RIUH lautan manusia berbondong-bondong memadati Lapangan Bajra Sandhi, Renon, Bali. Sayup gemuruh mulai terdengar, tak sabar akan bersua dengan idola yang tentu sebentar lagi muncul di hadapan mereka.
Entahlah, tidak ada yang tahu pasti saat awan-awan itu berkumpul bak menutup laju angin. Sebentar saja saya berdiri sudah mulai kepanasan tidak karuan. Untungnya, kekasih saya membawa kipas angin mini ke mana pun ia pergi.
Saya yang berada di tengah-tengah kerumunan itu, sedikit pun tidak bisa berkutik. Rintik-rintik hujan perlahan mulai turun, seakan turut ikut menantikan penampilan Hindia, sebuah karya solo yang dipersembahkan oleh Daniel Putra Baskara atau yang lebih akrab disapa Baskara itu.
Hindia di backstage | Foto: Google image
Bagaimana tidak, ketika band for Revenge perform, keadaaan tempat masih sangat renggang. Saya masih bisa menembus kerumunan penonton untuk membeli cemilan ringan. Namun, lima menit setelah host naik ke atas panggung, sontak kerumunan manusia memaksa penonton yang telah memadati bagian tengah agar masuk dan berpindah posisi menjadi paling depan. Kami dibatasi penyekat besi di bagian tengah, sehingga terbagi menjadi dua sisi.
“Ini kenapa lama keluarnya, sih?”; “Hostnya kelamaan nih, keburu hujan,”; “Bas, ayo keluar Bas!” Berbagai lontaran kekesalan penonton mulai terdengar. Mereka sudah tidak sabar mendengarkan beberapa lagu kesukaan mereka.
“Ini dia yang kalian tunggu-tunggu. Sudah bersiap ternyata sobat, Pica Mania?” teriak The Palbis, duo host yang sudah tampil dari panggung ke panggung ternama di Bali. Salah satu personelnya, Bli Adip, yang terkenal karena aksi kocaknya, sebagai brand ambassador salah satu tempat makan babi guling ternama di Gianyar.
Benar sekali! Pica Festival tahun 2023 menjadi event pertama di Bali yang menampilkan kembali Hindia setelah keluarnya album Lagipula Hidup Akan Berakhir (LHAB). Kala itu, lagu Cincin masih menjadi primadona yang menggebu-gebu, menjadi salah satu single yang paling banyak didengar dan diminati oleh penikmat musik di Indonesia, setiap sudut postingan media sosial bahkan dipenuhi dengan lagu itu.
Hindia ketika tampil di Pica Fest 2023 | Foto: Instagram @wordfangs
Hindia mulai muncul di kancah dunia permusikan Indonesia pada tahun 2018. Kian lama semakin digandrungi berkat beberapa single-nya yang menginspirasi, seperti Evaluasi, Secukupnya, Rumah ke Rumah, dan beberapa lagu lain di album kedua yang turut menjadi trending seperti Cincin, Janji Palsu dan Masalah Masa Depan.
Pada awalnya, Baskara tumbuh dengan membentuk band rock, .Feast, yang beranggotakan lima orang. Seiring berjalannya waktu, ia tidak ingin egois dengan menempatkan pengalaman ataupun cerita hidupnya yang akan dituangkan lewat lagu. Hingga pada akhirnya ia memutuskan membentuk Hindia sebagai mononim karya solonya tanpa meninggalkan band lamanya.
Seperti dikutip dalam sebuah percakapan singkat Wejangan Mama yang termuat dalam album Menari Dengan Bayangan (MDB), Baskara muda adalah orang yang tidak memiliki jiwa konsisten dengan berbagai macam hobi, seperti fotografi, desain grafis, dan berbagai aktivitas lainnya yang dijalani ketika masa SMA ataupun masa kuliah. Tapi, saat ini, Baskara telah sukses menyihir penggemarnya lewat kecintaannya bermain musik.
***
“Mari kita sambut guest star terakhir kita, Hindiaaaa.” Teriak duo host kece yang menutup hari kedua Pica Fest. Cahaya panggung mendadak berubah warna menjadi biru. Satu-persatu personel mulai menapaki panggung. Baskara, dengan outfit kemeja dan jas khasnya, seakan berhasil menghipnotis setiap orang lewat beberapa karya lagunya yang bergenre indie rock.
Hindia sedang tampil di Pica Fest | Foto: Pande
Penonton sontak kembali berteriak, menyambut hangat kedatangan idola mereka yang sukses dengan lagu Rumah ke Rumah itu—lagu yang telah tembus 249 juta kali didengarkan pada platform musik Spotify.
Layar LED background panggung berubah menjadi kalimat “Lagipula hidup Akan berakhir”, sebuah album kedua yang baru rilis pada bulan Juli tahun 2023. Ini akan menjadi momen paling seru dan terkeren yang pernah saya tonton, apalagi saya telah menghafalkan sebagian lagu dari album kedua ini.
