30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kenakalan Remaja di Bali, Jangan-Jangan Ini Kegagalan Pendidik?

I Gusti Bagus Weda SanjayabyI Gusti Bagus Weda Sanjaya
June 3, 2024
inEsai
Kenakalan Remaja di Bali, Jangan-Jangan Ini Kegagalan Pendidik?

Ilustrasi tatkala.co

BEREDAR kembali video viral mengenai pemukulan mahasiswa di salah satu toko 24 jam di Denpasar. Pemukulan ini dilakukan oleh sekelompok pemuda yang dalam video tampak datang dengan tingkah jagoan. Tanpa baju. Tanpa basa-basi, memukul pemuda yang sedang nongkrong di depan toko. Bahkan salah satu pelaku pemukulan tersebut nampak membawa sebuah senjata tajam. Ngeri. Menyaksikan video tersebut yang kebetulan lewat di linimasa media sosial saya, ada perasaan sangat miris di benak saya sebagai seorang pendidik.

Mereka, para pelaku pemukulan tersebut adalah sekelompok pemuda yang sepertinya masih belum jauh dari usia sekolah. Atau, jangan-jangan mereka semua masih berstatus pelajar? Bagaimana seorang yang terdidik bisa berperilaku seperti itu? Bagaimana mereka melewati masa-masa sekolahnya? Tidakkah mereka mendapat pendidikan karakter di bangku sekolah? Atau, inilah bukti bahwa pendidikan karakter yang digaungkan pemerintah kita gagal total? Atau kamilah, para pendidik yang telah gagal?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat saya mencoba berpikir reflektif. Jangan-jangan mereka adalah korban dari kegagalan kami selaku pendidik? Mereka adalah korban. Mereka adalah produk pembentukan disiplin kami yang mengarah pada identitas gagal. Kamilah yang membentuk mereka menjadi orang-orang gagal.

Dalam pembentukan disiplin, Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) menyebutkan bahwa guru sujatinya memiliki lima posisi kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Posisi kontrol penghukum dan pembuat rasa bersalah ini akan mengacu pada pembentukan identitas gagal pada murid.

Saat murid dihukum, dibentak, atau diancam oleh guru, murid akan menjadi pendendam atau berperilaku agresif. Sebaliknya, saat guru hadir dengan nada halus namun dengan tujuan membuat rasa bersalah, murid akan menjadi individu yang merasa dirinya gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang lain. Kadang-kadang hal ini bisa lebih berbahaya dibanding murid yang dihukum, karena murid tertekan tiba-tiba bisa meletus amarahnya dan bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Posisi kontrol teman dan pemantau dapat mengarah pada identitas berhasil, namun masih pada tataran kontrol positif oleh guru. Melalui kontrol seperti ini, murid akan menjadi pribadi yang disiplin namun tidak secara mandiri. Tidak memiliki disiplin diri. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang disiplin hanya untuk menjaga hubungan dengan guru, atau hanya jika diawasi. Disiplin semacam ini tidak akan bertahan lama dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Idealnya, guru dapat menciptakan identitas berhasil dengan penumbuhan kontrol diri pada murid, melalui posisi kontrol guru sebagai manajer. Dalam menjalankan posisi kontrol manajer ini, guru lebih banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berusaha menguatkan watak atau karakter, sehingga murid akan mengevaluasi diri untuk menemukan cara menjadi diri yang lebih baik.  Guru tidak hadir sebagai penghukum, tidak juga sebagai pemantau. Namun, saat murid melakukan kesalahan, guru akan berusaha membantu murid untuk menemukan solusi akan kesalahannya, dan menemukan pembelajaran dari kesalahan tersebut.

Hal ideal ini memang terdengar sangat sulit untuk dilakukan. Dalam menjalankan peran kontrol manajer ini, kita diperkenalkan dengan istilah restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.

Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Restitusi menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Ini sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi menang-menang. Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh ketika mereka melakukan kesalahan, bukankah pada hakikatnya begitulah cara kita belajar. Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat memilih untuk belajar dari pengalaman dan membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang.

Secara lebih teknis, pelaksanaan restitusi oleh guru dilakukan melalui tiga tahapan yang disebut dengan segi tiga restitusi, yaitu menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Melalui tiga tahapan inilah murid diharapkan menemukan jawaban atas kesalahannya, tanpa membuat ia merasa menjadi individu yang gagal. Murid belajar bertanggung jawab, dan siap kembali pada kelompoknya tanpa mencederai harga dirinya.

