AIR, akan selalu mengaitkan bumi dengan tubuh manusia. Dalam sebuah kaitan kuantitas dan dominasi. Air adalah bagian terbesar dari keduanya. Kita takkan melihat keberadaan air, meski sebagai elemen terbanyak, pada tubuh manusia yang tampak kering dan lincah. Air, bahkan tak tampak saat ia adalah dominasi. Maka, salah satu sifat air adalah pendiam.
Hal-hal vital yang menentukan kehidupan, sering kali tersembunyi. Demikian juga organ-organ vital yang berhubungan langsung dengan roh seperti otak, jantung, paru-paru, hati atau ginjal, tak mudah dilihat.
Yang mudah terlihat, tentu saja wajah manusia. Selain pintar bersolek, ia pun dapat menyembunyikan perasaan. Jika wajah dapat saja palsu, air dalam tubuh tidak. Namun air yang pendiam, juga selalu memberi. Ia akan berbagi air mata, baik untuk wajah yang sedih maupun gembira. Air mata membasuh kesedihan dan meredakan luapan keriangan. Maka, air adalah pemberi.
Dalam tubuh manusia, komposisi air mesti selalu tetap. Maka air adalah penjaga keseimbangan. Saat terjadi guncangan keseimbangan air, akibat dehidrasi berat misalnya, yang segera terdampak adalah organ-organ vital dalam tubuh. Terutama ginjal, jantung lalu otak. Itu dapat memisahkan tubuh manusia dengan rohnya. Asupan air harus seimbang dengan yang dikeluarkan.
Saat tubuh kehilangan air lebih dari biasanya, umpamanya karena diare atau terlalu banyak keringat, maka tubuh merasa haus. Atau sebaliknya, saat berada di daerah dingin, di mana penguapan tubuh berkurang maka keinginan berkemih menjadi lebih sering dan rasa haus akan berkurang. Maka, dari air kita tidak hanya merasakan, namun juga belajar menyadari.
Asupan air yang cukup, selain dapat menjaga keseimbangan cairan bagi tubuh, pun dapat memelihara saluran kemih menjadi bersih dan sehat. Saluran kemih, dalam hal ini seakan sungai dalam kehidupan di bumi. Sungai, harus dialiri air secara berkesinambungan, agar terjaga kebersihannya. Sebaliknya, kebersihan yang baik dapat menjaga aliran sungai menjadi lancar.
Jika saluran kemih tersumbat oleh batu, maka ginjal dapat mengalami pembengkakan. Problem struktural ini, lambat laun diikuti gangguan fungsional sistem kemih. Akibatnya keseimbangan cairan rusak dan tubuh tengggelam di rumahnya sendiri. Air meluap sampai ke paru-paru, mengganggu penyerapan oksigen untuk sel, jaringan dan organ, terutama otak. Lalu tubuh manusia mati. Demikian juga yang terjadi di bumi.
Saat sungai dipenuhi limbah dan sampah, maka air yang pendiam terus bergerak menemukan keseimbangannya. Jika buminya dipenuhi limbah, maka air perlu mendapatkan buminya yang baru, yaitu rumah-rumah penduduk di desa-desa atau gedung-gedung mewah di kota-kota. Ia tak hanya menenggelamkan bangunan-bangunan di desa dan kota itu, juga jauh masuk menggenangi paru-paru penghuninya. Berakhir dengan kematian, kelaparan dan wabah. Maka, air adalah gerbang kematian.
Air, menebar ancaman. Maka dunia bergegas bertemu dalam sebuah forum, World Water Forum (WWF) di Bali. Sangat menarik memang, dunia risau, justru terhadap bagian terbesar dari bumi. Waswas akan kehilangan air yang hitungannya menutupi lebih daripada 70% bagian bumi.
Maka, air adalah semburan kesadaran bagi manusia untuk menjaga sumber air dengan lebih bakti. Hutan yang ditebang sekadar untuk ladang oleh suku pedalaman takkan pernah mengancam ekosistem apa pun. Namun pembabatan hutan untuk kemewahan, seperti perkebunan sawit kapitalis dan perambahan hutan tropis untuk maksud mega industri adalah juga pemusnahan habitat air.
Akar pepohonan menjaga rumah-rumah air, dan oksigen serta mineral yang terkandung di dalam air akan menghidupi batang-batang pepohonan di atasnya. Lalu menjadikan daun-daunnya sebagai paru-paru bagi bumi dan langit. Oksigen yang dihasilkan dedaunan, adalah kebutuhan utama paru-paru manusia. Maka, air telah mengaitkan paru-paru bumi dan paru-paru manusia.
Teori kekekalan energi telah memastikan, air tak pernah hilang atau menyusut, ia hanya berubah bentuk dan menjauhi manusia dalam kesedihannya. Saat kegelisahan manusia semakin memuncak akan air yang kian menyusut, maka kecerdasan teknologi harus menjadi jawabannya kelak. Maka, air adalah sumber kecerdasan dan kebijaksanaan. [T]
- KlikBACAuntuk melihat esai dan cerpen dari penulisDOKTER PUTU ARYA NUGRAHA