Pengantar penyair: tahun-tahun belakangan, setiap hari saya melewati rute Denpasar-Badung untuk mengantar kekasih saya yang bekerja di Canggu, “kota” baru yang ramai dan semarak. Puisi-puisi berikut memotret apa yang saya lihat dan rasakan dalam perjalanan di atas sepeda motor; lalu lintas padat, langit senja, iklan anjing hilang, peluk erat kekasih dan cinta yang menyala di antara kami. Selamat menikmati dan mengapresiasi puisi-puisi ini. Terima Kasih.
Senja di Canggu
Langit yang memerah
Atau matahari pasrah
Ditelan malam kelam
Sisakan warna kelana
Berapa lama lagi sampai
Jalanan penuh kendaraan
Sehabis hujan semua cemas
Memaki hari yang kian keras
Senyummu menyambut aku
Bersama lidah menjulur lucu
Begitu cantik kau senja ini
Di Canggu menunggu gagu
Hari kasih sayang akan tiba
Hadiah apa yang akan kuberi
Selain cinta membara lama
Di api asmara tak padam jua
Cintakah ini jalan tak bernama
Bersama waktu merajut hasrat
O, tubuh yang terbakar cinta!
Merah bibirmu pagut bibirku
2019
Tibubeneng
Awan tenggara pergi berarak
Tutupi matahari tenggelam
Kita menunggu entah apa
Dua manusia dikutuk sepi
Kau lihat perempuan di jok
Memeluk erat kekasihnya
Seperti tak hendak berpisah
Walau kematian makin dekat
Tak tahu maut bisa datang
Pelukan keabadian hakiki
Jangan bicara kematian
Begitu kau menasihatiku
Aku hanya tersenyum pilu
Kupeluk kau di sudut rindu
2019
Instrumentalia
Di hotel ini, siapa yang pergi lebih dulu
Meninggalkan kenangan juga bayangan
Ketiadaan yang abadi. “Siapa kamu?”,
Seseorang bertanya padaku tiba-tiba
“Aku musafir di gersang padang kota ini
Pejalan sunyi yang terjebak kesunyian”
Dia hanya tersenyum seolah mengerti
Mungkin ia malaikat yang menyamar
Kulihat rambutnya panjang menjuntai
Menyentuh lantai berkilau matahari
Kami terdiam tak banyak bicara
Hanya suara hati tak henti terasa
“Di hotel ini angin lembut terasa.
Hujan sebentar lagi basahi bumi”
Malaikat itu pergi dalam sepi
Kini hanya aku duduk sendiri
2019
Biarkan Puisi Menggenang, Terngiang
Saat Kau Melihatku di Remang Petang
Tak ada di peta mana pun, datanglah ke diriku: di situ
kau temukan palung dalam masa lalu, duka air mata
kering oleh derita hidup penuh misteri di mata sendu
Hidupku adalah puisi. Kau beli di toko online dengan
harga diskon, ilusi besar penyair kerap lapar dan haus,
di kamar penuh coretan kertas dan buku kusam:
waktu seperti mati di sini.
Kopi mengering di gelas, rokok tergeletak di lantai
putih, sesekali batuk terdengar: beban di dada dan
mata menyala oleh imaji, delusi membuat aku terjaga
hingga dini hari menjelang.
Kekasih belum pulang, kukenang suara merdu telepon
siang hari, kabarkan rindu dan semangat bersama
cinta bebal yang kekal, pelabuhan akhir bagi setiap
pecinta sejati.
Petang segera tiba, kita akan berjumpa di tepi jalan
padat oleh kendaraan melaju lambat, kerinduan pada
wajah bocah menyambut mesra di beranda kenangan
belum datang.
Kenang ini, saat kau melihatku di layar ponsel pintar,
bersama kucing kesayangan kau pungut di jalan tiap
hari kita lalui: kenangan petang terngiang di batin
puisi, remang bahagia hati!
2019
Lampu Merah Terlama di Kota
Menuju entah, aku pergi kemana motorku
melaju. Tak ada kompas, hanya intuisi
sebagai penunjuk jalan di kota yang ramai
Berhenti di persimpangan saat lampu
menyala merah, begitu lama bagai waktu
tunggu saat berobat di rumah sakit jiwa
Mataku tertuju pada pemulung sedang
makan di depan toko yang belum buka.
Ia begitu menikmati nasi di bising jalanan
Jendela kaca toko sepatu sisakan mimpi
bagi pemulung itu. Terbayang betapa
senang anaknya jika punya sepatu baru
Di depanku perempuan memeluk lelaki
yang memboncengnya, seakan berkata
mereka pasangan bahagia tanpa air mata
Lampu masih saja berwarna merah,
seperti mataku yang memerah sebab
kurang tidur di malam penuh halusinasi
Perjalanan ini seperti mengajariku kesabaran
Meditasi di tengah hiruk-pikuk kendaraan,
tak sabar tiba di tujuan entah untuk apa.
2020
Anjing Kami Belum Pulang
Dia sudah jadi bagian keluarga kami
Anjing jenis mini pom warna cokelat
Hilang sejak seminggu lalu di rumah
Sudah sepuluh tahun kami pelihara
Dia sudah tua, ada tato di telinga
kanannya. Bulu sangat pendek dan
tumbuh tidak rata. Ada bekas luka
di bagian pantat. Dulu kami rescue.
Banyak kenangan tentangnya di hati
Kami benar-benar sedih dia hilang
Bagi yang menemukan anjing kami
Harap menghubungi nomor di iklan
Hadiah akan kami siapkan untuk itu
Anakku menangis merindukan Kuki
Imbalan sebesar satu juta kami beri
Akan diberikan tanpa ada pertanyaan
2020
Di Canggu, Sajak ini Untukmu
Senja tampak berbeda, langit berwarna jingga,
seperti cinta kita, merekah di hati.
Aku menjemputmu. Kita pulang, bersama mimpi
terwujud. Derai daun bergoyang dicium angin,
bunyi-sunyi wujud misteri semesta.
Suara malam hening. Di beranda aku pandangi
langit. Bulan tertutup awan, kucing tertidur lelap.
Hati kita dipenuhi kasih. Memberi semangat,
jalani hidup dengan riang. Adakah kau rasakan itu,
kekasih? Kita pecinta sejati, di jalan penuh bahagia
Harapan datang, bersyukur atas waktu yang
tuhan selalu berikan pada kita yang pasrah,
berserah pada kehendak-Nya.
2020
- BACApuisi-puisilain di tatkala.co