Sepertinya konsep restitusi ini masih awam di telinga kita. Kami, para guru, para pendidik masih belum banyak memahami tentang restitusi ini. Bahkan, saat tau akan konsepnya, mungkin sebagian besar akan apatis, apakah hal ini bisa diterapkan di hadapan murid-murid kami? Selama ini para guru sudah sangat terbiasa dengan posisi kontrol sebagai penghukum. Saat menemukan murid yang melanggar aturan, guru akan dengan semangat menghukum dengan dalih untuk membiasakan mereka menaati peraturan.

Mungkin semenjak kehadiran seorang senator yang suka menghukum para guru penghukum, guru mulai beranjak ke posisi kontrol pembuat rasa bersalah, atau mungkin sebagai teman. Hal ini dapat dikatakan sebagai sebuah perkembangan positif. Namun belum cukup. Disiplin yang dibentuk dari kontrol ini masih belum mampu menghadirkan disiplin diri murid. Motivasi untuk berperilaku disiplin belum berasal dari motivasi internal.

Jika kita berbicara lebih jauh mengenai motivasi, secara umum ada tiga motivasi perilaku manusia, yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, dan yang paling ideal adalah untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Pembentukan disiplin di sekolah-sekolah belum banyak yang berhasil menyentuh motivasi yang ketiga tersebut. Murid cenderung dibentuk untuk disiplin agar dapat menghindari hukuman, atau mendapat pujian. Mereka tidak terbiasa menggali nilai-nilai kebajikan dari aturan-aturan yang harus mereka ikuti.

Maka, kamilah yang gagal menanamkan nilai-nilai kebajikan ini. Kami berkutat pada penegakan aturan. Layaknya seorang polisi di sekolah, kami berpatroli mencari murid yang melanggar aturan, mengejar mereka, dan menghukumnya. Mereka dihukum, tanpa mereka berhasil menemukan nilai kebajikan dari aturan tersebut. Mereka hanya tau mereka telah gagal mengikuti aturan, mereka layak dihukum. Kejadian serupa yang berulang menjadi hal yang biasa bagi mereka, tanpa ada pelajaran yang bermakna.

Saya membayangkan para pemuda yang melakukan aksi pemukulan tersebut saat berada di sekolah. Dengan seragam sekolah yang tak rapi, mereka nongkrong di kantin sekolah. Datanglah salah seorang guru yang ditugaskan menegakkan disiplin oleh kepala sekolah. Guru itu datang dengan wajah galak, kemudian menunjuk-nunjuk para murid itu, memelototi sambil membentak. Lalu mereka dihukum, dijejerkan di lapangan sekolah, dijemur, disaksikan teman-teman mereka. Mereka didisiplinkan. Dan jadilah diri mereka yang ada pada video itu.

Maka, kamilah yang gagal menanamkan disiplin pada mereka. Kamilah yang patut disalahkan. Kami gagal menanamkan budaya positif pada murid-murid kami. Kegagalan mereka adalah karena kegagalan kami. Mungkin kami yang perlu direstitusi. [T]

Bulan Merdeka Belajar di Tengah Tragedi Pendidikan
Refleksi Hari Pendidikan Nasional: Melihat Realitas Pendidikan Lebih Dekat dan Nyata
Guru Pengerak, “Transformasi dari Guru Mengajar Menjadi Guru Belajar”
Memaknai Esensi Guru Pengerak: Siapa yang Digerakkan?
Selamatkan Pendidikan Anak-Anak Desa Terpencil di Bangli
Tags: gurukenakalan remajaPendidikan
Previous Post

Bersama Swasthi Bandem dan Luh Menek, Membincangkan Peran Perempuan dalam Seni Pertunjukan

Next Post

Bu Yarsa, Sejak 50 Tahun Jual Laklak di Dajan Tugu Singa Desa Les

I Gusti Bagus Weda Sanjaya

I Gusti Bagus Weda Sanjaya

Pembelajar yang ditugaskan menemani pembelajar lain untuk belajar. Serupa guru. Lahir di Tabanan, lereng selatan Gunung Batukaru.

Next Post
Bu Yarsa, Sejak 50 Tahun Jual Laklak di Dajan Tugu Singa Desa Les

Bu Yarsa, Sejak 50 Tahun Jual Laklak di Dajan Tugu Singa Desa Les

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co