Beberapa orang termenung menyaksikan layar LED kembali berubah dengan kalimat “Malaikat Berputar di atas Pencakar Langit”. Alunan irama biola dengan pembawaan sedikit misterius terdengar menggelegar, sebuah musik pembuka untuk parade lagu-lagu berikutnya.
Janji Palsu bergelora begitu gagahnya, antusias beberapa penonton mulai pecah. Sontak, dengan semangat saya ikut bernyanyi, ini menjadi salah satu lagu favorit saya setelah lagu Cincin.
Tidak ada kesuksesan yang abadi dalam dunia ini, begitu gaya khas Baskara yang menuangkan keluh kesahnya lewat lagu Janji palsu. “Sukses hanya dipinjamkan – dan mungkin aku penyewa yang lihai.”
Baskara juga mencoba menggambarkan bagaimana situasi media sosial dan beberapa lagu yang saat ini penuh dengan motivasi-motivasi tapi tanpa adanya sebuah solusi.
“Per hari ini kita semua mati rasa
Atas berbagai lirik berisi semesta
Yang berkata semua indah pada waktunya!
Kau tahu hidup ini tak ada artinya.”
Hindia sedang tampil di acara Pica Fest | Foto: Pande
Beberapa penonton saya lihat tampak terdiam, tidak begitu menikmati jalannya konser, saya rasa antusias mereka dari awal harus tertahan dulu karena Baskara masih mencoba bermain dengan album barunya.
Saya paham mereka datang karena fomo (takut ketinggalan trend baru). Sebelum menonton konsernya, sudah pasti saya sempatkan untuk menghafalkan beberapa lagu di album LHAB ini—album terbaru Baskara.
Suara penonton mulai terdengar ketika beberapa lagu dari album MDB bergelora, Membasuh, Rumah ke Rumah, Evaluasi, dan tentu lagu Secukupnya yang benar-benar menjadi lagu favorit ketika masa SMA.
Lagu itu digambarkan sebagai sebuah kekacauan dari dalam diri sendiri. Dengan begitu sibuk menjalani kehidupan sekolah yang unik dan beragam, apalagi dihadapkan dengan kelanjutan pendidikan setelah masa SMA. Kini tambah relate ketika sudah duduk di bangku perkuliahan. Beberapa liriknya memang begitu pas jika kita coba dengarkan dalam situasi atau kondisi apa pun.
“Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang? Renggang
Tak perlu memikirkan tentang apa yang akan datang
Di esok hari”
Sebuah lirik yang bagi saya merupakan sebuah pertanyaan sekaligus pengingat diri sendiri. Alasannya sangat sederhana, karena saat ini saya benar-benar susah untuk mendapat tidur yang teratur dan juga secukupnya.
Segala bentuk permasalahan kegagalan dalam hal percintaan, pekerjaan, kehidupan nyata atau kehidupan maya, semua Baskara coba tuangkan ke dalam sebuah karya lagu.
“Tubuh yang berpatah hati
Bergantung pada gaji
Berlomba jadi asri
Mengais validasi”
Seperti yang sudah terpikirkan sebelumnya, Cincin dibawakan dengan penuh semangat sebagai lagu terakhir sekaligus penutup performance Hindia pada malam hari itu. Gemuruh riuh penonton pecah, dari setiap sudut ikut bernyanyi.
Baskara berpose di depan poster album kedua Hindia | Foto: google image
Cincin menggambarkan bagaimana persoalan pasang surut sepasang kekasih dalam sebuah hubungan asmara—terdiam hanya pada satu kondisi yang tidak ada kelanjutannya. Benar saja, lagu ini sontak menjadi viral di berbagai platform media sosial. Terutama 98 juta kali didengarkan di Spotify.
“Semoga hidup kita terus begini-begini saja
Walau sungai meluap dan kurs tak masuk logika
Semoga kita mencintai apa adanya
Walau katanya sekarang ku bisa masuk penjara“
Tren lirik lagu Cincin, “Kau bermasalah jiwa aku pun kadang gila, jodoh akal-akalan neraka kita bersama” sempat viral di TikTok. Berbagai pengguna menggunakan lagu tersebut untuk mengungkapkan isi hati mereka yang selama ini mereka pendam dan akhirnya terutarakan. Ketika Cincin rilis, sontak saja semua orang berbondong-bondong mengikuti tren tersebut.
Kini, Cincin sudah menjadi lagu paling wajib dibawakan di mana pun Hindia menginjakkan kaki, antarpanggung ke panggung.
Euforianya benar-benar masih sangat terasa hingga saat ini. Kala itu Denpasar dibuatnya menggelegar. Lautan manusia, ditemani handphone di genggaman masing-masing penonton, membuat konser semakin meriah.
Ah! Saya tidak akan melupakan event itu. Benar-benar pecah! Semoga saja, event serupa segera ada di Singaraja. Siapa tahu, kan?[T]
Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) ditatkala.co.