Jembrana itu, juga tercatat pernah menjabat sebagai ketua asrama pondok putri di MAN 1 Jembrana. “Pokoknya harus terus move up buat upgrade diri,” ucapnya.
Sebagai seorang Putri Hijab Bali, Kunti pada awalnya merasa sangat awam dengan dunia influncer dan bagaimana cara membranding diri. Padahal, kedua hal itulah yang sangat penting ketika bergabung menjadi bagian dari Putri Hijabfluencer Indonesia.
Sehingga, pada awal pendaftarannya, ia merasa banyak kekurangan di dalam dirinya. “Benar-benar gak ada persiapan. Bahkan, pada saat seleksi tes bakat saja, saya cuma bermodalkan video nyanyi sewaktu di kampus beberapa waktu yang lalu,” katanya.
Meski harus melewati berbagai rintangan, dari harus meminjam sepatu dengan hak tinggi sampai membuat proposal yang kemudian ia sebar kepada teman maupun senior-seniornya untuk melunasi proses administrasi, membuatnya semakin yakin dengan apa yang menjadi pilihannya itu, sebagai Putri Hijabfluencer Bali 2024.
Dengan kata lain, keberhasilannya menjadi winner Putri Hijabfluencer Bali 2024 itu merupakan sebuah proses yang panjang dengan melibatkan banyak pihak yang membantunya.
“Jadinya, kemenangan ini bukan serta merta milik Kunti saja, tetapi ini sebuah keberhasilan yang saya persembahkan untuk orang-orang yang selalu mendukung saya dalam segi apa pun,” katanya.
Meski begitu, ia tetap memiliki resep yang mengantarkannya menjadi pemenang dalam ajang perlomban itu. Lantas apa resepnya?
“Resepnya itu yang pasti restu orang tua, dan ikhtiar,” jelasnya sembari tersenyum.
Lebih lanjut, keselarasan antara ma’rifatun bil qalbi, iqrarun bil lisan, dan amalun bil arkan menjadi kunci suksesnya dalam melewati proses-proses seleksi dalam ajang kontes kecantikan itu.
Ya, benar. Sebagai seorang muslim, tentu haruslah benar-benar mengamalkan tiga ranah dimensi keimanan tersebut. Di mana seorang muslim haruslah mencintai dan membenci karena Allah SWT, membaca kitab suci Al-Qur’an dan membaca kalimat thayyibah, serta mengajarkan ilmu kepada orang lain dan belajar menuntut ilmu secara terus menerus.
Maka, dengan kata lain, apa yang dilakukan oleh Kunti untuk memperoleh gelar Putri Hijab itu adalah hasil dari sebuah keistiqomahan dalam mengamalkan tiga ranah dimensi keimanan tersebut.
***
Tak terasa, malam semakin jauh menuju jantungnya sendiri. Di dalam gang yang hanya berukuran satu mobil itu, beberapa lampu penerangan mengerjap, mati, hidup, menemani si anak sulung dari tiga bersaudara itu bercerita.
Tumbuh dari keluarga dengan perekenomian menengah, membuat Kunti harus terus mengasah diri dengan mengikuti berbagai kegiatan sebagai modal untuk mengangkat derajat keluarganya. Dan, terpilihnya ia menjadi Putri Hijabfluencer Bali tahun 2024, merupakan langkah awal bagi Kunti untuk membuka pintu-pintu kesuksesannya di masa mendatang.
Kunti (ditengah) bersama finalis dua dan tiga | Foto: Dok. Kunti
Kini, setelah menjadi Putri Hijabfluencer Bali tahun 2024, Kunti, selain terus berupaya menyosialisasikan kepada rekan-rekannya tentang apa saja manfaat yang akan didapatkan ketika join kedalam wadah kontes kecantikan tersebut, ia mempunyai keinginan untuk berusaha membawa nama Kabupaten Buleleng menjadi lebih baik lagi.
“Ada sih keinginan buat collab sama Jegeg Bagus Buleleng. Ya, pastinya dalam tujuan membawa nama Buleleng menjadi lebih baik lagi,” harapnya.
Meski dirinya kini secara jelas telah membawa nama baik kampus dan Buleleng, namun, sejauh ini belum ada apresiasi atas prestasinya itu dari kedua instansi terkait.
“Sejauh ini sih belum ada, gak tahu nanti pas sudah nasional, barangkali ada apresiasinya,” ucapnya.
Ya, sekalipun minim apresiasi, ia tetap bertekad dan fokus mempersiapkan diri untuk mengikuti ajang perlombaan seleksi nasional yang akan diadakan pada bulan Agustus mendatang. Dan, ia akan terus berupaya menjaga amanah yang diberikan kepadanya itu.
Menurutnya, menjaga dan menerapkan amanah yang tersemat kepadanya itu merupakan, selain sebagai reward atas proses panjang yang telah ia lalui, juga sebuah tantangan yang harus benar-benar ia buktikan keberhasilannya.
Apalagi, ada stigma yang mengatakan jika perempuan berhijab akan susah mengikuti perkembangan zaman karena adanya norma-norma perilaku yang harus dijaga. Namun, di sisi lain, di era sekarang, menurut Kunti, seorang muslimah dituntut menjadi generasi yang gaul.
Dengan kata lain, Kunti akan membuktikan bahwa seorang perempuan berhijab akan terus dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa harus meninggalkan syariat-syariat yang berlaku. “Perempuan muslim bisa kok ngikutin perkembangan zaman dan gaul. Tetapi, gaul yang sejalan dengan nilai-nilai keislaman,” jelasnya.
Ya, perjalanan Kunti menjadi pemenang Putri Hijabfluencer Bali 2024 merupakan sebuah proses penggalian potensi diri yang cukup panjang. Berawal dari asmara yang kandas, membuatnya bertekad mengubah diri menjadi perempuan yang berkelas.
Hal itu sejalan dengan prinsip yang selalu Kunti yakini, “Karena bunga, untuk menjadi mekar juga membutuhkan waktu. Dan, tidak ada bunga yang layu sebelum mekar,” katanya bijak.
Selamat, dan terus berjuang, Kunti.[T]
Reporter: Yudi Setiawan
Penulis: Yudi Setiawan
Editor: Jaswanto