Minggu, 19 Mei 2024 menjadi istimewa dalam gelaran World Water Forum (WWF) karena saat itu Gala Dinner (jamuan makan malam) dilangsungkan secara spektakuler di Lotus Kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK), Kuta Selatan Bali.
Sejak diresmikan pada 22 September 2018 oleh Presiden Jokowi, GWK telah melangsungkan dua kali Gala Dinner dalam hajatan berskala dunia. Pada 2022 dalam suasana Pandemi Covid-19, di GWK dilangsungkan Gala Dinner serangkaian pertemuan G-20 dan pada 2024 Gala Dinner serangkaian WWF. Kedua prosesi Gala Dinner itu diberitakan secara spektakuler oleh berbagai media ke seluruh dunia dan mendapat apresiasi positip dari para pemimpin negara di dunia.
Suksesnya gelaran Gala Dinner G-20 dan WWF memberikan kredit poin bagi Indonesia dalam percaturan politik dunia sesuai dengan tujuan negara ikut mewujudkan perdamaian dunia. Poin itu mencitrakan Indonesia adalah negara yang pantas diperhitungkan dalam pergaulan bangsa-bangsa besar di dunia melalui Diplomasi Paon.
Istilah Diplomasi Paon diperkenalkan oleh Jero Wacik saat seminar di Universitas Udayana ketika menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata era Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Menurut Jro Wacik Diplomasi Paon adalah usaha menyelesaikan permasalahan (lapar) dengan makan bersama-sama sebagai wujud toleransi untuk membangun simpati dan empati. Ia menganalogikan bila keluarga Bali puik ‘’hubungan keluarga retak”, maka Diplomasi Paon menjadi ajang memersatukan kembali menuju harmonisasi. Bila yang bermasalah mau ke dapur dan mau makan, itu menjadi alamat baik jalinan harmonis terajut kembali.
Krama Hindu Bali meyakini paon ”dapur” adalah tempat penyupatan energi negatif. Oleh karena itu, di beberapa desa adat di Bali ada tradisi malukat di Brahma dilaksanakan di dapur. Mengapa ? Dapur adalah tempat memasak aneka makanan dengan api sebagai simbol Dewa Brahma. Orang Bali datang dari bepergian lebih-lebih dari kuburan, disarankan pertama-tama ngojog “masuk” ke dapur sebelum masuk ke kamar rumah. Sifat api adalah panas untuk membakar energi negatif agar tidak bertahta di dalam raga.
Begitu pula halnya sajian Gala Dinner WWF pada 19 Mei 2024 telah memertemukan Presiden Jokowi dengan Ketua DPR Puan Maharani setelah enam bulan terakhir hubungan politik di antara keduanya berlangsung dingin, saat Gibran Raka Buming Raka diusung sebagai Wapres Prabowo Subianto. Dari siaran TV saat Gala Dinner mereka tampak tersenyum hangat walaupun minim kata.
DetikNews menyebut hubungan keduanya dengan judul berita “Momen Hangat Penuh Tawa Jokowi dan Puan di Gala Diner WWF”. Puan memuji Gala Dinner WWF, “Äcaranya bagus, makannya enak, suasananya hangat, GWK menjadi spektakuler dan menjadi pertemuan yang ditunggu-tunggu” seperti dikutip Kompas.Com (20/5/2024).
Hubungan Presiden Jokowi dan Ketua DPR Puan Maharani dalam Gala Dinner WWF seperti sebait puisi minim kata tetapi kaya makna, bergantung apresiator menginterpretasikan secara kontekstual. Tampak keduanya bergoyang menikmati alunan lagu “Sayang” yang dibawakan Bulan Sutena. Lagu ini dipopulerkan oleh Via Vallen. Selanjutnya, Bulan Sutena juga membawakan lagu dari Armada Band “Pergi Pagi Pulang Pagi” yang mampu menghipnotis para delegasi dari berbagai negara seraya memberikan pujian bagi tuan rumah.
Gala Dinner WWF yang digelar di GWK ini kaya pesan spirit Hindu Bali. Pertama dari pilihan tempat, di Lotus Pond GWK. Kawasan ini menjadi ikon dengan kapasitas lebih dari 7.500 orang dengan latar Patung Garuda Wisnu Kencana yang penuh wibawa karya pematung asal Tabanan Bali I Nyoman Nuarta.
Lotus adalah nama lain dari teratai berkelopak 8 simbol astadala yang dalam bahasa Bali disebut tunjung yang diyakini sebagai bunga suci bagi Umat Hindu. Betapa tidak, akar dan batangnya di lumpur,tetapi bunganya mekar tanpa lumpur. Oleh karena itu, tidaklah salah Sanusi Pane menulis puisi Teratai sebagai persembahan kepada Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan. Lotus diyakini juga sebagai lambang keindahan, kesuburan, dan kemakmuran sebagai mana Dewa Wisnu diyakini umat Hindu dengan saktinya Dewi Sri sebagai Dewa Padi.
Kedua, di Bali, setiap gelaran lebih-lebih berskala dunia selalu dimulai dan diakhiri dengan spirit ritual tujuannya untuk memohon keselamatan sekala (nyata) dan niskala (nirnyata). Keberhasilan acara terpancar dari aura yang vibrasinya positip dan mendunia. Itulah yang disebut acara penuh wibawa yang dalam bahasa Bali disebut mataksu. Taksu acara WWF terpancar saat Bali Carnival yang diselenggarakan di Bali Colection Area ITDC Nusa Dua, sehari setelah Gala Dinner bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ke-116, pada 20 Mei 2024 yang menampilkan aneka sajian tari kolosal bertema air yang mengundang decak kagum para wisatawan domestik dan mancanegara.
Ketiga, selain membahas masalah air, ajang WWF juga menjadi ajang promosi aneka kuliner dan budaya Nusantara, plus ajang komunikasi kerja sama bisnis sebagai mana dimanfaatkan Elon Musk miliarder asal Paman Sam dengan peluncuran Layanan Internet Starlink di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod pada 19 Mei 2024, dan malamnya mengikuti Gala Dinner di GWK. Miliader ini memanfaatkan momentum yang tepat bagi kelangsungan bisnisnya di Indonesia dengan liputan mendunia. Mercusuar bisnisnya bersinar dari Bali melalui Diplomasi Paon berkearifan lokal Bali (desa) dan berkesadaran waktu secara historikal (kala) dengan cara elegan dan memukau (patra).
Terlepas dari suksesnya gelaran WWF yang memukau dunia dengan Gala Dinner yang spektakuler, kita tidak boleh menutup mata ada riak-riak kecil selama WWF berlangsung. Adanya pembubaran acara Forum Air Bali oleh ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN) di Orangge Hotel Denpasar yang membuat Ketua MKMK Dr. Dewa Palguna yang diundang sebagai pembicara kecewa berat. Akibat lanjutannya, Navicula Band asal Bali juga membatalkan pentas serangkaian WWF yang sedianya digelar 24 Mei 2024.
Selain itu, matinya PDAM berminggu-mingu di kawasan Pecatu Kuta Selatan adalah paradoks di ruang berpendingin dengan pesta berkemewahan, sementara rakyat di sekitarnya menjerit krisis air. Begitulah setelah pesta usai, selalu meninggalkan kenangan baik dan buruk. Keduanya perlu dicatat dan diberikan ruang untuk membangun dialog tanpa sumbatan dalam mencari solusi terbaik, seperti sifat air mengalir secara alami menemukan ekuilibrium baru. Air untuk kesejahteraan bersama. [T]
BACA artikel lain dari penulisNYOMAN TINGKAT