BARANGKALI karena kecintaannya yang begitu besar pada seni tari, perempuan-perempuan tua yang usianya rata-rata di atas 50 tahun itu masih lincah menari di atas panggung. Kelincahannya memang tak sebanding dengan penari remaja masa kini, namun lihatlah rona wajah mereka; cerah tanpa terbersit rona lelah.
Mereka itu perempuan-perempuan penari dari Banjar Paketan, Keluarahan Paket Agung, Singaraja, Buleleng, Bali. Mereka adalah Ni Made Artiasih (58), Ni Luh Putu Asrihati (52), Putu Wahyuni (56), Luh Suciningsih (54), Putu Darmita (54), dan Ketut Sri Aryantini (55). Mereka menari bersama Jero Mangku Ngurah Arya Sastrawan (53).
Perempuan-perempuan itu menarikan Tari Gelatik bersama Sekaa Gong Eka Wakya, Banjar Paketan di atas panggung Apresiasi Seni di Pelabuhan Tua Buleleng, Sabtu malam, 20 April 2024. Sekaa Gong Eka Wakya, bersama penari-penari Gelatik itu, juga akan tampil pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB), Juni mendatang, dalam Parade Gong Kebyar Legendaris di Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar.
Tari Gelatik diciptakan pada tahun 1981 oleh seniman I Nyoman Arcana dan I Nyoman Mudana. Arcana berperan sebagai penata tari dan Mudana sebagai penata tabuh.
Pesan dasar dari adalah tentang pelestarian lingkungan hidup dan rasa cinta kepada satwa. Tari itu ditarikan 6 penari. Penari wanita menari dengan menirukan burung gelatik dengan indah, sementara seorang penari pria berperan sebagai pelatih burung gelatik.
Keceriaan penari-penari yang biasa disebut “bajang imaluan” alias “remaja di masa lalu” di atas panggung itu sangat tampak dengan jelas, barangkali karena sebelumnya, pada panggung HUT Kota Singaraja, mereka batal tampil karena terjadi kisruh, padahal saat itu mereka sudah berhias dan siap untuk naik panggung.
Acara Apresiasi Seni di Pelabuhan Tua Buleleng itu sendiri digelar Relawan Bajang Buleleng (RBB). Dan Tari Gelatik itu adalah satu penampilan cukup mencuri perhatian pentonton yang memenuhi areal pelabuhan.
Sejak Muda Memang Menari
Ni Made Artiasih, salah satu penari menceritakan latihan Tari Gelatik dilakukan sejak dua bulan. Para penaritu memang sudah memiliki bakat menari sejak lama, bahkan sejak mereka masih muda.
Tari Gelatik memiliki makna yang spesial. Tari ini mengingatkan mereka pada masa muda ketika mereka aktif menari dan mengikuti berbagai festival.
“Merasa sangat senang sekali karena kita sudah tua bisa ikut menari dalam rangka tari legendaries mengingat ketika dulu sangat popular tari ini,” kata Artiasih.
Artiasih sendiri mengaku sudah senang menari sejak kecil, kelas 2 SD. Ia sering ikut festival tari saat remaja dan juga ikut gong kebyar mebarung.
“Tahun 1985 saya pernah tampil di PKB dan mengisi malam kesenian Buleleng di Denpasar,” katanya. [T][Ado]